Sosok
Beranda » Berita » Sayyidah Nafisah: Perempuan Permata Ilmu Keturunan Rasulullah

Sayyidah Nafisah: Perempuan Permata Ilmu Keturunan Rasulullah

Sayidah Nafisah
Sayyidah Nafisah: Perempuan Permata Ilmu Keturunan Rasulullah. Ketulusan hatinya, keluasan ilmunya, serta kehidupannya yang penuh kesederhanaan membuatnya dijuluki “Nafisah Al-‘Ilm”, yang berarti Permata Ilmu. Gambar : SURAU.CO

SURAU.CO – Dalam sejarah Islam, banyak tokoh perempuan yang meninggalkan jejak luar biasa dalam bidang ilmu, ibadah, dan ketakwaan. Salah satu yang paling menonjol adalah Sayyidah Nafisah binti Hasan bin Zaid bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, seorang wanita agung dari keturunan Rasulullah SAW.

Dalam dunia Islam, Beliau terkenal luas sebagai penghafal Al-Qur’an, ahli ibadah, dan guru bagi banyak ulama besar. Ketulusan hatinya, keluasan ilmunya, serta kehidupannya yang penuh kesederhanaan membuatnya dijuluki “Nafisah Al-‘Ilm”, yang berarti Permata Ilmu.

Nasab Mulia dan Kehidupan Awal

Sayyidah Nafisah lahir di Madinah Al-Munawwarah pada tahun 145 H (sekitar 762 M). Beliau adalah keturunan langsung dari Rasulullah SAW, melalui jalur Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra.

Ayahnya adalah Hasan bin Zaid, seorang alim dan tokoh terpandang Madinah. Keluarganya terkenal sebagai penjaga ilmu dan akhlak Rasulullah. Dari lingkungan keluarga inilah Sayyidah Nafisah tumbuh menjadi pribadi yang cinta kepada Al-Qur’an, ilmu, dan ibadah.

Sejak kecil, tanda-tanda kecerdasan dan kesalehan sudah tampak pada dirinya. Ia rajin menghadiri majelis ilmu, tekun menghafal Al-Qur’an, dan memiliki semangat belajar yang luar biasa. Tidak hanya menghafal, beliau juga memahami makna dan tafsir dari setiap ayat yang dibacanya.

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Penghafal Al-Qur’an Sejak Muda

Sayyidah Nafisah adalah seorang hafizhah (penghafal Al-Qur’an) yang terkenal karena kedalaman tadabbur dan keindahan bacaannya. Beliau menghafal seluruh Al-Qur’an sejak usia muda dan sering mengulanginya dalam ibadah malam.

Diriwayatkan, beliau menyelesaikan khataman Al-Qur’an lebih dari 6.000 kali sepanjang hidupnya, baik dalam salat, tilawah pribadi, maupun pengajaran kepada murid-muridnya. Setiap ayat yang ia baca selalu menyertainya dengan tangisan dan kekhusyukan, seolah beliau berbicara langsung kepada Tuhannya.

Kedekatan Sayyidah Nafisah dengan Al-Qur’an menjadikannya sosok yang sangat dihormati oleh masyarakat dan para ulama. Banyak yang menyebut beliau sebagai “Cahaya Al-Qur’an di Mesir” karena pengaruh spiritualnya yang begitu besar.

Pernikahan dan Kehidupan Rumah Tangga

Sayyidah Nafisah menikah dengan Ishaq Al-Mu’tamin bin Ja’far As-Shadiq, putra dari Imam Ja’far As-Shadiq, seorang ulama besar dari keturunan Rasulullah SAW. Dengan demikian, pernikahan mereka menyatukan dua garis keturunan Ahlul Bait yang penuh keberkahan.

Mereka memiliki dua anak yaitu Qasim dan Ummu Kultsum. Kehidupan rumah tangganya penuh dengan suasana ilmu, ibadah, dan kasih sayang. Baik Sayyidah Nafisah maupun suaminya menjalani kehidupan dengan penuh kesederhanaan, menjauh dari kemewahan dunia, dan senantiasa mengutamakan amal saleh.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Hijrah ke Mesir dan Dakwah Ilmiah

Setelah beberapa tahun di Madinah, Sayyidah Nafisah dan suaminya pindah ke Mesir. Di sana, beliau menetap di kawasan Fusthath (Kairo Lama) dan mulai membuka majelis ilmu.

Masyarakat Mesir yang haus akan bimbingan agama segera mengenal beliau sebagai sosok ulama perempuan yang salehah dan berilmu tinggi. Majelisnya selalu dipenuhi oleh para penuntut ilmu dari berbagai kalangan — mulai dari pelajar, fakir miskin, hingga para ulama besar.

Beliau mengajarkan tafsir Al-Qur’an, hadis, fikih, dan akhlak. Gaya penyampaiannya lembut, penuh kasih, dan sarat hikmah. Tidak hanya mengajar teori, beliau juga menjadi teladan dalam amal dan ibadah, sehingga dakwahnya menyentuh hati banyak orang.

Kehidupan Zuhud dan Ibadah yang Tak Terputus

Sayyidah Nafisah terkenal sangat zuhud dan dermawan. Beliau tidak terikat dengan dunia, bahkan sering berpuasa hampir setiap hari. Ketika waktu berbuka tiba, makanan yang disediakan sering diberikan kepada orang lain, sementara dirinya menahan lapar.

Beliau mengisi malam dengan qiyamul lail (salat malam) dan membaca Al-Qur’an. Banyak yang mengatakan bahwa rumahnya selalu terdengar lantunan tilawah yang lembut di setiap malam.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Ketika orang-orang datang meminta doa, beliau tidak pernah menolak. Doa-doanya dikenal mustajab karena keluar dari hati yang ikhlas dan penuh keimanan.

Hubungan dengan Imam Asy-Syafi’i

Kedalaman ilmu dan ketakwaan Sayyidah Nafisah bahkan membuat Imam Asy-Syafi’i, pendiri mazhab Syafi’i, sangat menghormatinya. Saat beliau tinggal di Mesir, Imam Asy-Syafi’i sering berkunjung ke rumah Sayyidah Nafisah untuk berdiskusi tentang ilmu dan meminta doa.

Alkisah bahwa ketika Imam Asy-Syafi’i sakit keras, beliau mengirim pesan kepada Sayyidah Nafisah agar didoakan kesembuhannya. Sayyidah Nafisah pun berdoa dengan penuh keikhlasan, namun Allah berkehendak lain. Setelah Imam Asy-Syafi’i wafat, Sayyidah Nafisah turut menshalatkan jenazahnya dan mendoakan dengan air mata yang menetes. Kedekatan spiritual antara dua tokoh besar ini menjadi bukti betapa tinggi kedudukan Sayyidah Nafisah di mata para ulama.

Wafat dalam Keadaan Mulia

Sayyidah Nafisah wafat di Kairo pada Ramadan tahun 208 H (sekitar 824 M) dalam keadaan berpuasa dan membaca Al-Qur’an. Ketika sampai pada ayat: “Lahum darus-salaami ‘inda rabbihim…”
“Bagi mereka rumah keselamatan di sisi Tuhan mereka.” (QS. Al-An’am: 127)

Beliau berhenti membaca, tersenyum, dan menghembuskan napas terakhir. Wajahnya bercahaya, menandakan akhir yang indah bagi seorang ahli ibadah sejati.

Makam dan Penghormatan Umat Islam

Makam Sayyidah Nafisah kini berada di kawasan Sayyidah Nafisa, Kairo, Mesir. Hingga kini, tempat itu menjadi salah satu pusat ziarah dan pengajaran spiritual, dikunjungi oleh ribuan umat Islam dari seluruh dunia.

Bukan untuk disembah, tetapi sebagai bentuk penghormatan terhadap seorang wanita suci yang hidupnya diabdikan untuk Al-Qur’an dan ilmu. Banyak ulama besar Mesir mencatat tentang karamah dan keteladanan beliau, termasuk Imam Jalaluddin As-Suyuthi dan Ibn Hajar Al-Haitami.

Teladan dari Sayyidah Nafisah

Kehidupan Sayyidah Nafisah mengandung banyak pelajaran berharga bagi umat Islam, terutama bagi kaum perempuan. Nilai-nilai teladan tersebut adalah :

  1. Cinta kepada Al-Qur’an. Beliau menunjukkan bahwa kedekatan dengan Al-Qur’an adalah sumber kemuliaan dan kebahagiaan sejati.
  2. Kesederhanaan dan Kedermawanan. Walaupun dari keluarga terhormat, beliau hidup dengan sangat sederhana dan selalu membantu orang lain.
  3. Ilmu dan Amal yang Seimbang. Sayyidah Nafisah tidak hanya berilmu, tetapi juga mengamalkannya dengan penuh keikhlasan.
  4. Peran Perempuan dalam Dakwah. Beliau menjadi contoh nyata bahwa perempuan dapat berperan besar dalam penyebaran ilmu dan spiritualitas Islam.
  5. Keteguhan Iman dan Doa yang Mustajab. Setiap ucapan dan doa beliau lahir dari hati yang tulus, sehingga menjadi sumber keberkahan bagi banyak orang.

Penutup

Sayyidah Nafisah adalah sosok wanita agung yang menyinari dunia Islam dengan ilmu, ibadah, dan keteladanan. Sebagai penghafal Al-Qur’an dan ulama dari keturunan Rasulullah SAW, beliau menjadi simbol cinta terhadap ilmu dan keikhlasan dalam beramal.

Hidupnya mengajarkan bahwa kemuliaan sejati tidak terletak pada harta atau kedudukan, tetapi pada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Hingga kini, namanya tetap dikenang dengan penuh rasa hormat ; sebagai Permata Ilmu dari Keturunan Rasulullah.

“Ilmu tanpa amal adalah kesia-siaan, dan amal tanpa ilmu adalah kesesatan.”
— Sayyidah Nafisah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement