Waktu merupakan anugerah besar yang Allah ﷻ berikan kepada manusia. Setiap detik yang berlalu tidak akan pernah kembali, bahkan tidak bisa dibeli dengan harta sebanyak apa pun. Sayangnya, banyak anak muda justru mengabaikan nikmat berharga ini. Padahal, di dalam waktu tersimpan peluang emas untuk beribadah, berkarya, dan menata masa depan dengan lebih baik.
Waktu dan Nilainya dalam Pandangan Islam
Sejak awal, Al-Qur’an telah mengingatkan manusia tentang pentingnya waktu. Allah ﷻ berfirman dengan tegas:
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1–3)
Ayat ini secara gamblang menggambarkan bahwa waktu bukan sekadar angka yang berjalan, tetapi sarana untuk membangun nilai kehidupan. Dengan kata lain, siapa pun yang menyia-nyiakan waktunya, sejatinya sedang menjerumuskan dirinya ke dalam kerugian besar.
Syaikh Muhammad Syakir al-Iskandari, dalam Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’, menegaskan bahwa Allah telah mempercayakan waktu kepada manusia sebagai amanah. Beliau berpesan:
«اِعْلَمْ أَنَّ الْوَقْتَ هُوَ رَأْسُ مَالِكَ، فَإِنْ ضَيَّعْتَهُ ضَيَّعْتَ حَيَاتَكَ»
“Ketahuilah bahwa waktu adalah modal utamamu. Jika engkau menyia-nyiakannya, berarti engkau telah menyia-nyiakan hidupmu.”
Dengan demikian, semakin seseorang menghargai waktu, semakin ia menghargai kehidupannya sendiri.
Waktu Sebagai Bagian dari Iman
Selain itu, Islam memandang waktu sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keimanan. Rasulullah ﷺ bersabda:
«نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ»
“Dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Hadis ini mengingatkan bahwa manusia sering kali tidak sadar sedang tertipu oleh waktu. Banyak anak muda yang memiliki tubuh kuat dan waktu luang justru menggunakannya untuk hal-hal sia-sia. Akibatnya, masa muda yang seharusnya menjadi periode emas berlalu tanpa makna.
Oleh karena itu, seseorang yang beriman semestinya memanfaatkan waktunya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Waktu Sebagai Modal Kehidupan
Syaikh Muhammad Syakir menggambarkan waktu sebagai modal utama kehidupan. Sebagaimana seorang pedagang menjaga modalnya dengan hati-hati agar tidak rugi, demikian pula seorang pemuda seharusnya menjaga waktunya dari kesia-siaan.
Beliau menulis:
«مَنْ أَضَاعَ وَقْتَهُ فَقَدْ أَضَاعَ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ»
“Siapa yang menyia-nyiakan waktunya, berarti ia telah menyia-nyiakan dunia dan akhiratnya.”
Dengan kata lain, orang yang membiarkan waktunya terbuang tanpa makna sebenarnya sedang kehilangan kehidupan dunia sekaligus akhiratnya. Oleh sebab itu, setiap detik yang berlalu harus diisi dengan hal yang bermanfaat, sekecil apa pun bentuknya.
Menghargai Waktu di Masa Muda
Lebih lanjut, masa muda adalah fase paling potensial dalam hidup manusia. Pada masa ini, seseorang memiliki tenaga, semangat, dan kesempatan yang luas. Karena itu, pemuda yang cerdas akan menggunakan waktunya untuk menuntut ilmu, memperbanyak ibadah, dan melakukan amal kebajikan.
Sebaliknya, pemuda yang menghabiskan waktunya untuk bermain dan bermalas-malasan akan menyesali perbuatannya di masa tua. Rasulullah ﷺ bersabda:
«اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ»
“Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara: masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Hakim)
Hadis ini menunjukkan bahwa waktu muda merupakan aset berharga yang harus digunakan sebaik mungkin sebelum terlambat.
Mengelola Waktu dalam Kehidupan Sehari-hari
Namun demikian, menghargai waktu tidak cukup hanya dengan kesadaran. Diperlukan manajemen waktu yang baik agar setiap aktivitas memiliki arah dan tujuan. Seorang anak muda hendaknya belajar mengatur waktu antara ibadah, belajar, bekerja, dan istirahat secara seimbang.
Islam sendiri mengajarkan kedisiplinan waktu melalui shalat lima waktu. Allah memerintahkan umat Islam untuk menunaikan shalat tepat waktu, agar mereka terbiasa hidup teratur. Dengan begitu, seorang muslim yang menjaga shalat berarti juga sedang melatih dirinya untuk menghargai waktu dalam seluruh aspek kehidupannya.
Waktu dan Produktivitas Ilmu
Selain itu, sejarah Islam mencatat bahwa para ulama terdahulu sangat menghargai waktu. Imam An-Nawawi, misalnya, mampu menulis puluhan kitab monumental meski usianya tergolong singkat. Beliau memanfaatkan setiap detik hidupnya untuk menulis, mengajar, dan beribadah.
Demikian pula Imam Syafi’i, yang membagi waktunya secara disiplin antara belajar, berdakwah, dan merenung. Keteladanan mereka menunjukkan bahwa waktu yang digunakan dengan bijak mampu melahirkan karya besar yang abadi lintas zaman. Oleh karena itu, generasi muda hendaknya menjadikan para ulama sebagai teladan dalam memanfaatkan waktu.
Waktu dan Amal Saleh
Di sisi lain, waktu juga harus diisi dengan amal saleh. Setiap detik yang Allah berikan merupakan kesempatan untuk berzikir, membaca Al-Qur’an, menolong sesama, atau berbuat baik sekecil apa pun bentuknya.
Allah ﷻ berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya ia akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7–8)
Dengan demikian, tidak ada waktu yang sia-sia bagi orang beriman, karena setiap amal sekecil apapun akan memperoleh balasan dari Allah.
Tantangan Menghargai Waktu di Era Modern
Namun, di era digital seperti sekarang, menghargai waktu menjadi tantangan yang semakin besar. Media sosial, permainan daring, dan hiburan tanpa batas sering kali membuat generasi muda lupa diri. Akibatnya, banyak yang kehilangan fokus dan membiarkan potensi mereka terbuang percuma.
Oleh sebab itu, orang tua dan pendidik harus berperan aktif dalam membimbing anak-anak agar menggunakan teknologi secara bijak. Anak yang memanfaatkan dunia digital untuk belajar, berdakwah, atau mengasah keterampilan akan meraih keberhasilan. Sebaliknya, anak yang hanya menggunakannya untuk hiburan akan kehilangan banyak kesempatan emas.
Wasiat Emas untuk Anak
Dalam Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’, Syaikh Muhammad Syakir memberikan nasihat berharga:
«إِنَّ الْوَقْتَ إِذَا مَضَى لَا يَعُودُ، فَاحْرِصْ عَلَى أَنْ تَكُونَ كُلُّ سَاعَةٍ مِنْ عُمْرِكَ فِي طَاعَةِ اللَّهِ»
“Sesungguhnya waktu yang telah berlalu tidak akan kembali. Maka jagalah agar setiap jam dari umurmu berada dalam ketaatan kepada Allah.”
Pesan ini menegaskan bahwa waktu yang berlalu tidak bisa diulang. Karena itu, anak yang menggunakan waktunya untuk taat kepada Allah akan menjalani kehidupan yang bermakna dan penuh berkah.
Penutup
Pada akhirnya, menghargai waktu berarti menghargai kehidupan. Pemuda yang cerdas tidak akan membiarkan waktunya berlalu tanpa tujuan. Ia sadar bahwa waktu merupakan amanah besar dari Allah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Mari kita renungkan doa Rasulullah ﷺ:
«اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي أَوْقَاتِنَا»
“Ya Allah, berkahilah waktu-waktu kami.”
Semoga Allah menjadikan kita, anak-anak kita, dan generasi mendatang sebagai insan yang mampu menghargai waktu, memanfaatkannya untuk kebaikan, dan menjadikannya sebagai jalan menuju ridha Allah ﷻ.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
