Khazanah
Beranda » Berita » Berbakti kepada Orang Tua: Jalan Lurus Menuju Ridha Allah Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Berbakti kepada Orang Tua: Jalan Lurus Menuju Ridha Allah Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

anak mencium tangan ibunya sebagai simbol bakti dan jalan menuju ridha Allah
Ilustrasi penuh makna tentang seorang anak yang merendahkan hati di hadapan ibunya, mengekspresikan kasih sayang dan pengabdian

Dalam tradisi Islam, berbakti kepada orang tua menempati posisi istimewa. Ia bukan sekadar akhlak mulia, melainkan kewajiban yang Allah tegaskan setelah perintah untuk menyembah-Nya. Hubungan anak dan orang tua adalah ikatan suci yang tidak pernah terputus, bahkan setelah keduanya wafat.

Allah berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra: 23)

Ayat ini menegaskan bahwa jalan menuju ridha Allah harus ditempuh dengan bakti kepada orang tua. Dalam kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’, Syaikh Muhammad Syakir al-Iskandari menjelaskan betapa bakti anak kepada orang tua adalah warisan spiritual yang akan menjaga keberkahan hidupnya.

Wasiat Ulama: Bakti sebagai Kunci Ridha Allah

Dalam Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’, Syaikh Muhammad Syakir berpesan:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

“بِرُّ الْوَالِدَيْنِ طَاعَةٌ تَجْلِبُ رِضَا الرَّحْمٰنِ، وَعُقُوقُهُمَا مَعْصِيَةٌ تُفْسِدُ الْإِيمَانَ”
“Berbakti kepada orang tua adalah ketaatan yang mendatangkan ridha Ar-Rahman, sementara durhaka kepada keduanya adalah maksiat yang merusak iman.”

Pesan ini memberi peringatan tegas: keberhasilan seorang anak tidak hanya diukur dari capaian duniawi, melainkan sejauh mana ia menjaga baktinya kepada orang tua. Orang tua adalah pintu rahmat Allah di dunia. Selama pintu itu dijaga dengan penuh hormat, maka keberkahan akan senantiasa menyertai.

Bakti dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits

Al-Qur’an memandang bakti sebagai amal besar yang tidak boleh ditunda. Dalam QS. Luqman: 14 Allah berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Hadits Nabi ﷺ juga menegaskan pentingnya bakti ini:

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

“رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ”
“Ridha Allah ada pada ridha orang tua, dan murka Allah ada pada murka orang tua.” (HR. Tirmidzi)

Kedua dalil ini menunjukkan bahwa ridha orang tua adalah pintu masuk menuju ridha Allah. Tanpa bakti, sulit bagi seorang anak untuk mendapatkan keberkahan hidup.

Bentuk Nyata Berbakti dalam Kehidupan Sehari-Hari

Bakti kepada orang tua bukan hanya ucapan, tetapi tindakan nyata. Pemuda yang memahami ini akan menunjukkan baktinya melalui:

  1. Menghormati perkataan mereka – Tidak memotong pembicaraan, tidak meninggikan suara, dan bersikap lembut.
  2. Membantu urusan mereka – Mulai dari hal kecil di rumah hingga kebutuhan besar dalam hidup.
  3. Mendoakan mereka – Bahkan setelah wafat, doa anak tetap menjadi bekal bagi orang tua. Rasulullah ﷺ bersabda:

“إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ… أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ”
“Jika seorang manusia meninggal dunia, terputus amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Dengan cara ini, bakti bukan hanya menjadi kewajiban, tetapi jalan untuk meraih keberkahan hidup.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Bakti dan Tantangan Era Modern

Di era modern, banyak pemuda terjebak dalam kesibukan karier, pendidikan, atau media sosial hingga melupakan baktinya. Mereka menganggap cukup dengan mengirim uang, padahal kasih sayang orang tua lebih membutuhkan kehadiran dan perhatian.

Hati orang tua sering kali hanya merindukan senyum anak, ucapan terima kasih, dan sapaan lembut. Sebab itu, bakti tidak boleh direduksi menjadi hal material semata. Kehadiran anak adalah bentuk cinta nyata yang mampu menenangkan jiwa orang tua.

Buah dari Bakti: Hidup Penuh Keberkahan

Berbakti melahirkan keberkahan dalam banyak aspek. Pertama, doa orang tua yang tulus menjadi sebab terbukanya pintu rezeki. Kedua, bakti memperpanjang umur dalam makna keberkahan waktu dan kualitas hidup. Rasulullah ﷺ bersabda:

“مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”
“Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang tua adalah pusat silaturahmi terbesar seorang anak. Maka, semakin baik baktinya, semakin besar keberkahan yang ia raih.

Wasiat untuk Pemuda: Jangan Sia-siakan Waktu

Syaikh Muhammad Syakir berpesan dalam kitabnya:

“اغْتَنِمْ حَيَاةَ وَالِدَيْكَ بِبِرِّهِمَا، فَإِذَا مَاتَا فَالدُّعَاءُ لَهُمَا خَيْرُ مَا تَصْنَعُ”
“Manfaatkanlah kehidupan orang tuamu dengan berbakti kepada keduanya. Jika keduanya telah tiada, maka doa untuk mereka adalah sebaik-baik amal yang engkau lakukan.”

Pesan ini menegaskan pentingnya kesempatan hidup. Selama orang tua masih ada, jangan sia-siakan waktu untuk berbakti. Jika mereka telah tiada, maka doa dan amal jariyah adalah jalan terbaik untuk terus berbakti.

Penutup

Berbakti kepada orang tua adalah jalan lurus menuju ridha Allah. Ia adalah amal yang mengangkat derajat anak, melapangkan hidupnya, dan menjadi wasiat abadi dari generasi ke generasi. Pemuda yang ingin hidupnya berkah harus menata langkah dengan cinta dan hormat kepada kedua orang tuanya.

Ridha mereka adalah ridha Allah. Senyum mereka adalah cahaya hidupmu. Doa mereka adalah pelindung langkahmu. Maka, berbaktilah sebelum waktu merenggut kesempatan. Karena setelah mereka tiada, hanya doa yang bisa menjadi jembatan bakti yang tak pernah putus.”

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement