SURAU.CO – Pada era digital yang serba cepat ini, dunia maya telah menjadi ruang baru bagi manusia untuk berinteraksi, berpendapat, dan mengekspresikan diri. Media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan X (Twitter) menjadi tempat di mana informasi dan berita menyebar dalam hitungan detik. Namun, dari kemudahan tersebut, muncul pula tantangan besar terhadap akhlak dan etika seorang Muslim. Banyak orang dengan mudah menulis komentar tanpa berpikir panjang, ikut membagikan sesuatu tanpa verifikasi, bahkan menghina atau mempermalukan orang lain atas dasar “kebebasan berekspresi”. Padahal, Islam telah menuntun umatnya untuk berhati-hati dalam setiap ucapan dan tindakan, termasuk dalam dunia digital. Ahlak Islami Era Digital: Tidak Semua Hal Viral Perlu Dikomentari.
Digitalisasi dan Krisis Akhlak
Era digital telah membawa perubahan besar dalam cara manusia berkomunikasi. Jika dahulu ucapan hanya terdengar oleh orang-orang di sekitar kita, kini satu kalimat di media sosial bisa terbaca jutaan orang seluruh dunia. Inilah yang menjadikan tanggung jawab moral dalam berkomunikasi semakin besar.
Sayangnya, banyak pengguna internet yang tidak sadar bahwa setiap tulisan, komentar, atau unggahan memiliki konsekuensi. Banyak perdebatan panas dalam dunia maya hanya karena perbedaan pendapat kecil. Tidak jarang pula muncul fenomena “perundungan digital” (cyberbullying), fitnah, dan penyebaran kebencian yang berujung pada kerusakan hubungan sosial.
Rasulullah SAW telah mengingatkan pentingnya menjaga lisan. Zaman sekarang, lisan itu juga termasuk “jari-jari yang mengetik”. Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kalimat ini menunjukkan betapa Islam menekankan adab berbicara, bahkan lebih jauh lagi, mengajarkan agar seorang Muslim berpikir sebelum berbicara. Jika ucapan atau tulisan tidak membawa manfaat, maka diam jauh lebih utama.
Fenomena Viral dan Budaya Komentar
Salah satu ciri khas era digital adalah fenomena “viral”. Setiap hari ada saja berita, video, atau foto yang ramai menjadi perbincangan. Kadang berupa hal positif seperti aksi sosial atau prestasi seseorang, tapi tidak jarang pula berupa aib, kesalahan, atau kontroversi.
Begitu sesuatu viral, ribuan komentar akan muncul. Sebagian mendukung, sebagian menghujat, sebagian lagi hanya ikut-ikutan berkomentar tanpa tahu duduk perkara sebenarnya. Budaya “ikut ramai” ini sering kali melahirkan fitnah, salah paham, dan dosa yang tidak tersadari.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(QS. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini adalah pedoman utama bagi umat Islam dalam bermedia sosial. Allah memerintahkan kita untuk tabayyun, yaitu meneliti dan memastikan kebenaran informasi sebelum mempercayai dan menyebarkannya.
Sayangnya, prinsip tabayyun ini sering kali diabaikan. Banyak orang lebih senang menjadi yang tercepat membagikan informasi ketimbang menjadi yang paling benar. Padahal, menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya termasuk dosa besar, apalagi jika berita tersebut merugikan orang lain.
Akhlak Muslim di Dunia Maya
Akhlak Islami tidak hanya berlaku di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Seorang Muslim tetap terikat dengan nilai-nilai Islam meskipun berada di balik layar ponsel atau komputer. Berikut beberapa akhlak yang harus terjaga pada era digital saat ini.
Pertama, Menjaga Lisan Digital (Komentar dan Status)
Ucapan yang keluar dari mulut dan tulisan yang keluar dari jari sama-sama bisa menjadi sumber pahala atau dosa. Komentar yang kasar, hinaan, dan celaan terhadap orang lain jelas dilarang. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mencela satu sama lain, dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.”
(QS. Al-Hujurat: 11)
Kedua, Tidak Mudah Menghakimi Orang Lain
Ketika ada video viral tentang seseorang berbuat salah, banyak orang langsung menghakimi tanpa tahu latar belakangnya. Padahal, bisa jadi video itu dipotong, disunting, atau tidak menggambarkan kejadian sebenarnya. Rasulullah SAW bersabda:
“Cukuplah seseorang dianggap berdosa apabila ia menyampaikan semua yang ia dengar.”
(HR. Muslim)
Ketiga, Menjaga Privasi dan Martabat Orang Lain
Menyebarkan aib orang lain termasuk dosa besar. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.”
(HR. Muslim)
Sayangnya, di era digital, banyak orang justru bangga ketika bisa “membongkar” kesalahan orang lain demi mendapatkan perhatian atau pengikut. Padahal, tindakan itu bisa menjerumuskan ke dalam dosa ghibah dan fitnah.
Keempat, Bijak Menggunakan Waktu Online
Media sosial bisa menjadi ladang amal jika digunakan dengan benar — seperti menyebarkan ilmu, menginspirasi kebaikan, dan menyemangati orang lain. Namun, bisa pula menjadi ladang dosa jika diisi dengan gosip, debat kusir, dan hal sia-sia. Rasulullah bersabda:
“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.”
(HR. Tirmidzi)
Dampak Negatif Komentar Tanpa Akhlak
Komentar yang tidak terkontrol bisa menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
- Dosa dan penyesalan pribadi. Kata-kata yang menyakiti orang lain bisa menjadi sebab murka Allah.
- Rusaknya ukhuwah Islamiyah. Perdebatan keras di media sosial bisa memecah persaudaraan sesama Muslim.
- Gangguan mental bagi korban. Banyak kasus depresi hingga bunuh diri akibat komentar jahat di dunia maya.
- Citra buruk umat Islam. Jika umat Islam dikenal suka menghina, mencaci, dan mempermalukan, maka hilanglah keindahan akhlak yang seharusnya menjadi teladan bagi dunia.
Meneladani Akhlak Rasulullah di Dunia Digital
Rasulullah SAW adalah teladan dalam tutur kata, kesabaran, dan kelembutan. Beliau tidak pernah membalas hinaan dengan hinaan, tidak pernah menjelekkan orang yang bersalah, dan selalu berbicara dengan hikmah. Jika kita benar-benar mencintai beliau, maka akhlaknya harus tercermin dalam perilaku kita di dunia digital.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al-Qalam: 4)
Seorang Muslim hendaknya meneladani sifat Rasulullah seperti shidq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathanah (cerdas). Dalam konteks media sosial, keempat sifat ini berarti:
- Tidak menyebarkan berita bohong,
- Tidak menipu pengikut,
- Menyampaikan kebaikan dan ilmu yang benar,
- Cerdas dalam memilah mana konten bermanfaat dan mana yang merusak.
- Etika Praktis dalam Bermedia Sosial Menurut Islam
Berikut beberapa langkah konkret agar kita tetap berakhlak Islami di dunia digital:
- Niatkan aktivitas online sebagai ibadah. Gunakan media sosial untuk menyebarkan ilmu dan kebaikan.
- Berpikir sebelum mengetik. Tanyakan pada diri sendiri: apakah komentar ini bermanfaat? Apakah menyakiti orang lain?
- Hindari debat kusir. Jika diskusi tidak mengarah pada kebaikan, lebih baik tinggalkan.
- Jaga pandangan dan waktu. Jangan berlama-lama di dunia maya hingga melalaikan ibadah dan kewajiban.
- Selalu tabayyun. Jangan mudah percaya pada berita atau video tanpa sumber jelas.
- Hindari menyebar aib dan gosip. Jaga kehormatan sesama Muslim.
- Berdoalah agar dijauhkan dari dosa lisan dan tulisan.
Bijak dan Beradab di Dunia Digital
Akhlak Islami adalah fondasi utama kehidupan seorang Muslim, baik di dunia nyata maupun di dunia digital. Dunia maya mungkin tidak memiliki batas fisik, tetapi tetap berada di bawah pengawasan Allah SWT.
Tidak semua hal viral perlu dikomentari. Kadang, diam adalah bentuk kebijaksanaan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
“Barang siapa diam, maka ia selamat.”
(HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu, marilah kita jaga jari-jari kita dari dosa, gunakan media sosial dengan akhlak, dan jadikan dunia digital sebagai ladang pahala, bukan ladang fitnah.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
