Khazanah
Beranda » Berita » Kejujuran: Perhiasan Anak yang Tidak Pernah Pudar Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Kejujuran: Perhiasan Anak yang Tidak Pernah Pudar Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Ilustrasi Islami tentang kejujuran sebagai perhiasan anak
Lukisan digital realistik-filosofis menampilkan seorang anak memegang tangan orang tuanya dengan cahaya lembut, simbol kejujuran sebagai warisan abadi.

Kejujuran selalu menjadi mahkota yang tidak pernah lekang dimakan waktu. Dalam setiap peradaban, orang yang jujur senantiasa dipandang mulia. Islam menempatkan kejujuran bukan sekadar akhlak sosial, melainkan bagian inti dari iman. Rasulullah ﷺ bahkan diberi gelar al-Amîn (yang terpercaya) jauh sebelum beliau diangkat menjadi nabi, karena sifat jujurnya yang tidak pernah pudar.

Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ karya Syaikh Muhammad Syakir al-Iskandari menegaskan pentingnya kejujuran sebagai wasiat utama yang harus diwariskan orang tua kepada anak. Beliau menulis dalam salah satu nasihatnya:

«وَكُنْ صَادِقًا فِي قَوْلِكَ وَفِعْلِكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ نَجَاةٌ»
“Jadilah engkau jujur dalam ucapan dan perbuatanmu, karena sesungguhnya kejujuran adalah keselamatan.”

Dengan demikian, kejujuran bukan sekadar pilihan moral, melainkan kebutuhan hidup. Tanpa kejujuran, anak akan kehilangan arah dan masyarakat akan runtuh dari dalam.

Kejujuran dalam Al-Qur’an dan Hadits

Al-Qur’an menegaskan urgensi kejujuran sebagai jalan menuju ridha Allah. Allah ﷻ berfirman:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah: 119)

Ayat ini menunjukkan bahwa kejujuran bukan hanya tuntutan pribadi, melainkan juga perintah kolektif: kita harus bergabung bersama orang-orang jujur, bukan hanya menjadi jujur sendiri.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

«إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ…»
“Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menggambarkan rantai keberkahan: kejujuran melahirkan kebaikan, dan kebaikan membawa pada surga. Maka, orang tua yang menanamkan nilai kejujuran sejatinya sedang membuka jalan surga bagi anaknya.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Kejujuran sebagai Perhiasan Anak

Syaikh Muhammad Syakir al-Iskandari dalam Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menyebut kejujuran sebagai perhiasan anak. Maksudnya, akhlak jujur akan selalu membuat anak tampak mulia di hadapan manusia, sekalipun ia tidak memiliki harta atau kedudukan.

«إِنَّ الصِّدْقَ زِينَةُ الْوَلَدِ فِي حَيَاتِهِ، وَذِكْرُهُ بَعْدَ مَمَاتِهِ»
“Sesungguhnya kejujuran adalah perhiasan anak di masa hidupnya, dan akan menjadi kenangan baik baginya setelah wafatnya.”

Orang tua yang menanamkan kejujuran berarti sedang memberikan perhiasan yang tidak akan pernah usang, berbeda dengan pakaian atau harta yang bisa rusak dan hilang.

Kejujuran dalam Keluarga: Pondasi Kehidupan

Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak. Jika rumah tangga diwarnai kejujuran, anak akan tumbuh dengan hati yang bersih. Sebaliknya, jika orang tua terbiasa berdusta, anak akan menirunya tanpa sadar.

Kejujuran di dalam rumah menciptakan rasa aman. Anak merasa percaya pada orang tua, dan orang tua pun yakin dengan perkataan anak. Dari sinilah terbangun keutuhan emosional yang menjadi bekal bagi anak untuk melangkah di dunia luar.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Kejujuran dalam Persahabatan dan Lingkungan

Selain dalam keluarga, anak perlu diajarkan kejujuran dalam pergaulan. Lingkungan sosial sering kali menguji integritas seseorang. Jika anak terbiasa jujur sejak dini, ia akan lebih mudah menolak ajakan dusta, penipuan, atau tipu muslihat.

Kejujuran menjadikan seorang anak disegani di antara teman-temannya. Walaupun terkadang kejujuran terasa pahit, pada akhirnya ia akan dihormati sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Itulah nilai jangka panjang yang dimaksud oleh Syaikh Muhammad Syakir al-Iskandari: kejujuran membentuk masa depan.

Tantangan Menjaga Kejujuran di Era Digital

Di era modern, kejujuran menghadapi tantangan besar. Anak-anak terbiasa hidup di dunia digital yang penuh dengan manipulasi, berita palsu, dan konten palsu. Maka, orang tua perlu lebih aktif menanamkan kesadaran tentang pentingnya kejujuran dalam dunia maya maupun nyata.

Kejujuran di media sosial, misalnya, berarti tidak membuat informasi palsu, tidak menyebarkan hoaks, dan tidak memanipulasi identitas. Orang tua bisa mencontohkan dengan perilaku nyata, misalnya tidak mudah membagikan berita sebelum memastikan kebenarannya.

Buah Manis dari Kejujuran

Kejujuran membawa ketenangan batin. Orang yang jujur tidak terbebani rasa takut ketahuan berbohong. Ia hidup dengan ringan karena ucapannya sesuai dengan kenyataan.

Selain itu, kejujuran juga membuka pintu rezeki. Dalam perdagangan, misalnya, Rasulullah ﷺ bersabda:

«التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ»
“Pedagang yang jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang sangat jujur, dan para syuhada.” (HR. Tirmidzi)

Hadits ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan kejujuran, bahkan dalam urusan ekonomi. Dalam kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’, Syaikh Muhammad Syakir menekankan bahwa orang tua tidak boleh mengabaikan pendidikan akhlak ini. Kejujuran adalah wasiat abadi yang harus dijaga lintas generasi.

Wasiat ini bukan hanya untuk kebaikan anak, melainkan juga untuk kemaslahatan masyarakat. Bayangkan sebuah bangsa yang dihuni oleh orang-orang jujur: pasti keadilan akan terjaga, kepercayaan tumbuh, dan kesejahteraan merata.

Penutup

Kejujuran adalah perhiasan abadi yang tidak akan pernah hilang kilauannya. Orang tua yang mewariskan kejujuran sejatinya sedang memberikan warisan yang lebih berharga daripada emas. Anak yang jujur akan selalu dihormati, dipercaya, dan dikenang, bahkan setelah meninggalkan dunia.

Mari kita renungkan doa Rasulullah ﷺ:

«اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي لِسَانًا صَادِقًا وَقَلْبًا سَلِيمًا»
“Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku lisan yang jujur dan hati yang bersih.”

Semoga kejujuran menjadi perhiasan kita, keluarga kita, dan generasi setelah kita. Karena hanya dengan kejujuran, hidup akan tenang, masa depan akan cerah, dan akhirat akan berbuah surga.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement