Khazanah
Beranda » Berita » Warisan Terbaik Orang Tua: Akidah dan Tauhid yang Lurus Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Warisan Terbaik Orang Tua: Akidah dan Tauhid yang Lurus Menurut Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Warisan terbaik orang tua adalah akidah dan tauhid yang lurus
eorang ayah memegang tangan anaknya di bawah cahaya masjid dengan nuansa hangat, simbol transfer iman dari generasi ke generasi.

Setiap orang tua pasti ingin meninggalkan warisan berharga bagi anak-anaknya. Sebagian orang meyakini bahwa harta, jabatan, atau pendidikan modern adalah warisan terbaik. Namun, ketika kita menengok ke dalam khazanah Islam, kita menemukan jawaban yang jauh lebih mendalam: warisan terbaik adalah akidah dan tauhid yang lurus.

Kitab klasik Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menegaskan bahwa membekali anak dengan tauhid yang murni bukan hanya tugas, tetapi amanah besar. Orang tua tidak hanya dituntut untuk memberi nafkah jasmani, tetapi juga harus menanamkan fondasi rohani agar anak-anak tumbuh dalam cahaya iman.

Al-Qur’an mengingatkan dengan tegas:

وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَـٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub: ‘Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam’.” (QS. Al-Baqarah: 132)

Ayat ini menjadi pondasi utama: warisan iman jauh lebih abadi daripada warisan materi.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Akidah sebagai Fondasi Kehidupan

Tidak ada bangunan yang kokoh tanpa fondasi yang kuat. Demikian pula kehidupan seorang muslim tidak akan tegak tanpa akidah. Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menekankan, orang tua yang gagal menanamkan tauhid akan meninggalkan anak-anak yang rapuh secara spiritual.

Lebih jauh, akidah tidak hanya berarti mengenal Allah, tetapi juga menafikan segala bentuk kesyirikan. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini mengingatkan bahwa setiap amal ibadah, bahkan setiap gerak kehidupan, bermula dari niat yang berakar pada akidah yang lurus. Orang tua yang menanamkan niat berlandaskan tauhid telah menyiapkan generasi yang siap beramal ikhlas hanya karena Allah.

Wasiat Tauhid dalam Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’

Kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menguraikan bahwa tauhid adalah pusaka terbesar. Di dalam teksnya disebutkan:

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

مِنْ أَعْظَمِ الْوَصَايَا أَنْ يَتَرَبَّى الْوَلَدُ عَلَى التَّوْحِيدِ وَيُحَافِظَ عَلَى الْعَقِيدَةِ الصَّحِيحَةِ
“Di antara wasiat teragung adalah anak dibesarkan di atas tauhid dan dijaga dalam akidah yang benar.”

Terjemahan ini menegaskan bahwa orang tua wajib bukan hanya memberi nasihat verbal, melainkan juga teladan nyata. Anak-anak lebih mudah meniru daripada sekadar mendengar. Karena itu, akidah harus ditanamkan melalui pembiasaan sehari-hari.

Selain itu, kitab ini juga menyoroti bahaya akidah yang menyimpang. Anak yang tumbuh tanpa pegangan tauhid bisa terjebak pada paham materialisme atau sekularisme. Inilah sebabnya orang tua harus waspada sejak dini.

Peran Orang Tua sebagai Pendidik Pertama

Tidak bisa dipungkiri, sekolah dan guru berperan penting dalam pendidikan. Namun, Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ mengingatkan bahwa rumah adalah madrasah pertama. Orang tua adalah guru utama yang membentuk jiwa anak sebelum ia mengenal dunia luar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan betapa besar tanggung jawab orang tua dalam menjaga fitrah tauhid anak-anaknya. Maka, menanamkan akidah sejak dini adalah langkah nyata menjaga fitrah tersebut.

Tauhid sebagai Penjaga Kehidupan Modern

Di era modern, tantangan akidah semakin kompleks. Media sosial, hiburan instan, dan gaya hidup konsumtif sering mengikis nilai spiritual. Namun, jika anak telah dibekali tauhid, ia akan lebih kuat menghadapi derasnya arus globalisasi.

Orang tua yang mewariskan akidah berarti membekali anak dengan kompas moral. Tauhid akan menjadi benteng ketika anak tergoda pada budaya hedonis. Tauhid juga akan menjadi cahaya ketika anak mencari makna hidup di tengah dunia yang serba cepat.

Warisan Akidah Mengalahkan Harta dan Jabatan

Banyak orang tua berjuang keras menabung untuk meninggalkan harta. Padahal, harta bisa habis, jabatan bisa lenyap, dan popularitas bisa pudar. Sebaliknya, akidah yang lurus akan terus hidup bersama anak-anak bahkan setelah orang tua tiada.

Al-Qur’an menggambarkan doa orang tua yang saleh untuk anak-anaknya:

وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Doa ini menggambarkan cita-cita agung: bukan sekadar meninggalkan anak yang sukses duniawi, melainkan anak yang menjadi teladan dalam ketakwaan.

Solusi Praktis Mewariskan Tauhid

Agar warisan tauhid benar-benar tertanam, orang tua perlu langkah praktis. Pertama, memperbanyak dialog ringan tentang keesaan Allah. Kedua, membiasakan doa bersama dalam setiap aktivitas. Ketiga, mengajarkan kisah para nabi yang sarat dengan nilai tauhid.

Selain itu, orang tua perlu menjadi teladan. Anak yang melihat orang tuanya konsisten shalat tepat waktu, jujur dalam ucapan, dan sabar dalam ujian, akan menyerap nilai-nilai itu tanpa banyak kata.

Penutup

Pada akhirnya, Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’ menegaskan bahwa warisan terbaik bukan emas, bukan rumah, bukan pula jabatan. Warisan terbaik adalah akidah dan tauhid yang lurus. Inilah bekal yang tidak akan habis ditelan zaman, tidak akan hilang digerus perubahan.

Seperti pepatah, “Harta bisa sirna, nama bisa pudar, tetapi iman akan abadi bersama amal.” Warisan tauhid adalah warisan yang membuat anak tetap tegak ketika dunia runtuh, tetap yakin ketika ujian datang, dan tetap damai ketika maut menjemput.

Semoga setiap orang tua sadar bahwa warisan terindah untuk anak-anaknya adalah akidah yang lurus dan tauhid yang murni, sesuai pesan kitab Washoya al-Abaa’ lil Abnaa’.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement