Opinion
Beranda » Berita » 𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗦𝗔𝗠𝗣𝗔𝗜 𝗦𝗔𝗟𝗔H: 𝗭𝗜𝗢𝗡𝗜𝗦 𝗬𝗔𝗛𝗨𝗗𝗜 𝗦𝗘𝗠𝗔𝗞𝗜𝗡 𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗚

𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗦𝗔𝗠𝗣𝗔𝗜 𝗦𝗔𝗟𝗔H: 𝗭𝗜𝗢𝗡𝗜𝗦 𝗬𝗔𝗛𝗨𝗗𝗜 𝗦𝗘𝗠𝗔𝗞𝗜𝗡 𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗚

𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗦𝗔𝗠𝗣𝗔𝗜 𝗦𝗔𝗟𝗔H: 𝗭𝗜𝗢𝗡𝗜𝗦 𝗬𝗔𝗛𝗨𝗗𝗜 𝗦𝗘𝗠𝗔𝗞𝗜𝗡 𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗚
𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗦𝗔𝗠𝗣𝗔𝗜 𝗦𝗔𝗟𝗔H: 𝗭𝗜𝗢𝗡𝗜𝗦 𝗬𝗔𝗛𝗨𝗗𝗜 𝗦𝗘𝗠𝗔𝗞𝗜𝗡 𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗚
DAFTAR ISI

 

SURAU.CO – Ketika manhaj salaf dijadikan slogan, tetapi bukan untuk menegakkan syariat Allah, di situlah kebinasaan bermula. Banyak yang mengaku “salafi”, tapi justru tunduk pada sistem kufur, membenarkan demokrasi, memuja pemimpin thaghut, dan menutup mata dari kezhaliman penjajah atas kaum Muslimin di seluruh dunia.

Padahal manhaj salaf bukan sekadar penampilan, tapi ketaatan total kepada Allah dan Rasul-Nya dalam setiap aspek kehidupan  dari akidah hingga sistem hukum, dari ibadah hingga kepemimpinan umat.

Menegakkan Amar Makruf Nahi Munkar

Zionis Yahudi dan musuh-musuh Islam amat senang melihat umat ini terpecah: sebagian sibuk berdebat soal istilah, sebagian lagi membela sistem buatan mereka. Mereka menanamkan ide “taat pada penguasa walau zalim” tanpa memahami batas syar’i. Mereka ingin agar kaum Muslimin tetap jinak di bawah sistem sekuler, sementara Al-Qur’an diteriakkan hanya di mimbar tanpa kekuasaan untuk ditegakkan.

Inilah bentuk penyimpangan terbesar: mengaku mengikuti salaf, tapi membiarkan hukum Allah tergantikan hukum manusia.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Apakah salaf ridha dengan demokrasi, sekularisme, atau penjajahan pemikiran?
Tidak!

Salaf yang sejati menolak sistem kufur, menegakkan tauhid dalam kehidupan nyata, dan menentang siapa pun yang merampas hak Allah sebagai Pembuat hukum.

Ulama salaf menegakkan amar makruf nahi mungkar, bukan diam saat kebenaran diinjak-injak. Mereka tidak mencari aman, tapi mencari ridha Allah. Maka ketika ada yang menutup mata terhadap kezhaliman atas Palestina, Syam, Yaman, dan negeri-negeri Islam lainnya, sambil berdalih “ini bukan urusan kita”, mereka telah memutarbalikkan ajaran salaf menjadi alat pembenaran penjajahan.

Menegakkan Islam Secara Kaffah

Zionis Yahudi semakin senang ketika melihat umat ini disibukkan oleh perdebatan furu’, ketika para “salafi modern” lebih sibuk membahas jenggot dan celana, tapi diam terhadap perampasan Masjidil Aqsha. Mereka senang karena musuh mereka berhasil menidurkan umat dengan dalih “taat kepada penguasa”.

𝗜𝗻𝗴𝗮𝘁𝗹𝗮𝗵, 𝗺𝗮𝗻𝗵𝗮𝗷 𝘀𝗮𝗹𝗮𝗳 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗺𝗮𝗻𝗵𝗮𝗷 𝗷𝗶𝗵𝗮𝗱, 𝗶𝗹𝗺𝘂, 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗷𝘂𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻. Bukan manhaj tunduk pada thaghut, bukan manhaj kompromi terhadap hukum kufur, bukan manhaj pasrah pada sistem yang menindas.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kembalilah pada hakikat salaf yakni menegakkan Islam secara kaffah, sebagaimana Rasulullah ﷺ dan para sahabat menegakkannya: dengan aqidah yang lurus, syariat yang tegak, dan kepemimpinan yang bersumber dari wahyu, bukan suara mayoritas manusia.

𝗖𝗼𝗻𝘁𝗼𝗵 𝗥𝗶𝘄𝗮𝘆𝗮𝘁 𝗦𝗮𝗵𝗮𝗯𝗮𝘁 & 𝗧𝗮𝗯𝗶’𝗶𝗻 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗠𝗲𝗻𝗲𝗴𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗻𝗵𝗮𝗷 𝗦𝗮𝗹𝗮𝗳 𝗦𝗲𝗷𝗮𝘁𝗶

𝗨𝗺𝗮𝗿 𝗯𝗶𝗻 𝗞𝗵𝗮𝘁𝘁𝗮𝗯 رضي الله عنه — 𝗧𝗲𝗴𝗮𝘀 𝗠𝗲𝗻𝗲𝗴𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗛𝘂𝗸𝘂𝗺 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵

Umar dikenal sebagai khalifah yang paling tegas dalam menegakkan keadilan. Ia berkata:

“Tidak akan mulia suatu kaum yang tidak menegakkan hukum Allah.”

Ketika seorang pejabatnya melakukan pelanggaran, Umar tidak membiarkan kedudukan menutupi hukum. Ia menghukum dengan adil, bahkan jika pelakunya adalah orang dekatnya.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Manhaj Salaf di sini jelas: tidak ada kompromi dengan hukum manusia di atas hukum Allah.

𝗔𝗯𝘂 𝗕𝗮𝗸𝗮𝗿 𝗮𝘀𝗵-𝗦𝗵𝗶𝗱𝗱𝗶𝗾 رضي الله عنه — 𝗠𝗲𝗺𝗲𝗿𝗮𝗻𝗴𝗶 𝗢𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗲𝗻𝗼𝗹𝗮𝗸 𝗭𝗮𝗸𝗮𝘁

Saat sebagian orang menolak membayar zakat setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, banyak sahabat yang ragu untuk memerangi mereka.
Namun Abu Bakar berkata:

“Demi Allah, aku akan memerangi siapa pun yang memisahkan antara salat dan zakat. Karena zakat adalah hak harta!”

Inilah manhaj salaf: menjaga kemurnian agama dan tidak membiarkan satu hukum Allah pun diabaikan. Abu Bakar tidak diam, meski itu berarti berperang melawan kaum yang dulu pernah bersyahadat.

𝗔𝗯𝗱𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗶𝗻 𝗠𝗮𝘀’𝘂𝗱 رضي الله عنه — 𝗧𝗲𝗴𝘂𝗵 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗜𝗹𝗺𝘂 𝗱𝗮𝗻 𝗔𝗺𝗮𝗿 𝗠𝗮𝗸𝗿𝘂𝗳

Ibnu Mas’ud pernah berkata:

“Ikutilah, jangan membuat hal baru! Kalian telah dicukupkan dengan apa yang ada.”

Ia memperingatkan umat agar tidak tertipu oleh bid’ah dan hawa nafsu, serta mengajarkan pentingnya ittiba’ (mengikuti Rasulullah dan para sahabat), bukan menciptakan jalan baru meski tampak baik.

Inilah ciri salaf sejati: menolak inovasi dalam agama dan berpegang teguh pada sunnah.

𝗜𝗺𝗮𝗺 𝗔𝗵𝗺𝗮𝗱 𝗯𝗶𝗻 𝗛𝗮𝗻𝗯𝗮𝗹 رحمه الله — 𝗧𝗲𝗴𝘂𝗵 𝗱𝗶 𝗕𝗮𝘄𝗮𝗵 𝗧𝗲𝗸𝗮𝗻𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝗴𝘂𝗮𝘀𝗮

Ketika fitnah Khalq Al-Qur’an (keyakinan sesat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk) menyebar, para penguasa memaksa ulama untuk tunduk.
Namun Imam Ahmad tetap berkata:

“Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk!”

Ia disiksa, dipenjara, dicambuk tapi tidak bergeming.

Inilah tauladan tabi’in dan ulama salaf: mereka tidak tunduk pada penguasa zalim, bahkan jika nyawa jadi taruhannya. Itulah bentuk wala’ dan bara’ sejati loyal hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan kepada sistem atau kekuasaan kufur.

𝗦𝗮𝗶𝗱 𝗯𝗶𝗻 𝗝𝘂𝗯𝗮𝗶𝗿 رحمه الله — 𝗦𝘆𝗮𝗵𝗶𝗱 𝗱𝗶 𝗧𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝗴𝘂𝗮𝘀𝗮 𝗭𝗮𝗹𝗶𝗺

Said bin Jubair, seorang tabi’in agung murid Ibnu Abbas, dibunuh oleh al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi karena menolak tunduk pada kekuasaan zalim. Sebelum dieksekusi, ia berkata dengan tenang:

“Hari ini engkau membunuhku, wahai Hajjaj, tapi besok engkau akan dihisab oleh Rabb yang Maha Adil.”

Beberapa hari setelah itu, al-Hajjaj meninggal dengan siksaan berat.

Inilah manhaj salaf: tidak takut mati demi kebenaran, tidak diam terhadap kezaliman.

𝗛𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗮𝗹-𝗕𝗮𝘀𝗵𝗿𝗶 رحمه الله — 𝗡𝗮𝘀𝗲𝗵𝗮𝘁 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗣𝗲𝗻𝗴𝘂𝗮𝘀𝗮

Hasan al-Bashri pernah menasihati Khalifah Umar bin Abdul Aziz:

“Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, kekuasaanmu akan sirna, tetapi tanggung jawabmu di hadapan Allah tak akan pernah hilang.”

Ia juga menegaskan:

“Bukan orang yang banyak amalnya yang mulia, tapi orang yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan sunnah.”

Tabi’in seperti beliau memahami bahwa agama bukan alat kekuasaan, tapi panduan untuk menegakkan keadilan dan menolak kezhaliman.

𝗔𝗹-𝗔𝘄𝘇𝗮’𝗶 رحمه الله — 𝗠𝗲𝗻𝗼𝗹𝗮𝗸 𝗞𝗼𝗺𝗽𝗿𝗼𝗺𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝗴𝘂𝗮𝘀𝗮

Ketika seorang gubernur meminta agar ia menyetujui kebijakan zalim terhadap kaum Muslimin, Al-Awza’i menjawab:

“Sesungguhnya yang engkau perintah dan yang engkau larang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Maka aku tidak akan menulis satu kalimat pun untuk menzalimi seorang mukmin.”

Ia menolak menjadi bagian dari sistem yang menindas, meski tawaran dunia terbentang di depannya.

𝗞𝗲𝘀𝗶𝗺𝗽𝘂𝗹𝗮𝗻: 𝗝𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗦𝗮𝗹𝗮𝗳 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗝𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗧𝗲𝗴𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮 𝗦𝘆𝗮𝗿𝗶𝗮𝘁

Semua contoh di atas menunjukkan bahwa salaf bukanlah kelompok diam dan tunduk pada sistem kufur.

Mereka adalah para penegak kebenaran, penggenggam api perjuangan, dan pejuang tauhid yang menolak segala bentuk kezaliman.

Mereka tidak menyembah penguasa, tidak takut pada ancaman, dan tidak menjual agama untuk kenyamanan dunia.

I𝗻𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗺𝗮𝗻𝗵𝗮𝗷 𝘀𝗮𝗹𝗮𝗳 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗷𝗮𝘁𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗺𝘂𝘀𝘂𝗵 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗴𝗲𝗻𝘁𝗮𝗿 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗺𝗯𝘂𝗮𝘁 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝗸𝘂𝗮𝘁. Bukan malah sebaliknya mendukung sistem demokrasi kufur dan membiarkan umat terbelenggu kekufuran nyata, bahkan lebih parah lagi ikut pula mendoakan kebaikan pada pemimpin sistem kufur demokrasi pedalaman Pagan Yunani kuno ini seperti yang banyak kita lihat hari ini. Sudah saat nya kita kembali pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cukup sudah 100 tahun bangsa ini kehilangan kepala, cukup sudah membiarkan ratusan juta umat jatuh kedalam kekufuran oleh sistem pedalaman Pagan.

𝗦𝗘𝗥𝗨𝗔𝗡 𝗣𝗘𝗥𝗨𝗕𝗔𝗛𝗔𝗡

𝗕𝗮𝗻𝗴𝗸𝗶𝘁𝗹𝗮𝗵 𝘄𝗮𝗵𝗮𝗶 𝗸𝗮𝘂𝗺 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺𝗶𝗻! Jangan jadikan manhaj salaf sebagai pembungkus tidur dalam sistem kufur. Jadikan ia pedang kebenaran untuk menegakkan hukum Allah.
Jika tidak, Zionis Yahudi akan terus menipu umat ini dan mengejek kehancuran kita.

Saatnya hijrah dari diam menuju perjuangan. Dari slogan menuju penegakan. Dari taqlid menuju kesadaran. Karena yang sejati bukan siapa yang paling keras berbicara tentang salaf, tapi siapa yang paling ikhlas berjuang menegakkan syariat-Nya. (Rahmat Pikiran)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement