Pendidikan
Beranda » Berita » Wanita; Salah Satu Jurus Iblis Menyesatkan Manusia

Wanita; Salah Satu Jurus Iblis Menyesatkan Manusia

Iblis Menyesatkan Manusia
Wanita; Salah Satu Jurus Jitu Iblis Menyesatkan Manusia. Ilustrasi Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Sejak awal penciptaan manusia, Iblis telah bertekad untuk menyesatkan keturunan Adam dari jalan Allah yang lurus. Kesombongannya menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam membuatnya dilaknat dan terusir dari surga. Namun sebelum ia pergi, Iblis bersumpah di hadapan Allah dengan sumpah yang amat berani:

“Demi karena Engkau telah menyesatkan aku, sungguh aku akan menghiasi (segala kejahatan) bagi mereka di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.”
(QS. Al-Hijr: 39)

Sejak saat itu, seluruh langkah dan tipu daya Iblis tertuju pada satu misi: menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Dan di antara sekian banyak jurus yang ia gunakan, wanita menjadi salah satu senjata paling ampuh dalam menjerat hati manusia — khususnya kaum laki-laki.

Namun perlu ditegaskan sejak awal bahwa Islam tidak pernah merendahkan wanita. Sebaliknya, Islam adalah agama yang mengangkat derajat wanita, melindungi kehormatannya, dan menempatkannya pada posisi yang mulia. Yang menjadi bahasan dalam artikel ini bukanlah wanita sebagai makhluknya, melainkan bagaimana Iblis memanfaatkan daya tarik dan fitrah wanita untuk menggoda manusia agar tergelincir dalam maksiat.

Wanita dalam Pandangan Islam

Wanita dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi. Rasulullah bersabda:

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap istriku.”
(HR. Tirmidzi)

Dalam pandangan Islam, wanita adalah anugerah Allah. Ia bisa menjadi sumber kebaikan, penyejuk hati, dan ladang pahala bagi suaminya, ayahnya, serta anak-anaknya. Namun di sisi lain, ketika fitrah itu disalahgunakan, ketika keindahan dan pesonanya dijadikan alat menggoda dan menjerumuskan, maka di situlah Iblis beraksi dengan cerdas dan halus.

Kelemahan Laki-laki dan Tipu Daya Iblis

Rasulullah pernah bersabda dengan penuh peringatan:

“Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki selain fitnah wanita.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kata “fitnah” di sini berarti ujian yang bisa mengguncang iman dan menggoda untuk berpaling dari ketaatan. Iblis sangat paham bahwa laki-laki diciptakan dengan naluri yang kuat terhadap lawan jenis. Ketika naluri itu tidak dijaga dengan iman dan takwa, maka ia bisa menjadi jalan kehancuran.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Sejarah telah menunjukkan betapa banyak laki-laki besar jatuh karena wanita. Raja kehilangan tahtanya, ulama kehilangan kehormatannya, bahkan orang berilmu pun tergelincir karena godaan syahwat. Iblis memahami ini dengan sangat baik. Ia tahu bahwa untuk menundukkan seorang laki-laki saleh, tidak selalu perlu debat atau kekerasan, cukup melalui rayuan seorang wanita, maka banyak benteng iman yang runtuh seketika.

Kisah dari Zaman Dulu hingga Kini

Fitnah wanita bukanlah hal baru. Bahkan sejak zaman Nabi Adam ‘alaihissalam, Iblis sudah memanfaatkan tipu daya ini. Ketika Iblis menggoda Adam dan Hawa di surga, ia memulai dengan membangkitkan rasa penasaran dan keinginan, hingga akhirnya mereka tergelincir memakan buah terlarang.

Dalam sejarah umat manusia, banyak contoh bagaimana wanita dijadikan alat oleh Iblis untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa. Misalnya dalam kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam dan Zulaikha. Kecantikan dan godaan Zulaikha menjadi ujian besar bagi Nabi Yusuf. Namun beliau selamat karena keteguhan iman dan rasa takutnya kepada Allah. Allah berfirman:

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan wanita itu andaikata tidak melihat tanda (dari) Tuhannya…”
(QS. Yusuf: 24)

Ayat ini menunjukkan betapa kuatnya godaan wanita, bahkan terhadap seorang nabi yang maksum pun ujian itu begitu berat. Maka bagaimana dengan manusia biasa yang imannya sering naik turun?

Menerapkan Parenting Nabawi: Panduan Mendidik Karakter Anak Lewat Riyadus Shalihin

Jurus Iblis di Zaman Modern

Jika di masa lalu Iblis menggoda manusia lewat pertemuan langsung, maka di zaman modern ini strateginya menjadi jauh lebih halus dan luas. Kini, fitnah wanita menjelma dalam bentuk gambar, film, media sosial, iklan, dan mode berpakaian.

Iblis tidak lagi perlu hadir secara langsung. Ia cukup membisiki agar manusia menormalisasi aurat terbuka, meniru gaya hidup bebas, atau menganggap zina sebagai hal biasa. Dengan dalih “kebebasan berekspresi” dan “hak asasi”, banyak wanita — tanpa sadar — menjadi alat Iblis dalam menyebarkan maksiat.

Iblis sangat lihai menipu. Ia membungkus maksiat dengan label “tren”, “fashion”, atau “self-love”. Ia membisiki wanita agar merasa bangga memperlihatkan tubuhnya, padahal sesungguhnya ia sedang dieksploitasi untuk menyesatkan orang lain.

Bagi laki-laki, Iblis membisikkan untuk sekadar “melihat sedikit tidak apa-apa”. Namun dari pandangan itu tumbuh keinginan, dari keinginan menjadi khayalan, dan dari khayalan menjelma menjadi perbuatan. Inilah rantai godaan yang sangat halus — dan banyak orang terperangkap di dalamnya.

Penjagaan Diri: Benteng dari Fitnah Wanita

Islam memberikan panduan yang sangat jelas agar manusia terhindar dari fitnah ini. Allah berfirman:

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: hendaklah mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
(QS. An-Nur: 30)

Dan dalam ayat berikutnya:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: hendaklah mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali yang (biasa) tampak darinya…”
(QS. An-Nur: 31)

Ayat-ayat ini adalah benteng utama dari fitnah wanita. Allah memerintahkan kedua pihak — laki-laki dan wanita — untuk sama-sama menjaga pandangan dan kehormatan. Artinya, fitnah ini bukan hanya tanggung jawab wanita, melainkan juga tanggung jawab laki-laki untuk mengendalikan diri dan menjaga pandangan.

Wanita Salehah  Mengalahkan Jurus Iblis

Meski wanita sering dijadikan alat Iblis untuk menyesatkan, bukan berarti semua wanita adalah fitnah. Justru wanita salehah adalah musuh besar Iblis. Karena dari rahim wanita salehah lahir generasi pejuang yang beriman, dari kelembutan seorang ibu yang taat lahir keturunan yang kuat.

Rasulullah bersabda:

“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang salehah.”
(HR. Muslim)

Wanita salehah adalah benteng moral dalam rumah tangga, penjaga kehormatan keluarga, dan pendidik utama generasi. Ia bukan alat Iblis, tetapi justru senjata Allah untuk memadamkan api syahwat dan kemaksiatan.

Maka tugas setiap wanita beriman adalah menjaga dirinya dari menjadi alat fitnah: menutup aurat dengan sempurna, menjaga ucapan dan perilaku, serta menanamkan rasa malu yang merupakan perhiasan iman. Sementara laki-laki beriman harus belajar menundukkan pandangan, memperbanyak ibadah, dan menjauh dari lingkungan yang membuka pintu maksiat.

Penutup

Iblis memiliki banyak cara untuk menyesatkan manusia, namun fitnah wanita adalah salah satu jurus paling jitu yang ia gunakan sejak zaman dahulu hingga kini. Melalui daya tarik dan keindahan wanita, banyak laki-laki yang kehilangan kendali dan terjerumus dalam dosa. Namun di sisi lain, wanita juga bisa menjadi sumber kebaikan dan ketenangan jika ia berjalan di atas tuntunan Islam.

Kunci dari semua ini adalah iman dan rasa malu (haya’). Ketika iman kuat dan rasa malu hidup, maka godaan Iblis menjadi lemah. Tetapi ketika keduanya hilang, Iblis akan dengan mudah memainkan perannya.

Maka, mari kita berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Jadikan iman sebagai perisai, dan jadikan syariat sebagai cahaya dalam setiap langkah hidup. Sebab di balik setiap tipu daya Iblis, selalu ada jalan keluar bagi mereka yang bersungguh-sungguh menjaga diri.

“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya.”
(QS. An-Nahl: 99)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement