Beranda » Berita » Misteri Roh Manusia dalam Pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah

Misteri Roh Manusia dalam Pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah

Misteri Roh Manusia dalam Pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Buku Rahasia Ruh dan Kematian. (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Pembahasan tentang roh selalu menjadi topik yang memikat sekaligus misterius dalam sejarah pemikiran Islam. Sejak masa Rasulullah SAW, pertanyaan tentang hakikat roh telah menjadi bahan renungan umat manusia. Bahkan Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakan: Roh itu termasuk urusan Tuhanku…” (QS Al-Isra: 85). Pernyataan ini menunjukkan bahwa hakikat roh adalah rahasia Ilahi yang tidak sepenuhnya dapat dijangkau oleh akal manusia.

Salah satu ulama besar yang mencoba menjelaskan fenomena ini adalah Ibnu Qayyim al-Jauziyah, melalui karyanya Kitab ar-Ruh atau yang dikenal dalam terjemahan Rahasia Ruh dan Kematian. Dalam buku tersebut, Ibnu Qayyim tidak hanya memaparkan tentang roh, tetapi juga menggabungkan dalil Al-Qur’an, hadis, dan pandangan para ulama dengan pendekatan yang dialogis dan argumentatif.

Asal Usul dan Latar Belakang Pemikiran

Nama lengkap ulama besar ini adalah Muhammad bin Abi Bakar bin Ayub bin Sa’ad az-Zur’I, yang kemudian dikenal dengan sebutan Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Ia lahir di Damaskus pada tahun 691 H/1292 M dan wafat pada 751 H/1352 M. Julukan al-Jauziyah berasal dari jabatan ayahnya yang menjadi kurator (qayyim) di Madrasah al-Jauziyah di Damaskus.

Ibnu Qayyim tumbuh dalam lingkungan ilmiah dan menimba ilmu dari banyak ulama terkemuka. Ia menguasai berbagai bidang ilmu, seperti fikih Mazhab Hambali, tafsir, hadis, ushul fikih, tasawuf, hingga teologi. Namun, guru yang paling berpengaruh dalam perjalanan intelektualnya adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Pengaruh sang guru sangat terasa dalam cara berpikir Ibnu Qayyim yang rasional, mendalam, dan berlandaskan pada nash Al-Qur’an serta hadis sahih.

Rahasia di Balik Roh

Dalam Kitab ar-Ruh, Ibnu Qayyim memulai dari pertanyaan yang sederhana namun sarat makna: Apakah roh berada di langit atau di bumi? Apakah roh berada di surga atau neraka? Pertanyaan-pertanyaan ini membuka ruang refleksi yang luas tentang hakikat eksistensi manusia setelah kematian.

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa roh adalah ciptaan Allah yang memiliki hakikat tersendiri, berbeda dari jasad. Ketika seseorang meninggal dunia, jasadnya akan kembali ke tanah, tetapi rohnya tetap hidup di alam yang lain, yaitu alam barzakh. Dalam alam ini, roh memberikan balasan sesuai amal perbuatannya di dunia—ada yang mendapat kenikmatan dan ada pula yang mendapatkan azab.

Menurut Ibnu Qayyim, roh orang beriman akan merasakan ketenangan dan kenikmatan di sisi Allah SWT. Sebaliknya, roh orang kafir atau pelaku maksiat yang tidak bertaubat akan menerima siksa dan kesempitan. Kedua golongan ini tidak dapat saling berhubungan karena keadaan mereka berbeda. Roh yang mendapat azab disibukkan oleh derita, sedangkan roh yang diberi nikmat hidup bebas dan dapat saling bertemu.

Roh dan Alam Barzakh

Ibnu Qayyim juga menjelaskan bahwa roh memiliki kemampuan untuk mengenali orang-orang yang masih hidup. Ia menegaskan bahwa roh orang saleh dapat mengetahui kedatangan peziarah ke Makamnya. Bahkan, roh tersebut merasa bahagia dan ikut mengaminkan doa-doa yang dipanjatkan di sisi kuburnya.

Pandangan ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan umat Islam untuk mengucapkan salam ketika melewati kuburan. Rasulullah bersabda, “Assalamu’alaikum dara qaumin mu’minin”“Keselamatan atas kalian, wahai penghuni kubur dari kalangan orang-orang beriman.” (HR.Muslim). Ucapan salam ini menunjukkan bahwa penghuni kubur, yakni roh orang mukmin, masih memiliki kesadaran spiritual yang dapat merespons salam orang yang masih hidup.

Pertemuan Antar-Roh

Dalam uraiannya, Ibnu Qayyim menegaskan bahwa roh orang beriman dapat saling bertemu di alam barzakh. Mereka mengenang perbuatan di dunia dan menikmati kebersamaan dalam ketenangan. Ia menulis bahwa roh Nabi Muhammad SAW berada di ar-Rafiq al-A’la, tempat yang paling tinggi dan mulia. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS an-Nisa’ ayat 69:

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul, maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para pencinta kebenaran, para syuhada, dan orang-orang saleh. Merekalah teman yang terbaik-baiknya.

Sementara itu, roh orang kafir dan pelaku dosa besar akan merasakan kesempitan dan azab. Mereka tidak memiliki kebebasan untuk berpindah atau melompat bersama roh lainnya.

Di Mana Roh Berada Setelah Kematian?

Salah satu pembahasan menarik dari Kitab ar-Ruh adalah tentang keberadaan roh setelah kematian hingga hari kebangkitan. Ibnu Qayyim mengutip beberapa pendapat ulama:

  1. Pendapat pertama, roh orang mukmin berada di sisi Allah SWT, yakni di surga. Pandangan ini dinukil dari sahabat Abu Hurairah RA dan Abdullah bin Amr.
  2. Pendapat kedua, roh berada di serambi surga, di depan gerbangnya. Dari tempat itu, mereka dapat menikmati aroma semerbak dan bayangan kenikmatan surga.
  3. Pendapat ketiga, roh berada di dalam kuburnya masing-masing, dan bisa bebas pergi ke mana pun sekehendaknya. Pendapat ini berasal dari Imam Malik yang mengatakan, “Roh dibebaskan lepas sehingga ia dapat pergi ke mana pun sekehendaknya.”

Ibnu Qayyim tidak sekedar menukil pendapat-pendapat itu, tetapi juga mengkajinya secara kritis dengan mengacu pada dalil Al-Qur’an dan Sunnah. Ia berusaha mencari titik tengah antara teks dan logika, antara keyakinan dan pengetahuan.

Kesimpulan

Urgensi Riyadhus Shalihin sebagai Pondasi Utama Pendidikan Karakter Bangsa

Melalui karyanya Kitab ar-Ruh, Ibnu Qayyim al-Jauziyah memberikan pandangan yang mendalam dan sistematis tentang misteri roh manusia. Ia menegaskan bahwa roh adalah ciptaan Allah yang tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh akal manusia, tetapi dapat dipahami melalui petunjuk wahyu. Roh menjadi inti kehidupan manusia, dan meskipun jasad hancur, roh tetap hidup di alam lain, menunggu kebangkitan di hari akhir.

Pemikiran Ibnu Qayyim mengingatkan manusia agar selalu memperbaiki amal perbuatannya. Sebab, kebahagiaan dan penderitaan roh di alam barzakh sangat bergantung pada bagaimana manusia menjalani kehidupan di dunia. Roh orang saleh akan beristirahat dalam kedamaian, sedangkan roh orang yang durhaka akan merasakan penyesalan tiada akhir.

Melalui refleksi ini, Ibnu Qayyim tidak hanya membuka tabir misteri tentang roh, tetapi juga mengajak manusia untuk menyiapkan bekal menuju kehidupan abadi setelah kematian.


Referensi:
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Rahasia Ruh dan Kematian (Terjemahan dari Kitab ar-Ruh ).

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement