Khazanah
Beranda » Berita » Perempuan Salehah: Madrasah Pertama bagi Generasi Menurut Kitab Akhlaq Lil Banat

Perempuan Salehah: Madrasah Pertama bagi Generasi Menurut Kitab Akhlaq Lil Banat

Ilustrasi perempuan salehah sebagai madrasah pertama bagi generasi
Seorang muslimah muda duduk dengan teduh, cahaya lembut memancar dari dirinya, sementara di sekeliling tampak simbol generasi baru yang tumbuh dari madrasah pertama seorang ibu.

Sejak dahulu, Islam menempatkan perempuan pada posisi yang mulia. Perempuan bukan sekadar pelengkap dalam rumah tangga, tetapi juga tiang peradaban. Seorang gadis yang tumbuh dengan akhlak mulia kelak menjadi istri yang bijak, ibu yang sabar, dan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Tidak berlebihan bila ulama menegaskan, baiknya perempuan berarti baik pula masyarakat, rusaknya perempuan berarti rusak pula generasi.

Kitab Akhlaq Lil Banat karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja menggarisbawahi betapa pentingnya akhlak perempuan. Ia menyebutkan bahwa mendidik gadis sejak dini dengan adab dan akhlak yang benar akan menjadi bekal terbesar bagi perjalanan hidupnya. Di sinilah konsep perempuan salehah hadir, bukan hanya sebagai individu yang taat beribadah, tetapi juga sebagai pendidik yang menanamkan nilai Islam dalam hati generasi.

Rasulullah ﷺ bersabda:

خَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sebaik-baik perhiasan dunia adalah perempuan salehah.” (HR. Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa nilai seorang perempuan tidak diukur dari harta, kecantikan, atau status sosialnya, melainkan dari akhlak salehah yang ia bawa sepanjang hidupnya.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Menjadi Madrasah Pertama: Peran Ibu dalam Islam

Perempuan salehah bukan hanya berperan sebagai pendamping suami, tetapi juga sebagai pendidik utama generasi. Di pangkuan ibu, seorang anak pertama kali mengenal kasih sayang, kebenaran, dan nilai-nilai agama. Di telinga ibu pula, anak mendengar kalimat pertama yang penuh doa.

Allah Swt. menegaskan pentingnya berbuat baik kepada orang tua dalam firman-Nya:

وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
“Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula; masa mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Ayat ini menunjukkan betapa besar perjuangan seorang ibu. Maka, ketika seorang gadis dididik dengan akhlak Islami sejak remaja, ia akan siap menjalani peran ini dengan hati yang sabar dan penuh keikhlasan.

Akhlak Salehah dalam Kitab Akhlaq Lil Banat

Dalam Akhlaq Lil Banat, Syaikh Umar Baraja menjelaskan dengan bahasa yang sederhana, bagaimana seorang perempuan perlu menjaga kehormatan dirinya, menutup aurat, berbicara dengan lembut, serta menjauhi sifat-sifat tercela.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Beliau menulis:

فَإِذَا صَلَحَتِ الْبِنْتُ صَلَحَتِ الْأُسْرَةُ، وَإِذَا صَلَحَتِ الْأُسْرَةُ صَلَحَ الْمُجْتَمَعُ
“Jika seorang anak perempuan baik akhlaknya, maka baiklah keluarganya. Dan jika keluarga itu baik, maka baiklah masyarakatnya.”

Pesan ini sangat dalam. Dari satu pribadi yang salehah, lahirlah keluarga yang harmonis. Dari keluarga yang harmonis, lahirlah masyarakat yang damai. Maka, pendidikan akhlak bagi perempuan adalah pondasi bagi lahirnya peradaban yang berkah.

Menjaga Kehormatan Diri: Bekal Perempuan Salehah

Perempuan yang menjaga kehormatannya adalah benteng kokoh bagi keluarga. Ia menutup aurat dengan anggun, menjaga tutur kata, dan tidak tergoda gemerlap dunia. Ia sadar bahwa martabat seorang muslimah terletak pada kesucian hati dan amal saleh, bukan pada perhiasan luar.

Allah Swt. berfirman:

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka menundukkan pandangannya, menjaga kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak darinya.” (QS. An-Nur: 31)

Ayat ini bukan sekadar aturan, tetapi juga benteng penjagaan diri. Ketika seorang gadis terbiasa hidup sederhana, menutup aurat dengan benar, dan bersikap sopan, maka ia sedang mempersiapkan dirinya untuk menjadi ibu yang bijak dan teladan bagi anak-anaknya kelak.

Bahasa Lembut: Senjata Perempuan Salehah

Bahasa seorang perempuan mencerminkan kejernihan hatinya. Gadis yang terlatih menggunakan bahasa lembut akan menjadi ibu yang mampu menenangkan anaknya, istri yang menyejukkan hati suami, dan sahabat yang menghadirkan kedamaian.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا كَانَ الرِّفْقُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَمَا نُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
“Tidaklah kelembutan ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan membuatnya tercela.” (HR. Muslim)

Kelembutan bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan yang mampu menembus hati. Gadis yang terbiasa menjaga lidahnya dari kata kasar akan menjadi teladan dalam lingkungannya.

Sabar dan Malu: Dua Mahkota Muslimah

Dalam perjalanan hidup, perempuan tidak akan lepas dari ujian. Di sinilah sifat sabar dan rasa malu menjadi mahkota indah yang menghiasi diri seorang muslimah. Sabar menjadikannya tegar menghadapi kesulitan, sementara malu menjaga langkahnya dari dosa dan perbuatan tercela.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِّنَ الْإِيمَانِ
“Malu adalah salah satu cabang dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Seorang gadis yang menjaga rasa malunya akan selalu ingat bahwa setiap perbuatannya kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dengan sabar dan malu, ia akan membesarkan anak-anaknya dengan keteladanan yang kuat.

Doa dan Dzikir: Menjaga Hati Tetap Tenang

Seorang perempuan salehah selalu menjaga hatinya agar tetap lembut dengan doa dan dzikir. Dari lisannya keluar doa kebaikan untuk anak-anaknya. Dari hatinya terpancar ketenangan yang menyejukkan keluarga.

Allah Swt. berfirman:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Dzikir bukan hanya amalan di bibir, tetapi juga energi yang membuat seorang gadis tumbuh kuat dalam menghadapi godaan dunia. Dengan doa, ia melindungi diri dan keluarganya. Dengan dzikir, ia menjaga hatinya tetap bersih dan ikhlas.

Penutup

Perempuan salehah adalah cahaya yang menerangi rumahnya, penyejuk bagi keluarganya, dan madrasah pertama bagi generasi. Dari tangannya lahir anak-anak yang beriman, dari hatinya mengalir kasih sayang, dan dari akhlaknya terpancar teladan.

Menjadi perempuan salehah bukan sekadar pilihan, tetapi jalan menuju surga. Karena itu, setiap gadis muslimah perlu menyiapkan diri dengan akhlak mulia, ilmu yang bermanfaat, dan kesungguhan dalam beribadah.

Akhirnya, pesan dari Kitab Akhlaq Lil Banat menjadi pengingat indah:

إِنَّ الْبِنْتَ إِذَا صَلَحَتْ كَانَتْ لِلْأُمَّةِ نُورًا وَلِلْأُسْرَةِ زَيْنَةً
“Sesungguhnya bila seorang anak perempuan itu salehah, ia menjadi cahaya bagi umat dan perhiasan bagi keluarganya.”

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement