Khazanah
Beranda » Berita » Menjaga Kesehatan Jiwa Raga dalam Proses Belajar: Sebuah Pesan Imam Az-Zarnuji

Menjaga Kesehatan Jiwa Raga dalam Proses Belajar: Sebuah Pesan Imam Az-Zarnuji

Pelajar Islam menuntut ilmu dengan jiwa tenang dan tubuh sehat, sesuai pesan Imam Az-Zarnuji
Seorang pelajar duduk bersila di taman, memegang kitab sambil tersenyum tenang, dikelilingi sinar lembut matahari pagi melambangkan keseimbangan antara kesehatan tubuh dan ketenangan hati

Belajar bukan hanya soal otak yang bekerja keras memahami ilmu, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan antara jiwa dan raga. Dalam proses panjang menuntut ilmu, seseorang tidak hanya dituntut kuat secara intelektual, tetapi juga harus tangguh secara mental dan fisik. Imam Az-Zarnuji, seorang ulama besar abad pertengahan yang menulis Kitab Ta‘lîm al-Muta‘allim Tharîq at-Ta‘allum, menyadari hal ini jauh sebelum teori psikologi modern berkembang.

Beliau mengingatkan bahwa ilmu tidak akan menetap di hati yang lelah dan tubuh yang lalai. Karena itu, menjaga kesehatan lahir dan batin adalah bagian dari adab menuntut ilmu. Dalam pandangan beliau, jiwa yang tenang dan tubuh yang sehat adalah wadah bagi ilmu yang berkah.

Belajar Sebagai Ibadah yang Butuh Keseimbangan

Imam Az-Zarnuji memandang menuntut ilmu sebagai ibadah tertinggi. Namun, ibadah ini tidak akan sempurna bila dilakukan dengan tubuh yang lemah atau hati yang gundah. Ia menulis:

“ينبغي لطالب العلم أن يكون قويّ البدن، نشيط القلب، طيب النفس، لأن العلم لا يُنال بالتكاسل.”
“Seorang penuntut ilmu hendaknya kuat badannya, bersemangat hatinya, dan berjiwa baik, karena ilmu tidak dapat diperoleh dengan kemalasan.”

Kalimat ini sederhana namun dalam maknanya. Ia menunjukkan bahwa kesehatan bukan sekadar urusan jasmani, tetapi juga spiritual. Seorang pelajar yang tekun namun lalai menjaga kesehatannya akan cepat lelah, dan semangat belajarnya mudah padam.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Di sisi lain, tubuh yang bugar dan pikiran yang jernih akan membantu seseorang menikmati setiap proses belajar. Rasulullah ﷺ bersabda:

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim)

Kekuatan di sini tentu mencakup kekuatan fisik, mental, dan spiritual. Dalam konteks menuntut ilmu, kekuatan itu menjadi fondasi agar seseorang tetap istiqamah menghadapi rintangan dalam perjalanan intelektualnya.

Raga yang Sehat, Pikiran yang Jernih

Tubuh yang sehat memberikan energi untuk berpikir jernih. Imam Az-Zarnuji menjelaskan bahwa penuntut ilmu sebaiknya memperhatikan pola makan, tidur, dan aktivitas fisik. Meskipun beliau hidup di masa yang sederhana, pesan-pesannya relevan hingga kini.

Dalam kitabnya, beliau menasihati:

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

“لا تكثر الأكل فإنه يثقل القلب ويضعف الفهم ويجلب النوم.”
“Janganlah makan berlebihan, karena itu memberatkan hati, melemahkan pemahaman, dan menimbulkan rasa kantuk.”

Pesan ini mengajarkan disiplin diri. Pola makan yang seimbang ternyata tidak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga bagi kemampuan berpikir. Ilmu membutuhkan fokus, dan fokus lahir dari tubuh yang tidak dibebani kebiasaan berlebihan.

Dalam kehidupan modern, banyak pelajar yang mengabaikan kesehatannya demi ambisi akademik. Mereka begadang tanpa istirahat, makan sembarangan, dan membiarkan tubuhnya kelelahan. Padahal, kelelahan fisik dapat menumpulkan semangat dan membuat pikiran tidak stabil.

Allah ﷻ berfirman:

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS. An-Naba’ [78]: 9)

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Istirahat bukan bentuk kemalasan, tetapi bagian dari ketaatan kepada sunnatullah. Menjaga raga berarti menjaga kemampuan untuk terus belajar dengan optimal.

Jiwa yang Sehat, Ilmu yang Melekat

Selain tubuh, jiwa juga perlu dijaga. Imam Az-Zarnuji menekankan bahwa ilmu tidak akan masuk ke hati yang gelisah, iri, atau penuh dosa. Dalam Ta‘lîm al-Muta‘allim, beliau menulis:

“العلم نور، ونور الله لا يُهدى للعاصي.”
“Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.”

Pesan ini sangat relevan dengan kesehatan jiwa. Hati yang penuh maksiat dan kebencian seperti wadah kotor—tak akan mampu menampung air jernih. Begitu juga ilmu, ia hanya menetap di hati yang bersih dari iri, dengki, dan kesombongan.

Menjaga kesehatan jiwa berarti menjaga niat dan kebersihan hati. Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلَا إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh; dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hati yang bersih akan melahirkan pikiran yang jernih dan perilaku yang santun. Inilah rahasia kesehatan spiritual yang menopang perjalanan seorang penuntut ilmu.

Menjaga Kesehatan dari Dosa dan Lalai

Dalam pandangan Imam Az-Zarnuji, menjaga diri dari dosa juga bagian dari menjaga kesehatan spiritual. Ia mengingatkan:

“احذر المعاصي فإنها سبب النسيان وحرمان العلم.”
“Berhati-hatilah terhadap dosa, karena dosa menjadi sebab lupa dan hilangnya ilmu.”

Kehilangan ilmu di sini bukan berarti lupa hafalan, tetapi hilangnya keberkahan dalam pemahaman. Dosa membuat hati gelap dan sulit menerima kebenaran. Maka, menjaga diri dari maksiat adalah cara terbaik untuk memelihara kejernihan jiwa.

Setiap pelajar harus sadar bahwa dosa kecil yang dibiarkan akan mengikis semangat belajar. Misalnya, kebiasaan menunda-nunda waktu belajar, berbohong kecil, atau bersikap tidak hormat kepada guru. Semua itu merusak “kesehatan spiritual” yang menjadi syarat datangnya taufik dari Allah.

Ketika Pikiran Lelah, Ruh Harus Dihidupkan

Belajar yang berkelanjutan kadang membuat seseorang lelah dan jenuh. Imam Az-Zarnuji menasihatkan agar penuntut ilmu tidak memaksakan diri saat pikirannya jenuh. Ia menyarankan untuk mengalihkan perhatian dengan aktivitas yang mencerahkan hati, seperti berdzikir, membaca Al-Qur’an, atau bersilaturahmi dengan orang saleh.

“إذا مللت العلم فجدّد نشاطك بذكر الله أو لقاء الصالحين.”
“Apabila engkau merasa jenuh dari ilmu, perbaruilah semangatmu dengan mengingat Allah atau bertemu dengan orang-orang saleh.”

Dalam konteks modern, nasihat ini sejalan dengan konsep mental refreshment. Pikiran yang terlalu tegang perlu diistirahatkan. Bukan dengan hiburan berlebihan, tetapi dengan kegiatan yang menenangkan jiwa.

Mendekat kepada Allah adalah cara terbaik untuk memulihkan energi spiritual. Dengan ruh yang hidup, semangat belajar akan tumbuh kembali.

Kesehatan Sosial dalam Dunia Belajar

Menjaga kesehatan jiwa raga juga mencakup hubungan sosial. Imam Az-Zarnuji menekankan pentingnya bersikap baik terhadap teman belajar dan lingkungan.

beliau berkata:

“ينبغي لطالب العلم أن لا يحسد زملاءه، فإن الحسد يفسد القلب ويمنع الفهم.”
“Seorang penuntut ilmu hendaknya tidak iri kepada teman-temannya, karena iri hati merusak hati dan menghalangi pemahaman.”

Kesehatan mental tidak akan tumbuh di lingkungan yang dipenuhi persaingan tidak sehat. Sebaliknya, suasana belajar yang penuh kasih dan saling menghargai akan menumbuhkan semangat kolektif untuk maju bersama.

Belajar dalam kebersamaan melatih empati dan menumbuhkan kebahagiaan. Orang yang bahagia secara sosial lebih mudah memahami pelajaran karena hatinya ringan dan pikirannya tenang.

Pola Hidup Seimbang Menurut Imam Az-Zarnuji

Imam Az-Zarnuji juga mengajarkan keseimbangan antara ibadah, belajar, dan istirahat. Ia tidak menyukai sikap ekstrem—baik terlalu sibuk dengan dunia maupun tenggelam dalam ibadah hingga melupakan tugas belajar.

“خَيْرُ الأُمُورِ أَوْسَطُهَا.”
“Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan.”

Beliau menekankan bahwa penuntut ilmu perlu memiliki rutinitas yang seimbang: waktu untuk belajar, beribadah, beristirahat, dan bersosialisasi. Semua ini menjaga stabilitas mental dan fisik, yang pada akhirnya memperkuat daya serap terhadap ilmu.

Pola hidup seperti ini bukan hanya menjaga kesehatan, tetapi juga menumbuhkan rasa syukur. Karena dalam keseimbangan itulah seseorang merasakan nikmat ilmu dan kehidupan sekaligus.

Jiwa yang Sabar dan Tubuh yang Kuat

Sabar adalah energi batin yang menjaga kesehatan jiwa. Imam Az-Zarnuji mengingatkan bahwa proses belajar membutuhkan kesabaran panjang. Ia menulis:

“لا ينال العلم براحة الجسد.”
“Ilmu tidak akan diperoleh dengan kemudahan tubuh.”

Artinya, kesehatan tubuh harus diimbangi dengan keteguhan hati. Sehat bukan berarti selalu nyaman. Kadang, tubuh lelah karena belajar, namun hati tetap tenang karena tahu bahwa lelah itu bernilai ibadah.

Kesabaran membuat jiwa lebih kuat menahan tekanan dan kegagalan. Dengan sabar, seorang pelajar akan mampu menjaga kestabilan emosinya dan tidak mudah putus asa.

Menjaga Kesehatan Jiwa Raga Adalah Bagian dari Syukur

Menjaga diri bukan sekadar kewajiban moral, tapi bentuk rasa syukur atas nikmat Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu karenanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Menuntut ilmu tanpa menjaga kesehatan sama saja menyia-nyiakan nikmat besar yang Allah berikan. Jiwa yang tenang dan tubuh yang kuat adalah modal untuk mengembangkan potensi.

Imam Az-Zarnuji ingin para pelajar menyadari bahwa menjaga kesehatan bukan sekadar urusan medis, tetapi bagian dari spiritualitas belajar. Setiap makanan yang halal, setiap tidur yang cukup, setiap dzikir yang menenangkan hati—semuanya bernilai ibadah bila diniatkan untuk menambah kekuatan menuntut ilmu.

Penutup

Belajar adalah perjalanan yang membutuhkan stamina, kesabaran, dan ketulusan. Dalam perjalanan itu, Imam Az-Zarnuji mengingatkan agar setiap penuntut ilmu menjaga dua hal paling berharga: kesehatan tubuh dan kebersihan jiwa.

Ilmu bukan sekadar hafalan, tetapi cahaya yang hanya akan masuk ke hati yang tenang dan raga yang siap. Maka, rawatlah tubuhmu dengan seimbang, istirahat yang cukup, dan makanan yang baik. Jaga juga jiwamu dengan dzikir, keikhlasan, dan rasa syukur.

Karena sejatinya, jiwa yang sehat melahirkan pikiran yang tajam, dan raga yang kuat menuntun langkah menuju ilmu yang berkah.

Sebagaimana kata Imam Az-Zarnuji:

“العلم حياة القلب، والصحة نعمة البدن، ومن جمع بينهما فقد سعد.”
“Ilmu adalah kehidupan hati, kesehatan adalah nikmat tubuh, dan barang siapa menggabungkan keduanya, maka ia berbahagia.”

 

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement