SURAU.CO. Dalam Al-Qur’an, kata kafir berasal dari akar kata yang berarti “menutupi” atau “menghalang”, dan secara istilah merujuk pada orang yang menutupi atau mengingkari kebenaran serta petunjuk Allah. Selanjutnya, Terdapat beberapa makna kafir dalam Al-Qur’an, di antaranya adalah menolak tauhid (menyekutukan Allah), mendustakan ajaran rasul, atau mengingkari nikmat Allah (kufur nikmat).
Berdasarkan Al-Qur’an, istilah “kafir” memiliki makna yang beragam dan tidak tunggal, bergantung pada konteks penggunaannya. Secara umum, kata ini berasal dari akar kata Arab kafara, yang berarti “menutupi” atau “mengingkari”.
Selanjutnya, Dalam Al-Qur’an, kata “kafir” memiliki beberapa makna, termasuk menolak kebenaran atau petunjuk Allah, menyekutukan-Nya, mengingkari nikmat. Serta kesibukan yang hanya berorientasi pada kesenangan duniawi. Tujuan mereka yang kafir, dalam konteks pemahaman Al-Qur’an, cenderung bersifat duniawi dan egois, yang berujung pada penolakan terhadap ajaran ilahi dan kehidupan akhirat.
Arti dan Makna Kafir dalam Al-Qur’an
Secara bahasa:
Kata kafir (كافر) berasal dari kata kufr (كفر) yang berarti menyembunyikan atau menutupi.
Secara istilah:
Orang yang tidak mengimani Allah dan Nabi Muhammad SAW, atau mengingkari ajaran-ajaran Islam, itulah yang disebut kafir.
Jenis-jenis Kafir dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an membedakan orang kafir menjadi beberapa golongan, di antaranya:
Pertama Golongan Muharribin : Orang-orang yang memerangi dan memusuhi umat Islam karena agama mereka.
Kedua Golongan Musalim atau Mu’ahidin : Orang-orang yang berdamai atau memiliki perjanjian dengan umat Islam.
Ciri-ciri Orang Kafir dalam Al-Qur’an
Pertama Mengingkari dan Mendustakan Kebenaran: Mereka menolak dan mengingkari ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul Allah.
Kedua Bersikap Sombong: Menolak kebenaran dan angkuh terhadap kebaikan.
Ketiga Menghalangi Jalan Allah: Menghalangi orang lain untuk mengikuti petunjuk dan ajaran Islam.
Keempat Berbohong dan Mengolok-olok: Berdusta atas nama Allah dan mengolok-olok para rasul serta ayat-ayat Allah.
Kelima Mengingkari Nikmat: Tidak berterima kasih dan mengingkari nikmat yang telah diberikan oleh Allah (ini disebut kufur nikmat).
Cara Menyikapi Orang Kafir
- Berdakwah:
Berusaha menghilangkan “penutup” yang menyebabkan mereka kafir dengan cara mendakwahi mereka dengan bijak, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an (QS. An-Nahl: 125).
- Bersikap Adil:
Berlaku baik, adil, dan tidak memusuhi mereka yang tidak memerangi umat Islam karena agama atau tidak mengusir mereka dari tanah airnya (QS. Al-Mumtahanah: 8).
- Menghormati Pilihan:
Memberi pilihan kepada mereka untuk beriman atau kafir, serta tidak memaksakan kehendak.
Tujuan dan karakteristik orang kafir dalam Al-Qur’an
Memenuhi syahwat duniawi:
Al-Qur’an menjelaskan bahwa tujuan hidup orang kafir hanya terbatas pada pemenuhan kesenangan duniawi, tanpa memikirkan kehidupan setelah kematian. Selanjutnya, Mereka berlomba-lomba untuk menikmati kehidupan di dunia semata.
Menolak dan mendustakan ayat-ayat Allah:
Salah satu ciri utama orang kafir adalah menolak, mendustakan, dan tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, meskipun telah jelas terbentang bukti-Nya.
Menyekutukan Allah:
Ada yang memahami “kafir” sebagai orang yang menyekutukan Allah dengan menciptakan tandingan bagi-Nya.
Mengingkari nikmat Allah:
Kata “kafir” juga bisa merujuk pada orang yang mengingkari nikmat yang diberikan Allah, meskipun tidak sampai mengeluarkan dirinya dari Islam.
Menghalangi jalan Allah:
Mereka memiliki tujuan untuk menghalangi orang lain dari jalan Allah dan berusaha membelokkannya, serta menolak kebenaran tentang kehidupan akhirat.
Sikap sombong:
Al-Qur’an juga menyebutkan sifat kesombongan yang membuat seseorang menolak kebenaran karena merasa lebih baik atau fanatik dengan pandangan mereka sendiri.
Tertutup dari hidayah:
Orang sering menggambarkan kekafiran sebagai hati yang telah tertutup, bukan karena ketidaktahuan, melainkan karena kesadaran untuk menolak kebenaran. Sehingga tidak mampu menerima petunjuk dan cahaya Ilahi.
Secara sederhana, kafir merujuk pada orang yang tidak beriman kepada Allah dan ajaran yang dibawa Rasul-Nya. Ini mencakup mereka yang secara sadar menolak atau mengingkari ajaran yang sudah mereka ketahui kebenarannya. Dalam konteks yang lebih luas, orang mengartikan kafir sebagai orang yang tidak memeluk agama Islam.
Jenis-jenis kafir berdasarkan penafsiran
- Kafir ingkar: Kafir yang disebabkan oleh penolakan atau pengingkaran terhadap kebenaran.
- Kafir juhud: Kafir yang mengingkari kebenaran, padahal ia mengetahuinya.
- Kafir ‘inad: Kafir yang mengetahui kebenaran dalam hati, tetapi menolaknya karena kesombongan atau iri hati.
- Kafir nifaq: Kafir yang menampakkan keimanan di luar, tetapi menyembunyikan kekufuran di dalam hati (munafik).
- Kafir nikmat (kufr al-ni’am): Orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah disebut kufur nikmat.
- Kafir harbi dan kafir dzimmi: Ini adalah kategori dalam fikih klasik, bukan langsung dari Al-Qur’an, yang membedakan perlakuan terhadap kafir yang memerangi umat Islam (harbi) dan yang hidup berdampingan secara damai di bawah perlindungan negara Islam (dzimmi).
Karakteristik kafir dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an juga menjelaskan beberapa sifat dan karakteristik orang kafir, seperti:
- Keras kepala: Mereka tidak dapat menerima cahaya kebenaran karena hati mereka tertutup, bahkan setelah diberi peringatan.
- Angkuh dan sombong: Merasa lebih baik dari orang lain dan menolak untuk taat kepada perintah Tuhan.
- Kikir: Menunjukkan sikap kikir dan mengajak kepada kekikiran.
Kontroversi istilah kafir
Musyawarah Nasional Alim Ulama NU pada tahun 2019 memutuskan bahwa, dalam konteks negara bangsa modern, penggunaan istilah “kafir” untuk menyebut non-Muslim tidak lagi relevan. Selanjutnya, Semua warga negara memiliki hak dan kewajiban yang setara tanpa memandang keyakinan agama. Fokusnya adalah pada kemaslahatan bersama dan hidup berdampingan secara damai. (mengutip dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
