Ibadah
Beranda » Berita » Bacaan I’tidal dan Keagungan Rabbana Walakal Hamd: Seruan Syukur Sejati dalam Sholat

Bacaan I’tidal dan Keagungan Rabbana Walakal Hamd: Seruan Syukur Sejati dalam Sholat

Gerakan Sholat I'tidal
Gerakan Sholat I'tidal

SURAU.CO-Bacaan i’tidal dan keagungan Rabbana Walakal Hamd mengajak setiap muslim menegakkan kesadaran spiritual di tengah sholat. Saat berdiri tegak setelah ruku, Rasulullah SAW mengucapkan “Rabbana lakal hamd” dengan penuh keagungan. Beliau menanamkan makna bahwa setiap pujian sejati hanyalah milik Allah, bukan hasil usaha manusia, melainkan karunia dari-Nya.

Umat Islam menegakkan diri pada i’tidal sebagai bentuk kesadaran spiritual yang menegaskan keseimbangan antara rendah hati dan penghormatan kepada Sang Pencipta. Banyak ulama menafsirkan posisi ini sebagai pelajaran untuk tidak hanya menunduk dalam penghambaan, tetapi juga menegakkan diri dalam rasa syukur yang sejati.

Para ahli ibadah menekankan pentingnya menghadirkan kesadaran penuh ketika mengucapkan “Rabbana walakal hamd.” Bacaan itu menuntun hati untuk melihat seluruh nikmat sebagai anugerah, bukan prestasi. Saat tubuh tegak, hati pun ikut menegakkan rasa syukur. Inilah cara Islam melatih keseimbangan: jasmani bergerak, ruhani berserah.

I’tidal bukan jeda kosong antara dua gerakan, melainkan titik keseimbangan antara kerendahan dan keagungan. Manusia menegakkan tubuh bukan untuk meninggi, tetapi untuk menegaskan bahwa semua kekuatan sejati bersumber dari Allah yang Maha Tinggi.

Kekuatan Syukur dalam Sholat 

Bacaan i’tidal dan keagungan Rabbana Walakal Hamd meneguhkan prinsip bahwa syukur sejati hadir dalam setiap kondisi. Dalam sholat, i’tidal menjadi latihan batin agar manusia tetap berterima kasih bahkan setelah menunduk. Ketika seorang hamba menegakkan tubuh dan mengucapkan kalimat penuh makna itu, ia sedang menyatukan akal, hati, dan tubuh dalam harmoni ibadah.

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Para ahli tasawuf menjelaskan bahwa saat seseorang mengucapkan “Rabbana walakal hamd,” ia menandatangani perjanjian batin bahwa semua kebaikan datang dari Allah. Kesadaran itu menghapus rasa sombong, menumbuhkan ketenangan, dan menyalakan semangat syukur yang mendalam. Dengan melatih hati di setiap i’tidal, seorang mukmin membangun pondasi spiritual yang tahan terhadap ujian hidup.

Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, momen i’tidal dapat menjadi oase rohani. Berdiri tegak di hadapan Allah mengajarkan manusia untuk menata ulang ritme hidup, menyeimbangkan kerja dan ibadah, serta memulihkan kelelahan batin. Sholat tidak lagi terasa rutinitas, tetapi menjadi ruang penyembuhan jiwa.

Ketika bacaan Rabbana walakal hamd dihayati sepenuh hati, sholat berubah menjadi perjalanan batin menuju ketenangan. Hamba yang memahami makna i’tidal akan merasakan bahwa setiap gerakan dan ucapan adalah dialog lembut dengan Allah — dialog yang membangkitkan syukur, ketenangan, dan cinta Ilahi yang tak lekang oleh waktu.

Menegakkan Kesadaran Ruhani Melalui Bacaan I’tidal

Bacaan i’tidal dan keagungan Rabbana Walakal Hamd membuka jalan bagi manusia untuk menegakkan kesadaran ruhani secara terus-menerus. Dalam setiap sholat, kalimat ini mengingatkan manusia agar tidak larut dalam kelalaian duniawi. I’tidal menjadi titik balik untuk kembali menegakkan nilai-nilai tauhid dalam hati yang sering condong pada dunia.

Banyak pengalaman spiritual menunjukkan, mereka yang memperdalam makna bacaan i’tidal merasakan perubahan batin yang nyata. Saat seseorang berdiri dengan kesadaran penuh, rasa syukur hadir tanpa dipaksa. Tubuh tegak di hadapan Allah seolah menghapus beban dunia yang melekat di pundak, menggantinya dengan kedamaian yang tulus.

Kitab Taisirul Khallaq

I’tidal juga melatih manusia untuk menahan ego. Dengan berdiri tegak namun tetap tunduk dalam hati, seorang hamba belajar untuk tidak membanggakan diri di hadapan makhluk, tetapi hanya meninggikan Allah dalam batin. Di sinilah letak keindahan sejati: gerak kecil yang melahirkan kebesaran jiwa.

Bacaan Rabbana walakal hamd mengikat rasa syukur dengan kesadaran bahwa segala sesuatu bersumber dari rahmat Allah. Setiap kali ia diucapkan dengan penghayatan mendalam, jiwa menjadi lembut, pikiran menjadi jernih, dan sholat menjadi sumber ketenangan abadi. Dari sinilah spiritualitas Islam memancar ke seluruh aspek kehidupan. (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement