Khazanah
Beranda » Berita » Jiwa Itu Cermin, Tubuh Itu Debu: Belajar Merendah Bersama Ruh

Jiwa Itu Cermin, Tubuh Itu Debu: Belajar Merendah Bersama Ruh

Ilustrasi jiwa sebagai cermin dan tubuh sebagai debu dalam filsafat al-Kindī.
Ilustrasi filosofis tentang perbedaan jiwa dan tubuh menurut al-Kindī, menggambarkan jiwa sebagai cahaya abadi.

Rasa Hidup yang Tak Terlihat

Jiwa itu ibarat cermin, sementara tubuh hanyalah debu yang menempel. Begitulah al-Kindī menggambarkan hubungan antara ruh dan jasad dalam kitab Risāla fī al-Nafs. Sejak paragraf pertama risalahnya, ia menegaskan bahwa jiwa bukan sekadar bayangan tubuh, melainkan cahaya yang membuat hidup terasa hidup.

Ngaji jiwa ala al-Kindī ini terasa sangat relevan di zaman kita yang serba sibuk. Frasa kunci “jiwa itu cermin, tubuh itu debu” mengingatkan kita untuk tidak terlalu bangga dengan jasad yang fana, tetapi merawat ruang batin yang abadi. Karena ruh adalah inti kehidupan, sedang tubuh hanyalah bungkus sementara.

Jiwa Tidak Bisa Ditimbang

Kalau kita ke pasar, semua bisa ditakar: beras sekilo, cabai setengah kilo, gula seperempat. Tapi jiwa tidak bisa ditimbang. Al-Kindī menulis dengan bahasa yang tegas:

«النفس جوهرٌ بسيطٌ غيرُ جسمانيٍّ، قائمٌ بنفسه»

“Jiwa adalah substansi sederhana, tidak bersifat jasmani, berdiri dengan dirinya sendiri.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kalimat ini sederhana tapi menggugah. Jiwa bukan materi, ia tidak bisa dipegang tangan atau diikat dengan tali. Meski begitu, ia yang membuat tubuh bergerak, bernapas, dan berpikir. Tanpa jiwa, tubuh hanyalah debu yang kembali ke tanah.

Sehari-hari kita sibuk menjaga tubuh: makan sehat, minum vitamin, olahraga. Semua itu baik, tapi jangan lupa menjaga jiwa dengan doa, syukur, dan dzikir. Kalau tubuh sehat tapi jiwa keropos, hidup terasa hampa.

Indera Sebagai Jendela Jiwa

Al-Kindī juga mengingatkan bahwa indera adalah jalan masuk jiwa untuk mengenal dunia. Melalui mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah, jiwa belajar memahami realitas.

Ia berkata:

«الحواسّ أبوابٌ إلى النفس، بها تعرفُ وتدركُ»

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“Indera adalah pintu menuju jiwa; melalui mereka jiwa mengenal dan memahami.”

Contoh sederhana: mendengar azan membuat hati tergerak, melihat wajah anak tersenyum membuat dada lapang, mencium wangi tanah basah selepas hujan membuat jiwa tenang. Indera adalah pintu, tapi yang merasakan kedalaman adalah jiwa.

Di sini kita diajak untuk berhati-hati. Kalau pintu itu dipenuhi hal buruk—suara fitnah, gambar maksiat, kabar bohong—maka jiwa juga akan kotor. Namun kalau pintu itu dipenuhi bacaan Qur’an, lantunan shalawat, atau suara alam, jiwa akan jernih.

Sayap Khayal dan Akal

Al-Kindī membagi jiwa ke dalam beberapa daya. Ada daya khayal, yang membuat kita bisa membayangkan hal-hal yang tidak ada di depan mata. Ada daya akal, yang lebih tinggi, membuat kita mampu menimbang benar-salah.

Ia menulis:

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

«القوّة الناطقة في النفس أرفعُ قواها، وبها تُدرك المعقولات»

“Kekuatan berpikir dalam jiwa adalah daya tertingginya, dengan itu ia memahami hal-hal rasional.”

Jiwa itu bagaikan burung dengan dua sayap. Sayap khayal membuat ia terbang jauh, sementara sayap akal membuat ia tahu arah. Kalau salah satu sayap patah, jiwa terseret oleh nafsu atau tenggelam dalam khayalan kosong.

Fenomena sehari-hari mudah kita lihat: orang bisa berandai-andai ingin kaya, ingin terkenal, ingin dihormati. Itu khayal. Tapi akal sehat mengingatkan: semua ada jalannya, semua ada timbangannya. Jika akal dipakai dengan jernih, jiwa bisa terbang dengan seimbang.

Jiwa dan Tubuh: Persahabatan Sementara

Salah satu bagian terindah dari risalah ini adalah ketika al-Kindī membahas hubungan jiwa dan tubuh. Ia menyebutnya seperti persahabatan. Jiwa butuh tubuh agar bisa mengekspresikan diri, tubuh butuh jiwa agar tetap hidup. Namun persahabatan ini tidak kekal.

«النفس باقيةٌ بعد مفارقة البدن، لأنّها ليست من طبيعته»

“Jiwa tetap ada setelah berpisah dari tubuh, karena ia bukan berasal dari tabi’at tubuh.”

Kalimat ini mengajarkan kerendahan hati. Tubuh sehebat apa pun, suatu saat akan lemah dan hancur. Tetapi jiwa tetap berjalan. Maka yang perlu kita jaga bukan hanya badan, tapi juga ruh.

Menghadirkan Jiwa dalam Kehidupan

Al-Qur’an mengingatkan:

 

﴿قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا ۝ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا﴾ (QS. Asy-Syams: 9–10)

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”

Ayat ini terasa bersambung dengan pesan al-Kindī. Jiwa bisa naik atau turun. Ia bisa terang, bisa pula gelap. Pilihannya ada pada kita.

Kalau kita isi jiwa dengan iri, benci, dan serakah, jiwa jadi kusam. Tapi kalau kita isi dengan syukur, ilmu, dan kasih sayang, jiwa jadi bening seperti cermin. Dari sinilah muncul ketenangan hidup.

Merawat Jiwa di Tengah Sibuk Dunia

Zaman sekarang orang banyak bicara soal kesehatan mental. Sebenarnya, al-Kindī sudah sejak dulu mengajarkan hal ini: menjaga jiwa sama pentingnya dengan menjaga tubuh. Bedanya, al-Kindī memakai bahasa filsafat, sementara kita sering menyebutnya kesehatan hati.

Praktiknya bisa sederhana: luangkan waktu untuk berdoa dengan khusyuk, duduk hening merenungi ciptaan Allah, berbagi kebaikan dengan orang lain, atau sekadar belajar ikhlas. Semua itu makanan jiwa.

Kalau tubuh kuat tapi jiwa kosong, hidup terasa berat. Sebaliknya, kalau jiwa kuat, meski tubuh lemah, hidup tetap penuh cahaya.

Penutup: Jiwa Itu Cermin, Tubuh Itu Debu

Akhirnya, kita pulang kepada pesan sederhana: jiwa itu cermin, tubuh itu debu. Jangan terbalik. Jangan sampai kita sibuk membersihkan debu, tapi melupakan cermin. Tubuh memang penting, tapi jiwa yang menentukan bagaimana wajah hidup kita terlihat.

Belajar dari al-Kindī, mari kita jaga jiwa dengan kerendahan hati. Mari belajar merendah bersama ruh, agar ketika tubuh kembali ke tanah, jiwa kita tetap bercahaya.

 

*Sugianto Al-Jawi

Budayaan Kontenporer Tulungagung 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement