Dermawan dan sederhana adalah dua akhlak mulia yang saling melengkapi, seperti dua sayap yang membawa manusia terbang menuju keberkahan hidup. Dalam kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’, Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari menasihati anak-anak muda agar menghiasi diri dengan kedua sifat ini, sebab keduanya merupakan buah dari hati yang ikhlas dan jiwa yang tenang.
Di zaman modern yang serba cepat dan materialistis, nilai kemurahan hati dan kesederhanaan sering terpinggirkan. Banyak orang lebih bangga dengan apa yang mereka punya, bukan dengan apa yang mereka beri. Namun, Syaikh Syakir mengingatkan bahwa keberkahan hidup tidak datang dari banyaknya harta, melainkan dari kelapangan hati untuk berbagi dan kesanggupan untuk menahan diri dari berlebih-lebihan.
Sebagaimana firman Allah ﷻ dalam Al-Qur’an:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan [25]: 67)
Ayat ini menggambarkan keseimbangan yang indah antara derma dan kesederhanaan — dua nilai yang menjadi dasar kehidupan yang penuh keberkahan.
Dermawan: Akhlak yang Melapangkan Hati
Syaikh Muhammad Syakir menulis dalam kitabnya:
يا بُنَيَّ، أنفِقْ ممَّا أتاكَ اللهُ، فإنَّ النفقةَ لا تُنقِصُ مالًا، ولكن تُنمِّيه بركةً.
“Wahai anakku, berinfaklah dari apa yang Allah berikan kepadamu, sebab pengeluaran tidak mengurangi harta, melainkan menumbuhkannya dengan keberkahan.”
Pesan ini mengandung pelajaran mendalam. Dermawan bukan hanya soal memberi materi, tetapi juga memberi waktu, perhatian, dan kasih sayang. Orang yang dermawan memiliki hati yang lapang dan pandangan yang luas. Ia memahami bahwa harta hanyalah titipan, bukan tujuan.
Bagi remaja, kedermawanan bisa dimulai dari hal sederhana — membantu teman tanpa pamrih, berbagi makanan, atau mendengarkan curhat orang lain dengan empati. Setiap kebaikan yang diberikan akan kembali dalam bentuk ketenangan batin dan rasa cukup yang tidak bisa dibeli dengan uang.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim)
Hadits ini bukan sekadar janji spiritual, tapi juga hukum sosial yang nyata. Ketika seseorang memberi, ia memperkuat ikatan sosial dan menciptakan lingkungan yang saling peduli. Masyarakat yang dermawan akan tumbuh lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih manusiawi.
Sederhana: Cermin Jiwa yang Merdeka
Di sisi lain, Syaikh Syakir menasihati:
يا بُنَيَّ، الزهدُ ليس تركَ المال، ولكن تركُ التعلُّقِ به.
“Wahai anakku, zuhud bukan berarti meninggalkan harta, melainkan tidak terikat padanya.”
Kesederhanaan bukan tentang kemiskinan, melainkan tentang kemerdekaan dari keinginan yang berlebihan. Orang yang sederhana tahu kapan cukup dan bagaimana bersyukur atas nikmat yang ada. Ia tidak diperbudak oleh mode, tren, atau gengsi sosial.
Bagi remaja masa kini, kesederhanaan menjadi tantangan tersendiri. Media sosial kerap menampilkan gaya hidup glamor yang bisa memicu rasa iri dan kurang puas. Namun, remaja yang belajar sederhana akan menemukan kebahagiaan sejati — bukan dari likes dan followers, melainkan dari kedekatan dengan Allah dan ketenangan hati.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Dan janganlah engkau panjangkan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan dari mereka sebagai perhiasan kehidupan dunia.” (QS. Ṭāhā [20]: 131)
Ayat ini mengingatkan bahwa pandangan yang terlalu terarah pada dunia akan menjerat hati. Kesederhanaan adalah jalan untuk menjaga kebebasan batin dan menumbuhkan rasa cukup (qana’ah).
Harmoni Antara Derma dan Sederhana
Dermawan tanpa sederhana bisa menjerumuskan pada pamer, sementara sederhana tanpa derma bisa berubah menjadi kikir. Karena itu, Syaikh Syakir mengajarkan keseimbangan keduanya. Ia menulis:
كُنْ بَسِيطًا في معيشتِكَ، كَرِيمًا في عطيَّتِكَ، فذلكَ طريقُ السَّعداءِ.
“Hiduplah dengan sederhana dalam kehidupanmu, dan mulialah dalam pemberianmu, karena itulah jalan orang-orang bahagia.”
Kedua sifat ini saling menguatkan. Derma menumbuhkan kepedulian sosial, sementara kesederhanaan menjaga niat agar tetap murni. Orang yang memiliki keduanya akan hidup dalam keberkahan — ia dicintai oleh manusia dan diridhai oleh Allah.
Dalam konteks remaja, harmoni ini penting. Dunia remaja sering diwarnai dengan kompetisi gaya hidup, tetapi mereka yang memegang prinsip derma dan sederhana akan memiliki ketenangan yang tak dimiliki oleh banyak orang. Mereka belajar bahwa hidup bukan tentang siapa yang paling banyak memiliki, tetapi siapa yang paling banyak memberi dan paling sedikit mengeluh.
Keberkahan: Buah dari Hati yang Lapang
Keberkahan tidak selalu berarti banyaknya materi. Ia adalah rasa cukup yang membuat seseorang tetap bersyukur meski sedikit, dan tetap tenang meski banyak. Syaikh Syakir mengajarkan bahwa keberkahan adalah karunia Allah yang diberikan kepada hati yang bersih dari keserakahan.
البَرَكَةُ تُنزَعُ مِنَ القلوبِ الطامِعة، وتُمنَحُ للقلوبِ القانِعة.
“Keberkahan dicabut dari hati yang serakah, dan diberikan kepada hati yang merasa cukup.”
Remaja yang belajar memberi dan hidup sederhana akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat secara spiritual. Mereka tidak mudah iri, tidak cepat stres karena urusan dunia, dan mampu menikmati hidup dengan syukur.
Rasulullah ﷺ bersabda:
ليس الغنى عن كثرة العرض، ولكن الغنى غنى النفس
“Kaya bukanlah karena banyak harta, tetapi kaya adalah kaya hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari kepemilikan, tetapi dari hati yang tenang dan ikhlas.
Menghidupkan Nilai Derma dan Sederhana di Zaman Kini
Menghidupkan nilai-nilai ini di era modern membutuhkan kesadaran dan latihan batin. Untuk menjadi dermawan, remaja bisa mulai dengan kebiasaan kecil: menabung sebagian uang jajan untuk sedekah, membantu teman yang kesulitan, atau ikut kegiatan sosial. Sedangkan untuk sederhana, mereka bisa mulai dengan membatasi gaya hidup konsumtif, tidak membandingkan diri dengan orang lain, dan fokus pada tujuan hidup yang lebih bermakna.
Syaikh Syakir menulis dengan penuh kasih:
يا بُنَيَّ، اجعلْ قلبَكَ من ذهبٍ، وجيبَكَ من ترابٍ، تكنْ أعظمَ الناسِ غنًى.
“Wahai anakku, jadikan hatimu emas dan kantongmu tanah, niscaya engkau menjadi manusia paling kaya.”
Nasihat ini menegaskan bahwa kekayaan sejati bukan pada isi kantong, tapi pada isi hati. Remaja yang tumbuh dengan nilai ini akan memiliki integritas dan kepekaan sosial tinggi — dua hal yang sangat dibutuhkan di dunia yang semakin individualistik.
Penutup
Dermawan dan sederhana bukan hanya nilai moral, tetapi jalan spiritual menuju kebahagiaan sejati. Dalam Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’, Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari mengajarkan bahwa siapa pun yang menanam kedermawanan dan kesederhanaan, akan menuai keberkahan di dunia dan akhirat.
Kedua akhlak ini menumbuhkan keindahan hidup. Orang yang dermawan menebar manfaat, dan orang yang sederhana menjaga keikhlasan. Bersama-sama, keduanya menjadikan manusia lebih damai dan dekat kepada Allah.
Maka, wahai remaja Muslim, jadikanlah dua akhlak ini sebagai perhiasan hidupmu. Berilah meski sedikit, dan hiduplah sederhana meski mampu. Sebab, keberkahan sejati bukan terletak pada apa yang kita punya, tapi pada apa yang kita beri dengan tulus.
كُنْ سَمَاءً تُعْطِي، وَلَا تَكُنْ أَرْضًا تَأْخُذُ.
“Jadilah langit yang memberi hujan, jangan jadi tanah yang hanya menunggu.”
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
