Khazanah
Beranda » Berita » DITERIMA NGGAK YA?

DITERIMA NGGAK YA?

DITERIMA NGGAK YA?
DITERIMA NGGAK YA?

 

SURAU.CO – Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW Bersabda : مَنْ خَافَ أَدْلَجَ وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ

“Barangsiapa yang takut (akan bahaya), ia akan berangkat lebih awal. Dan siapa yang berangkat lebih awal, ia akan sampai di tujuan.” [HR  Tirmidzi]

Kebaikan yang Memacu Kebaikan Lainnya

Diterima nggak ya? pertanyaan yang terlontar saat seseorang melamar pekerjaan ataupun melamar gadis. Pertanyaan itu timbul dari rasa takut tidak diterima. Perasaan takut ini dan itu seringkali menjadi perihal negatif yang merugikan seseorang namun takut dalam ibadah, takut amal tidak diterima itu merupakan satu kebaikan yang akan memacu banyak kebaikan yang lain. Jika ada orang bepergian lalu ia takut ada perampok, maka ia akan segera berangkat di awal malam agar aman dari mereka. Sabda Nabi SAW di atas :

“Barangsiapa yang takut, ia akan berangkat lebih awal. Dan siapa yang berangkat lebih awal, ia akan sampai di tujuan.” Ini merupakan perumpamaan dari orang yang takut kepada Allah maka ia akan segera beramal, menjauhi maksiat, dan tidak menunda-nunda ketaatan. Jika ketakutan akan perampok itu bisa memacu seseorang mempercepat jalannya tanpa henti maka demikian pula takut akan neraka dapat membuat seseorang terus beribadah dan tidak menunda-nunda amal kebaikannya.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

At-Tiby berkata : (hadits utama) Ini adalah perumpamaan yang dibuat oleh Nabi SAW bagi orang yang menempuh jalan menuju akhirat. Sesungguhnya setan berada di jalannya, dan hawa nafsu serta angan-angan palsunya adalah para pembantu setan. Maka jika ia waspada dalam perjalanannya dan mengikhlaskan niat dalam amalnya, ia akan selamat dari setan dan tipu dayanya, serta dari para pembantu yang memutus jalan. Kemudian beliau SAW menjelaskan bahwa menempuh jalan akhirat itu sulit dan meraih akhirat tidaklah mudah; seseorang tidak bisa mendapatkannya hanya dengan sedikit usaha. [Tuhfatul Ahwadzi]

Takut Amalan-amalan Tidak Diterima Allah

Hadits “Barangsiapa yang takut (akan bahaya), ia akan berangkat lebih awal” itu selaras dengan penjelasan Nabi SAW ketika Aisyah RA bertanya tentang ayat :

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ
‘Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut’ [QS. Al-Mu’minun: 60].
Apakah mereka ini orang-orang yang minum khamr dan mencuri (lalu takut siksa Allah)? Rasul SAW menjawab : “Tidak wahai putri As-Shiddiq, tapi mereka adalah orang yang puasa, shalat, bersedekah, tapi mereka takut amalan-amalan mereka tidak diterima.

أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ
Mereka itulah orang-orang yang senantiasa bersegera mengerjakan kebaikan.” [HR Tirmidzi]

Manusia Terbaik Setelah Rasullullah

Bukan hanya kita yang seharusnya memiliki perasaan takut seperti itu, bahkan orang-orang terbaik setelah Nabi pun merasakannya. Amru bin Al-‘Ash RA bertanya : “Siapakah orang yang paling engkau cintai? Beliau SAW menjawab, ‘Aisyah.’ Amru bertanya lagi : ‘(Maksudku) dari kaum laki-laki?’ Beliau pun menjawab : ‘Ayahnya (yaitu Abu Bakar)’. Muhammad Ibnul Hanafiyah (putra dari pasangan sayyidina Ali dan Hanafiyyah) bertanya kepada ayahnya : “Siapakah manusia terbaik setelah Rasulullah SAW ?” Sayyidina Ali KW menjawab: “Abu Bakr.” [Shahih Bukhari] bahkan Rasul SAW sendiri bersabda :

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

أَمَا إِنَّكَ يَا أَبَا بَكْرٍ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي
Adapun kamu, sesungguhnya kamu wahai Abu Bakr adalah orang yang pertama masuk surga dari umat ini. [HR Abu Dawud]

Orang sekaliber Sayyidina Abu bakar RA saja masih takut, ia berkata :

لَوْ كَانَتْ إِحْدَى قَدَمَيَّ دَاخِلَ الْجَنَّةِ وَالْأُخْرَى خَارِجَهَا، مَا أَمِنْتُ مَكْرَ اللَّهِ.
“Seandainya satu kakiku sudah di surga dan satu lagi di luar, aku belum merasa aman dari makar Allah.” [Kitab Ad-Daril Akhirah]

Ketakutan Sahabat Rasul

Ketika Muhammad Ibnul Hanafiyah bertanya tentang atsar di atas, sayyidina Ali memuji ‘Umar RA sebagai manusia terbaik setelah Abū Bakr RA. Meskipun Rasul SAW telah memberinya kabar gembira akan masuk surga, ‘Umar tetap bertanya kepada Ḥudzayfah, sahabat kepercayaan Rasul SAW :

يَا حُذَيْفَةُ هَلْ أَنَا مِنَ الْمُنَافِقِيْنَ
‘Wahai Ḥudzayfah, apakah aku termasuk orang-orang munafik?’

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Ia menjawab, “Tidak, demi Allah, engkau bukan termasuk mereka, wahai Amīrul-Mu’minīn.” Namun, jawaban itu tak menghilangkan rasa takut ‘Umar akan tipu daya jiwanya sendiri yang mungkin menyembunyikan aibnya. Hal itu sangat berat baginya, hingga ia menganggap bahwa kabar gembira tersebut mungkin saja bersyarat, dan ia khawatir belum memenuhi syarat-syarat itu. Maka ia tidak tertipu oleh kabar gembira tersebut.” [Az-Zawajir] Dan Sayyidina Umar RA berkata : “Seandainya ada penyeru berseru: ‘Seluruh manusia akan masuk neraka kecuali satu orang,’ maka aku berharap akulah orang itu”.

وَلَوْ نُودِيَ لِيَدْخُلَ الْجَنَّةَ كُلُّ النَّاسِ إِلَّا رَجُلًا وَاحِدًا، لَخَشِيتُ أَنْ أَكُونَ أَنَا ذَلِكَ الرَّجُلَ.
“Dan seandainya ada penyeru berseru: ‘Seluruh manusia akan masuk surga kecuali satu orang,’ maka aku takut akulah orang itu.” [Ihya Ulumiddin]

Perasaan Takut yang Mengiringi Setiap Amal Shalih

Sayyidina Ali KW menasehati putranya agar ia takut, Ali KW berkata :
يَا بُنَيَّ، خَفِ اللَّهَ خَوْفًا تَرَى أَنَّكَ لَوْ أَتَيْتَهُ بِحَسَنَاتِ أَهْلِ الْأَرْضِ لَمْ يَتَقَبَّلْهَا مِنْكَ
“Wahai anakku, takutlah kepada Allah dengan rasa takut yang membuatmu merasa bahwa jika engkau datang kepada-Nya dengan membawa semua amal baik penduduk bumi, engkau tetap khawatir amal itu tidak diterima”.

“Dan berharaplah kepada Allah dengan harapan yang membuatmu merasa bahwa jika engkau datang kepada-Nya dengan membawa semua dosa penduduk bumi, Dia tetap akan mengampunimu.”
[Ihya Ulumiddin]

Setiap mukmin seharusnya menjadikan perasaan takut kepada Allah sebagai pengiring amal shalihnya. Syeikh Hasan al-Bashri berkata :

ٱلْمُؤْمِنُ جَمَعَ إِحْسَانًا وَخَشْيَةً، وَٱلْمُنَافِقُ جَمَعَ إِسَاءَةً وَأَمْنًا.
Orang beriman menggabungkan amal yang baik dan rasa takut kepada Allah. Sedangkan orang munafik menggabungkan keburukan dan merasa aman dari siksa Allah. [Tafsir Lubabut Ta’wil]

Tidak Menyombongkan Amal Kebaikan

Ada orang saleh datang menjenguk seorang guru mereka yang sedang sakit menjelang wafat. Mereka mendapati beliau menangis. Maka mereka berkata kepadanya: “Mengapa engkau menangis, padahal Allah telah memberimu taufik untuk melakukan berbagai amal saleh? Betapa banyak engkau telah salat, berpuasa, bersedekah, berhaji, dan berumrah.” Syekh itu menjawab:

وَمَا يُدْرِيْنِي أَنَّ شَيْئًا مِنْ هَذَا قَدْ قُبِلَ
“Lalu, bagaimana aku tahu bahwa semua amalan itu diterima? Bukankah Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya akan menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” [QS al-Mā’idah: 27]

“Dan bagaimana aku tahu bahwa aku termasuk orang-orang yang bertakwa?” [Al-Mawsuah Al-Khuthab wad Durus Ar-Ramadlaniyah]

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Faatih membuka hati dan pikiran kita untuk takut kepada-Nya dan meningkatkan kesadaran kita bahwa amal kita tak seberapa, sehingga kita terus semangat beribadah dan menjauhi kesombongan. Ayo Mondok ke Pesantren Wisata
AN-NUR 2 AL Murtadlo Bululawang Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok. Mondok itu Keren.

NB. “Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu. [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]. Muhammad Chumaydi Abu Hamid Al madury. (Faqih)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement