Kisah
Beranda » Berita » Menantang Pasukan Romawi: Kisah Rasulullah [Periode Madinah]

Menantang Pasukan Romawi: Kisah Rasulullah [Periode Madinah]

Menantang Pasukan Romawi: Kisah Rasulullah [Periode Madinah]
Menantang Pasukan Romawi: Kisah Rasulullah [Periode Madinah]

 

SURAU.CO – Keputusan rasulullah ﷺ memberangkatkan pasukan dalam cuaca panas sangat cermat. Orang-orang Romawi tahu  bahwa pasukan muslim sudah berdiam di Tabuk. Hal ini membuat semanggat mereka luntur dan menjadi terpecah belah.

Rasulullah saw tinggal disana selama 20 hari untuk menakuti-nakuti musuh dan menerima utusan. Keberhasilan pasukan Muslim menakuti-nakuti pasukan Romawi membuat pamor Islam melonjak.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Allohumma sholi ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad

Perang Tabuk

Usai pembebasan Makkah, tersisa satu musuh besar kaum Muslim, yaitu Romawi. Sebagai sebuah “negara” Adidaya  saat itu  dan berbeda Aqidah. Romawi sangat berpotensi menghalangi dak`wah Islam.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Mereka pasti akan membalas dendam atas kekalahan mereka pada saat perang dan bertempur dengan kaum muslimin di perang Mu’tah dimana Kaisar Romawi Namanya sangat tercoreng saat itu. Betapa tidak,  Kaum Muslim yang hanya  berjumlah 3.000 orang berhasil menggentarkan Romawi yang berjumlah 200.000 orang.

Mereka tahu bahwa seluruh penduduk Jazirah Arab sudah sangat terpesona dengan kaum muslimin. Buktinya akhir-akhir ini semakin banyak kabilah Arab yang memeluk Islam.

Dampak perang Mu`tah sangat luar biasa karena membuat kabilah-kabilah  Arab mulai berniat untuk memerdekan diri.

Orang-orang Romawi resah, untuk itu mereka ingin menghabisi pasukan Muslim dikandang mereka sendiri di Madinah al-Munawwarah.

“Jika ini dibiarkan, pengaruh Romawi di wilayah-wilayah Arab yang ku kuasai akan hancur,” demikian pikir Kaisar Romawi”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“Tidak ada jalan lain selain menghancurkan agama baru itu sampai ke akarnya.”

Maka orang Romawi segera menyiapkan sebuah pasukan Romawi dibawah  Kaisar Heraklius  dimana dia telah menyiapkan  40.000 orang prajurit. Termasuk di dalamnya adalah kabilah-kabilah Arab yang menganut agama Nasrani.

Mereka akan memusnahkan tentara muslim dengan membuat orang lupa akan pengunduran diri tentara muslim yang sangat cerdik pada perang Mu’tah.

Umat Islam Sempat Katar Katir

Kabar keberangkatan pasukan Romawi ke Madinah simpang siur. Setiap ada saja berita  yang masuk ke Madinah sehingga membuat kaum Muslim resah, dan mencekam.

Rasulullah saw bahkan sampai menjauhi istri-istrinya selama satu bulan sehingga para sahabat menduga beliau  telah menceraikannya.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Keadaan di Madinah pun menjadi genting. Orang-orang munafik memperparahnya dengan menyebarkan desas-desus tentang kedatangan pasukan Romawi, bahwa Kaisar Heraklius  telah menyiapkan 40.00 prajurit yang didalamnya  ada beberapa kabilah Arab yang beragama Nasrani. Dan pasukan terdepan Sekarang  telah berada di Balqa, tidak jauh dari Madinah.

Begitu gawatnya keadaan sampai-sampai ketika orang Anshar mengetuk pintu rumahnya, Umar Bin Khattab keluar sambil bertanya, “Apakah orang-orang Romawi sudah tiba?”

Situasi tambah mengkhawatirkan karena saat itu adalah musim panas panceklik menjelang musim gugur yang dikenal sebagai musim maut yang sangat mencekam di padang pasir.

Cuaca Panas telah mencapai puncak derajat tertinggi. Semua orang lebih suka berdiam diri di rumah atau di kebun daripada bepergian sehingga jalan-jalan di Madinah tampak lebih sepi daripada hari-hari biasanya.

Namun tidak ada jalan lain bagi Rasulullah ﷺ selain mengumumkan keberangkatan perang. Beliau memberitahu kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam agar bersiap dengan pasukan sebesar mungkin.

Orang-orang  Arab Badui dan orang-orang munafik datang menemui Rasulullah saw untuk minta izin untuk tidak ikut  terjun perang dengan berbagai dalih.
Rasulullah saw memberi izin bagi mereka. Sebagian kaum Muslim juga tidak ikut karena malas.

Keputusan Rasulullah ﷺ

Keadaan cuaca panas  ini dipergunakan Rasulullah saw sangat cermat dan bijaksana sebab jika beliau menunggu musim panas berlalu orang Romawi akan masuk lebih jauh ke dalam wilayah Islam.

Memberangkatkan pasukan menghadapi kekuatan Romawi membutuhkan kerja keras  dan biaya yang sangat besar sekali.

Perjalanan jauh di bawah panas matahari yang luar biasa ke perbatasan Romawi akan merupakan perjalanan yang sangat sulit.

Apalagi Rasulullah ﷺ juga mengharapkan bahwa setiap orang memberikan hartanya untuk pasukan yang memerlukan biaya besar.

Maka ketika seruan jihad berkumandang, bagaimanakah sikap kaum muslimin?

Ketika mendengar ada bahaya,  Rasulullah ﷺ selalu berusaha untuk menyerang lebih dahulu.

Menyerang punya beberapa kelebihan yaitu:

Leluasa menentukan sasaran,
Dapat menarik mundur pasukan jika situasi tidak menguntungkan.

Prajurit penyerang biasanya lebih siap dan lebih bersemangat dibandingkan dengan prajurit yang bertahan.

Ketika pasukan sedang bergerak ke Tabuk, tiba-tiba Ali bin abi Thalib yang ada di Madinah menyusul. Ia  tak tahan mendengar celaan orang-orang munafik sehingga memutuskan untuk pergi.

Persiapan Rasulullah ﷺ

Rasulullah saw, menyerahkan kota Madinah ke  Muhammad bin Maslamah, urusan keluarganya di serahkan ke Ali bin Abi Thalib.  Panji perang diserahkan ke Abu Bakar dan  bendera-bendera perang yang lebih kecil diserahkan kebeberapa kaum dari beberapa kabilah.

Rasulullah saw berangkat ke Tabuk dengan dengan membawa 30.000 pasukan. Perjalanan yang berat membuat sikap kaum muslimin terbelah; Kaum Munafik memilih untuk tidak pergi, sedangkan Kaum Beriman dengan penuh keyakinan menyambut panggilan Rasulullah ﷺ.

Rasulullah saw menyeru kaum muslimin disemua tempat ikut berperang,  dan bagi yang memiliki kelebihan ekonomi untuk membantu mereka yang kesulitan bekal.

Para sahabat yang berharta bahkan berlomba-lomba untuk bersedekah

Abu Bakar adalah orang yang pertama menyerahkan sedekahnya ke tangan Rasulullah ﷺ. Abu Bakar menyerahkan seluruh hartanya yang berjumlah 4.000 dirham.

“Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?” tanya Rasulullah ﷺ. “Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya,” demikian jawab Abu Bakar.

Umar bin Khattab yang melihat hal itu dan hendak menyerahkan separuh hartanya, berkata; “Aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar dalam perlombaan kebaikan untuk selama-lamanya.”

Utsman bin Affan menyiapkan 10.000 dinar, 300 unta beserta perlengkapannya, dan 50 kuda untuk mendukung perjuangan.

Beliau Rasulullahﷺ menerimanya dan bersabda, “Tidak ada yang membahayakan Utsman karena apa yang dilakukannya setelah hari ini.”

Akan tetapi Usman tidak berhenti sampai di situ, melainkan terus maju. Ia mengeluarkan sedekah lagi, lagi, dan lagi sampai seluruhnya berjumlah 900 ekor unta, 100 kuda dan sejumlah besar uang tunai.

Abdurrahman bin Auf datang menyerahkan 200 uqiyah perak.

Harta Demi Perjuangan Di Jalan Allah

Orang-orang berdatangan menyerahkan apa saja yang mereka miliki, banyak atau sedikit. Ada yang menyerahkan 70 wasaq kurma atau hanya satu atau dua mud kurma karena hanya itu saja yang mereka miliki.

Kaum wanita berbondong-bondong menyerahkan perhiasan mereka tidak ada satupun orang beriman yang merasa sayang pada hartanya demi perjuangan di jalan Allah ﷻ.

Bahkan orang-orang miskin pun berbondong-bondong mendatangi Rasulullah ﷺ bukan untuk menyerahkan sesuatu, melainkan untuk meminta beliau agar membawa mereka bergabung dalam pasukan menghadapi bangsa Romawi.

Dengan terharu, Rasulullah ﷺ terpaksa menolak mereka dengan bersabda, “Aku sudah tidak punya lagi kendaraan untuk kalian.” Maka orang-orang itu pun pulang sambil menangis.

Jadi nyatalah bahwa harta benda itu perlu. Perlu sangat. Orang Islam harus berupaya menjadi kaya raya karena dengan kekayaan itulah dia akan mempertinggi kemuliaan budi, budaya, dan agamanya.

Namun harta benda itu adalah alat bukan tujuan. Tujuan sebenarnya ialah

Ingat pada Allah ﷻ
menuju Ridha Allah ﷻ
dan menegakkan jalan Allah ﷻ Sabilillah.

Dua Puluh Hari Di Tabuk

Orang-orang Romawi tahu bahwa pasukan muslim berdiam  di Tabuk. Hal ini membuat semanggat mereka luntur dan menjadi terpecah belah.

Selama 20 hari, Rasulullah saw menetap di sana, menebar ketakutan di hati musuh dan menerima utusan.

Keberhasilan pasukan Muslim menakuti-nakuti pasukan Romawi membuat pamor Islam melonjak.

“Beberapa Kabilah  Arab mulai segan dan tunduk pada kaum Muslim. Diantaranya. Yuhannah bin Rubah pemimpin Ailah

Rasulullah saw, membuat surat  bahwa kabilahnya dan kabilah lainnya yang telah membuat pejanjian dengan kaum Muslim aman, Bahwa rombongan darat dan Kapal Laut juga aman. Shallu ‘alan Nabi. Munafik abdullah bin ubay bersama sekelompoknya menolak berangkat bersama rasulullah ﷺ.   (Razul Harfi)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement