Khazanah
Beranda » Berita » Adab Tidur: Dari Doa Hingga Posisi yang Baik Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Adab Tidur: Dari Doa Hingga Posisi yang Baik Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Remaja Muslim berdoa sebelum tidur dengan cahaya bulan menenangkan hati
Lukisan digital semi-realistis menggambarkan remaja Muslim yang berdoa sebelum tidur di kamar sederhana, simbol ketenangan dan keikhlasan dalam ibadah malam.

Tidur adalah anugerah Allah yang luar biasa. Dalam keheningan malam, tubuh beristirahat dan jiwa menenangkan diri. Namun bagi seorang Muslim, tidur bukan sekadar jeda dari aktivitas, melainkan ibadah yang bernilai bila disertai niat dan adab. Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari dalam kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menasihati para pemuda agar memperlakukan tidur dengan penuh kesadaran spiritual. Menurut beliau, adab tidur bukan hanya tentang posisi tubuh, tetapi juga tentang kesiapan hati untuk menyerahkan diri kepada Allah sebelum melepas lelah.

Bagi remaja Muslim, memahami adab tidur berarti belajar menata diri bahkan di saat paling sederhana. Tidur yang benar bukan hanya menyegarkan raga, tetapi juga menenangkan hati dan menguatkan iman.

Tidur sebagai Nikmat dan Amanah

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

وَمِنْ آيَاتِهِ مَنَامُكُم بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُم مِّن فَضْلِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.” (QS. Ar-Rum [30]: 23)

Ayat ini menegaskan bahwa tidur adalah tanda kasih sayang Allah kepada manusia. Tidur menenangkan saraf, menyembuhkan kelelahan, dan memberi kesempatan kepada jiwa untuk beristirahat. Namun, sebagaimana nikmat lain, tidur juga mengandung tanggung jawab — yakni adab yang menyertainya.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari menulis dalam Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’:

اجعل نومك طاعة، كما تجعل يقظتك عبادة
“Jadikan tidurmu sebagai ketaatan, sebagaimana engkau menjadikan terjagamu sebagai ibadah.”

Pesan ini sederhana namun mendalam. Ia mengingatkan bahwa setiap aktivitas harian, termasuk tidur, dapat menjadi amal saleh bila diniatkan untuk mencari ridha Allah.

Doa Sebelum Tidur: Menghubungkan Diri dengan Allah

Sebelum terlelap, seorang Muslim dianjurkan untuk berzikir dan berdoa. Nabi ﷺ mengajarkan berbagai doa yang dapat melindungi diri dari gangguan syaitan dan ketenangan jiwa sebelum tidur. Salah satu doa yang masyhur adalah:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَحْيَا وَبِاسْمِكَ أَمُوتُ
“Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Doa ini mengandung makna kepasrahan total kepada Allah. Seorang hamba menyadari bahwa tidur bisa menjadi “kematian kecil”, sebagaimana firman Allah:

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya.” (QS. Az-Zumar [39]: 42)

Dengan doa ini, seorang Muslim menyiapkan hati untuk tidur dengan tenang. Ia sadar bahwa bisa jadi malam itu adalah yang terakhir. Karena itu, tidur dalam keadaan berdosa tanpa tobat adalah kelalaian besar.

Syaikh Al-Iskandari menasihati:

لا تنم إلا على طهارة، ولا تحمل في قلبك غلاً على أحد
“Janganlah engkau tidur kecuali dalam keadaan suci, dan janganlah engkau membawa kebencian terhadap siapa pun di hatimu.”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Nasihat ini sejalan dengan hadis Rasulullah ﷺ yang bersabda:

مَنْ بَاتَ طَاهِرًا بَاتَ فِي شِعَارِهِ مَلَكٌ
“Barang siapa tidur dalam keadaan suci, maka malaikat bermalam di dekatnya.” (HR. Ibn Hibban)

Posisi Tidur yang Diajarkan Rasulullah ﷺ

Tidur pun memiliki tata cara yang diajarkan Nabi ﷺ. Dalam banyak riwayat, beliau mencontohkan tidur miring ke kanan sambil meletakkan tangan kanan di bawah pipi.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ
“Apabila engkau hendak tidur, berwudulah seperti wudhu untuk salat, kemudian berbaringlah di sisi kananmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Selain karena alasan kesehatan, posisi ini juga mengandung hikmah spiritual. Miring ke kanan memudahkan seseorang untuk segera bangun bila terdengar panggilan salat Subuh, dan mengingatkan hati untuk tidak terlena dalam tidur panjang.

Syaikh Al-Iskandari menambahkan:

نم على جانبك الأيمن، واذكر الله حتى يغلبك النوم
“Tidurlah di sisi kananmu dan sebutlah nama Allah hingga kantuk mengalahkanmu.”

Tidur dengan zikir menjadikan jiwa tenang. Setiap napas yang dihembuskan menjadi ibadah, setiap detak jantung menjadi dzikrullah.

Menjaga Adab di Tengah Kenyamanan Modern

Dalam kehidupan modern, banyak kebiasaan tidur yang melupakan adab: bermain gawai hingga larut malam, menonton film tanpa batas, atau lupa berdoa sebelum memejamkan mata. Hal-hal kecil ini sering dianggap sepele, padahal dapat mengurangi keberkahan waktu.

Syaikh Al-Iskandari mengingatkan:

لا تؤخر نومك عن وقته، فإن الليل للراحة، والنهار للعمل
“Janganlah engkau menunda tidurmu dari waktunya, karena malam diciptakan untuk istirahat, dan siang untuk bekerja.”

Nasihat ini beresonansi dengan ayat Al-Qur’an:

وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا ۝ وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا
“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian (penutup), dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.” (QS. An-Naba’ [78]: 10–11)

Remaja Muslim perlu menata kembali pola tidurnya agar sesuai dengan fitrah tubuh dan ajaran agama. Tidur lebih awal, membatasi waktu bermain gawai, serta menjaga kebersihan tempat tidur adalah bagian dari adab yang mencerminkan kesungguhan hati.

Bangun dengan Hati yang Bersyukur

Adab tidur tidak hanya berhenti pada saat seseorang terlelap, tetapi juga berlanjut ketika bangun. Nabi ﷺ mengajarkan doa saat bangun tidur:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan hanya kepada-Nya kami kembali.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Doa ini menumbuhkan kesadaran bahwa setiap bangun tidur adalah kesempatan baru. Hidup adalah amanah yang diperbarui setiap pagi.

Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari menulis:

إذا استيقظت، فاذكر الله، وابدأ يومك بنية صالحة
“Ketika engkau bangun, ingatlah Allah, dan mulailah harimu dengan niat yang baik.”

Remaja yang membiasakan diri bangun dengan rasa syukur akan memandang hari-harinya dengan optimisme. Ia tidak mudah mengeluh, sebab ia sadar setiap pagi adalah nikmat baru dari Tuhan.

Tidur Sebagai Latihan Keimanan

Dalam perspektif spiritual, tidur adalah latihan keimanan. Seorang mukmin menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah tanpa tahu apakah ia akan bangun kembali. Tidur yang benar melatih hati untuk pasrah, sabar, dan bersyukur.

Bahkan tidur dapat menjadi ibadah bila disertai niat: agar tubuh kuat beribadah, agar pikiran segar untuk belajar, atau agar jiwa tenang untuk merenung. Dengan niat demikian, tidur menjadi amal saleh yang bernilai di sisi Allah.

Syaikh Al-Iskandari mengingatkan:

نيتك قبل نومك تحدد بركة نومك
“Niatmu sebelum tidur menentukan keberkahan dalam tidurmu.”

Ini mengajarkan bahwa setiap hal kecil dalam hidup memiliki nilai jika diiringi kesadaran spiritual.

Penutup

Adab tidur adalah cermin kesungguhan iman. Ia tampak sederhana, tetapi sarat makna. Di sana ada disiplin, kesucian hati, dan ketenangan batin.

Tidur bukan hanya kebutuhan biologis, melainkan ruang hening untuk mendekat kepada Sang Pencipta. Remaja Muslim yang menata tidurnya dengan adab akan tumbuh menjadi pribadi yang seimbang: tenang dalam istirahat, bersemangat dalam amal, dan selalu ingat Allah di setiap detik hidupnya.

Malam yang dijalani dengan doa akan memancarkan cahaya di pagi hari. Dalam diamnya tidur yang beradab, ada ketenangan yang tidak bisa dibeli — ketenangan seorang hamba yang tahu bahwa hidup, bahkan dalam tidur, adalah bagian dari ibadah kepada Tuhannya.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement