Khazanah
Beranda » Berita » Zikir Harian untuk Anak Muslim: Menenangkan Hati, Menguatkan Jiwa Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Zikir Harian untuk Anak Muslim: Menenangkan Hati, Menguatkan Jiwa Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Anak Muslim berzikir dengan cahaya lembut di sekelilingnya, simbol ketenangan dan iman.
Lukisan digital bergaya realistik-filosofis menampilkan seorang anak laki-laki Muslim mengenakan pakaian putih sedang berzikir di bawah cahaya hangat yang memancar dari langit, menggambarkan ketenangan dan kekuatan jiwa.

Setiap pagi dan senja, dalam riuh dunia digital yang tak pernah berhenti, anak-anak Muslim kini tumbuh di tengah derasnya arus informasi. Di balik cahaya layar, sering kali hati mereka merasa kosong dan resah. Di sinilah zikir — mengingat Allah dengan kesadaran penuh — menjadi pelita yang menenangkan hati.

Zikir bukan hanya ritual lisan. Ia adalah nafkah ruhani yang menumbuhkan ketenangan, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28)

Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari, seorang ulama yang penuh kasih terhadap generasi muda, menulis dalam kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ — “Nasihat Ayah untuk Anak” — bahwa zikir adalah penuntun anak menuju kedewasaan spiritual. Ia menegaskan bahwa mengingat Allah secara konsisten akan memperkuat karakter dan membangun benteng batin dari kegelisahan dunia.

Zikir Sebagai Latihan Jiwa Sejak Dini

Dalam Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’, Syaikh Syakir menulis:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“عَوِّدْ نَفْسَكَ ذِكْرَ اللَّهِ فِي كُلِّ حَالٍ، فَإِنَّهُ نُورٌ يَسْكُنُ فِي قَلْبِكَ.”
“Biasakan dirimu untuk berzikir kepada Allah dalam setiap keadaan, karena ia adalah cahaya yang menetap di hatimu.”

Pesan ini sederhana namun dalam. Bagi anak-anak dan remaja, membiasakan diri berzikir berarti melatih jiwa untuk tetap sadar, sabar, dan kuat menghadapi tantangan zaman. Dengan berzikir, mereka belajar menata emosi, menahan amarah, dan mengisi kekosongan hati dengan ketenangan.

Lebih dari sekadar ucapan, zikir adalah bentuk komunikasi batin. Saat lidah menyebut “Subhanallah”, hati diajak untuk merenungi keagungan Allah. Ketika mengucap “Alhamdulillah”, jiwa diingatkan untuk bersyukur. Dan setiap “Allahu Akbar” adalah penegasan bahwa tak ada yang lebih besar dari kasih sayang-Nya.

Zikir dan Ketenangan Menurut Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari

Bagi remaja, masa transisi menuju kedewasaan sering disertai kebingungan identitas dan tekanan sosial. Dalam fase ini, Syaikh Syakir menekankan pentingnya zikir sebagai terapi spiritual. Beliau menulis:

“الذِّكْرُ سَبَبُ سُكُونِ النَّفْسِ وَثَبَاتِ الْقَلْبِ، وَمَنْ غَفَلَ عَنْهُ ضَاعَ فِي أَوْهَامِ الدُّنْيَا.”
“Zikir adalah sebab ketenangan jiwa dan keteguhan hati. Barang siapa lalai darinya, ia akan tersesat dalam ilusi dunia.”

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Zikir menjadi tameng dari kesepian modern. Di tengah tekanan media sosial dan keinginan untuk diterima lingkungan, zikir mengajarkan anak muda untuk menemukan penerimaan tertinggi — bukan dari manusia, tetapi dari Allah.

Selain itu, zikir juga membangun kesadaran diri (self-awareness). Saat seseorang berzikir, ia berhenti sejenak dari hiruk pikuk, menatap ke dalam dirinya, dan merasakan makna hidup. Proses ini menumbuhkan ketenangan dan rasa percaya diri yang sehat, bukan yang dangkal atau palsu.

Amalan Zikir Harian yang Disarankan

Dalam tradisi Islam, terdapat banyak zikir ringan namun besar pahalanya. Syaikh Syakir mendorong agar anak-anak membiasakan dzikrullah setiap pagi, sore, dan menjelang tidur. Di antara zikir yang dianjurkan adalah:

  1. Tasbih (Subhanallah) – mengingat kesempurnaan Allah dari segala kekurangan.
  2. Tahmid (Alhamdulillah) – melatih rasa syukur atas nikmat kecil maupun besar.
  3. Takbir (Allahu Akbar) – memperkokoh kesadaran bahwa Allah Mahabesar.
  4. Istighfar (Astaghfirullah) – melatih kejujuran dan kerendahan hati.
  5. Shalawat atas Nabi ﷺ – memperindah hati dengan cinta dan keteladanan Rasulullah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ. قَالُوا: وَمَا الْمُفَرِّدُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ.
“Telah mendahului (dalam kebaikan) orang-orang yang banyak berzikir, laki-laki dan perempuan.” (HR. Muslim)

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Zikir harian bukan beban, tetapi bentuk cinta. Ia bisa dilakukan sambil berjalan ke sekolah, setelah shalat, atau sebelum tidur. Dengan membiasakan zikir ringan, hati anak akan terlatih untuk selalu berada dalam ketenangan spiritual.

Zikir sebagai Pembentuk Karakter dan Akhlak

Syaikh Syakir Al-Iskandari menulis bahwa zikir adalah akar dari akhlak. Beliau menegaskan:

“مَنْ ذَكَرَ اللَّهَ بِصِدْقٍ، حَيِيَ قَلْبُهُ وَصَلُحَ عَمَلُهُ.”
“Barang siapa berzikir dengan tulus, hatinya akan hidup dan amalnya akan baik.”

Zikir menumbuhkan kesadaran moral. Anak yang terbiasa berzikir akan lebih berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan, karena hatinya selalu terhubung dengan Allah. Inilah yang disebut Syaikh Syakir sebagai haya’ ruhani — rasa malu yang lahir dari kesadaran akan pengawasan Ilahi.

Dalam konteks pendidikan modern, zikir bisa diartikan sebagai latihan mindfulness islami. Ia membuat remaja sadar atas kehadiran Allah dalam setiap aktivitas: belajar, bermain, bahkan menggunakan media sosial. Dengan zikir, mereka akan lebih tenang menghadapi tekanan akademik dan pergaulan, karena memiliki pusat ketenangan dalam diri.

Zikir dan Kekuatan Jiwa di Masa Krisis

Kehidupan remaja tidak selalu mudah. Ada saat di mana semangat turun, hati gundah, dan harapan terasa kabur. Dalam situasi ini, zikir berfungsi sebagai jangkar jiwa. Allah berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 152)

Ayat ini bukan hanya janji, tetapi pelukan dari Allah. Saat seseorang berzikir dalam kesulitan, ia seolah berbicara langsung kepada Sang Pencipta yang Maha Mendengar. Dan pada saat itulah, hati yang semula resah mulai damai, jiwa yang lemah mulai kuat.

Syaikh Syakir menulis dengan lembut:

“مَنْ أَكْثَرَ الذِّكْرَ لَمْ يَخَفْ وَحْدَتَهُ، وَلَا ضَعُفَ قَلْبُهُ.”
“Barang siapa banyak berzikir, ia tidak akan takut dalam kesendirian dan tidak akan lemah hatinya.”

Betapa indahnya pesan ini untuk generasi muda yang sering merasa sendiri. Zikir menguatkan mereka untuk bertahan, percaya diri, dan tidak mudah terombang-ambing oleh penilaian orang lain.

Menumbuhkan Kebiasaan Zikir di Keluarga

Kebiasaan berzikir tidak tumbuh begitu saja. Ia butuh lingkungan yang mendukung. Dalam Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’, Syaikh Syakir menasihatkan agar para orang tua menjadi teladan. Anak yang melihat orang tuanya berzikir dengan khusyuk akan meniru dengan hati yang lembut.

Keluarga bisa memulai dengan zikir bersama setelah shalat Magrib, atau membaca dzikir pagi dan petang sebelum beraktivitas. Kegiatan sederhana ini bukan hanya menanamkan nilai spiritual, tetapi juga mempererat hubungan emosional antaranggota keluarga.

Selain itu, guru dan lembaga pendidikan Islam dapat menjadikan zikir sebagai bagian dari pembentukan karakter. Sekolah yang memulai hari dengan doa dan zikir bersama akan melahirkan siswa yang tenang, fokus, dan berakhlak baik.

Penutup

Zikir bukan hanya ibadah, tetapi irama kehidupan bagi seorang Muslim. Ia adalah jeda yang menghidupkan hati di tengah hiruk pikuk dunia. Bagi anak dan remaja, zikir adalah kunci untuk menenangkan jiwa, menguatkan karakter, dan membangun hubungan cinta dengan Allah.

Syaikh Muhammad Syakir Al-Iskandari meninggalkan pesan yang amat indah:

“لَا تَدَعِ الذِّكْرَ وَلَوْ قَلِيلًا، فَإِنَّهُ سَبَبُ نُورِ قَلْبِكَ وَسَعَادَةِ نَفْسِكَ.”
“Jangan tinggalkan zikir, meski sedikit, karena ia adalah sebab cahaya hatimu dan kebahagiaan jiwamu.”

Semoga generasi muda Muslim menjadikan zikir harian sebagai teman setia. Sebab di balik setiap ucapan “Subhanallah” ada ketenangan, di balik “Alhamdulillah” ada kekuatan, dan di balik “Allahu Akbar” ada kebebasan dari segala beban dunia.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ Uiversity Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement