Setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh sebagai pribadi yang kokoh dan sukses. Namun, sering kali ukuran sukses terbatas pada capaian duniawi: harta, pendidikan, atau jabatan. Padahal, ada wasiat abadi yang lebih berharga dan lebih tahan lama daripada semua itu. Wasiat tersebut adalah shalat sebagai tiang hidup.
Kitab klasik Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menegaskan pentingnya shalat sebagai warisan terbesar orang tua kepada anak. Wasiat ini bukan hanya soal ritual, tetapi fondasi yang menegakkan seluruh aspek kehidupan. Shalat bukan sekadar kewajiban, melainkan tiang yang menopang keimanan, moral, dan kesadaran spiritual seorang muslim.
Al-Qur’an memberikan pesan jelas tentang hal ini:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki darimu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)
Ayat ini menegaskan bahwa orang tua memiliki kewajiban spiritual untuk memastikan anak-anaknya tegak di atas shalat.
Shalat Sebagai Tiang Hidup
Shalat disebut sebagai tiang agama karena ia menyangga semua amal ibadah lainnya. Tanpa shalat, amal kebaikan lain menjadi rapuh. Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menulis:
الصَّلَاةُ عِمَادُ الْحَيَاةِ، مَنْ أَقَامَهَا أَقَامَ دِينَهُ وَحَيَاتَهُ
“Shalat adalah tiang kehidupan. Siapa yang menegakkannya, ia menegakkan agamanya dan hidupnya.”
Ungkapan ini menegaskan bahwa shalat bukan hanya fondasi agama, tetapi juga fondasi kehidupan sehari-hari. Orang yang menegakkan shalat akan terlatih disiplin, terbiasa bersyukur, dan lebih mampu menjaga diri dari perbuatan sia-sia.
Rasulullah ﷺ juga mengingatkan dalam hadits:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ
“Pokok perkara adalah Islam, dan tiangnya adalah shalat.” (HR. Tirmidzi)
Tiang ini ibarat pilar rumah. Jika pilar roboh, rumah akan runtuh. Demikian pula hidup seorang muslim tanpa shalat akan kehilangan arah.
Wasiat Orang Tua dalam Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’
Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menekankan betapa orang tua harus menjadikan shalat sebagai wasiat utama. Dalam salah satu nasihatnya disebutkan:
أَوْصِي بَنِيَّ أَنْ يَحْفَظُوا الصَّلَاةَ فِي أَوْقَاتِهَا، فَإِنَّهَا أَوَّلُ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Aku mewasiatkan kepada anak-anakku agar menjaga shalat pada waktunya, karena shalat adalah perkara pertama yang akan ditanya dari seorang hamba di hari kiamat.”
Pesan ini sejalan dengan hadits Nabi ﷺ:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ الصَّلَاةُ، فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
“Sesungguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka ia akan beruntung. Jika shalatnya rusak, maka ia akan celaka.” (HR. Tirmidzi)
Dengan demikian, shalat adalah kunci nasib seorang anak, baik di dunia maupun di akhirat.
Peran Orang Tua dalam Menanamkan Shalat
Orang tua memiliki tanggung jawab besar sebagai teladan pertama dalam menegakkan shalat. Anak-anak tidak hanya belajar dari ucapan, tetapi juga dari kebiasaan. Bila orang tua konsisten shalat berjamaah, anak-anak akan meniru.
Hadits Nabi ﷺ memberikan arahan praktis:
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (dengan pukulan mendidik, bukan menyakiti) bila meninggalkannya ketika berusia sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)
Hadits ini menunjukkan pentingnya mendidik shalat sejak dini. Orang tua yang menanamkan kebiasaan shalat sejak anak kecil akan lebih mudah melahirkan generasi yang istiqamah dalam ibadah.
Shalat Sebagai Solusi Kehidupan Modern
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, shalat berperan sebagai penyeimbang. Shalat melatih fokus di tengah distraksi, melatih ketenangan di tengah kesibukan, dan melatih kesadaran spiritual di tengah materialisme.
Anak-anak yang dibiasakan shalat akan lebih kuat menghadapi tekanan hidup. Shalat membangun disiplin waktu, membentuk hati yang lembut, dan menanamkan kesadaran bahwa ada kekuatan ilahi yang selalu bersama.
Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menegaskan:
مَنْ حَفِظَ الصَّلَاةَ حَفِظَ اللهُ لَهُ حَيَاتَهُ
“Siapa yang menjaga shalat, Allah akan menjaga hidupnya.”
Ungkapan ini menunjukkan bahwa shalat bukan sekadar kewajiban, melainkan perlindungan ilahi yang menyelamatkan kehidupan anak-anak dari kerusakan moral dan spiritual.
Warisan yang Tidak Ternilai
Harta bisa habis, jabatan bisa hilang, namun warisan shalat akan terus hidup dalam diri anak-anak. Ketika orang tua tiada, doa anak yang menegakkan shalat akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)
Anak saleh tidak mungkin lahir tanpa fondasi shalat. Karena itu, shalat adalah warisan yang melahirkan doa, amal jariyah, dan keberkahan yang terus mengalir bagi orang tua.
Penutup
Pada akhirnya, Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ mengajarkan bahwa shalat adalah tiang hidup dan warisan abadi yang tidak boleh dilupakan. Wasiat orang tua kepada anak-anaknya bukan sekadar kalimat indah, tetapi teladan nyata dalam menegakkan shalat.
Seperti tiang yang menyangga bangunan, shalat menyangga seluruh hidup seorang muslim. Tanpa shalat, hidup akan goyah, iman akan rapuh, dan jiwa akan kosong. Dengan shalat, hidup menjadi lebih terarah, lebih tenang, dan lebih bermakna.
Maka, wahai para orang tua, wariskanlah shalat kepada anak-anakmu. Jadikanlah ia tiang hidup yang akan menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Karena sesungguhnya, wasiat terindah bukanlah kata-kata, melainkan shalat yang tetap tegak dalam hati dan amal anak-anakmu.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
