Khazanah
Beranda » Berita » Kesopanan dalam Bicara: Bahasa Lembut yang Menyentuh Hati Menurut Kitab Akhlaq Lil Banat

Kesopanan dalam Bicara: Bahasa Lembut yang Menyentuh Hati Menurut Kitab Akhlaq Lil Banat

Kesopanan dalam bicara bagi gadis muslimah menurut Kitab Akhlaq lil Banat
Ilustrasi seorang gadis muslimah dengan hijab sederhana, sedang berbicara lembut dengan senyum teduh. Dari bibirnya memancar cahaya halus, sementara bayangan kata-kata kasar memudar di sekelilingnya.

Bahasa bukan sekadar rangkaian kata, melainkan cermin hati dan akhlak seseorang. Terutama bagi seorang gadis muslimah, tutur kata yang lembut dapat menjadi perhiasan yang lebih indah daripada emas. Kitab Akhlaq lil Banat karya Syekh Umar bin Ahmad Baraja’ menekankan pentingnya kesopanan dalam berbicara, karena ucapan yang baik akan meninggikan derajat seorang perempuan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar bahwa lidah lebih tajam daripada pedang. Sekali salah bicara, luka hati bisa bertahan lama. Sebaliknya, satu kalimat lembut mampu menyembuhkan kekecewaan yang dalam. Maka, menjaga kesopanan dalam bicara bukan hanya soal etika, tetapi juga jalan untuk menggapai ridha Allah.

Al-Qur’an memberi pedoman jelas:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)

Ayat ini mengajarkan bahwa setiap muslimah harus menata lisannya agar selalu menghadirkan kebaikan.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Makna Kesopanan dalam Bicara Menurut Islam

Kesopanan dalam bicara berarti menggunakan kata-kata yang lembut, santun, tidak menyakiti, dan penuh kasih. Ucapan yang baik mampu menyejukkan hati orang lain, sedangkan ucapan yang kasar hanya akan melukai.

Rasulullah ﷺ menegaskan:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa kesopanan bicara bukan pilihan, melainkan kewajiban bagi seorang muslim. Diam lebih baik daripada berbicara buruk.

Dalam Akhlaq lil Banat, disebutkan:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

لَا زِينَةَ لِلْفَتَاةِ أَجْمَلَ مِنْ لِسَانٍ لَطِيفٍ وَكَلَامٍ مُؤَدَّبٍ
“Tidak ada perhiasan bagi seorang gadis yang lebih indah daripada lisan yang lembut dan ucapan yang sopan.”

Artinya, seorang gadis muslimah akan semakin mulia bukan karena perhiasan yang ia kenakan, tetapi karena kesantunan lisannya.

Pentingnya Bahasa Lembut bagi Gadis Muslimah

Bahasa lembut memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian remaja muslimah. Pertama, bahasa lembut mampu menjaga hubungan dengan orang tua. Seorang gadis yang berbicara lembut kepada ayah dan ibunya akan mendapatkan kasih sayang lebih dalam dan doa yang tulus.

Kedua, bahasa lembut memperkuat persahabatan. Remaja muslimah yang terbiasa berkata sopan akan lebih mudah disukai teman, karena ia tidak melukai hati dengan kata-kata tajam. Persahabatan yang lahir dari tutur kata yang baik akan lebih kokoh dan tulus.

Ketiga, bahasa lembut meningkatkan wibawa. Gadis muslimah yang berbicara dengan tenang, jelas, dan sopan akan dihargai orang di sekitarnya. Ia tidak perlu mengangkat suara tinggi, karena kelembutan ucapannya sudah cukup menunjukkan kematangan diri.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Bahaya Ucapan Kasar dan Sembarangan

Ucapan yang kasar bagaikan racun. Sekali keluar dari lisan, kata-kata itu sulit ditarik kembali. Perempuan yang terbiasa berbicara dengan kasar akan kehilangan kehormatan, bahkan bisa dijauhi oleh sahabatnya.

Allah ﷻ memperingatkan dalam Al-Qur’an:

وَقُولُوا لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan menimbulkan perselisihan di antara mereka.” (QS. Al-Isra: 53)

Ayat ini mengingatkan bahwa ucapan yang buruk dapat menjadi jalan masuk bagi setan untuk menanamkan permusuhan.

Seorang gadis yang suka mengumpat atau menyindir dengan kasar akan mudah menimbulkan konflik. Teman-temannya mungkin enggan bergaul, keluarganya bisa merasa sakit hati, bahkan harga dirinya pun turun di mata orang lain.

Latihan Menjaga Kesopanan dalam Bicara

  1. Membiasakan Ucapan Positif

Remaja muslimah perlu melatih diri dengan kalimat positif, seperti “terima kasih”, “tolong”, “maaf”, dan “alhamdulillah”. Kalimat sederhana ini mampu menumbuhkan suasana harmonis di rumah maupun di sekolah.

Dalam Akhlaq lil Banat, Syekh Umar menekankan pentingnya kebiasaan baik:

عَوِّدِي نَفْسَكِ عَلَى كَلِمَاتِ الشُّكْرِ وَالِابْتِسَامَةِ مَعَ الْكَلَامِ
“Biasakan dirimu dengan kata-kata syukur dan sertai ucapanmu dengan senyuman.”

  1. Menahan Amarah

Kesopanan bicara sering hilang ketika emosi meluap. Karena itu, penting bagi remaja muslimah untuk belajar menahan amarah. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِندَ الْغَضَبِ
“Orang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menahan amarah berarti mengendalikan lisan. Dengan begitu, ucapan tetap lembut meski hati sedang kesal.

Kesopanan Bicara sebagai Jalan Menuju Ridha Allah

Kesopanan bicara tidak hanya menyenangkan orang lain, tetapi juga mendatangkan ridha Allah. Allah menyukai hamba-Nya yang berbicara dengan lembut dan santun. Bahkan, saat Musa dan Harun diperintahkan berdakwah kepada Firaun yang zalim, Allah memerintahkan mereka berbicara lembut:

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.” (QS. Thaha: 44)

Jika kepada Firaun saja diperintahkan berkata lembut, apalagi kepada orang tua, guru, sahabat, dan sesama muslim.

Teladan Rasulullah ﷺ dalam Bertutur Kata

Rasulullah ﷺ dikenal sebagai pribadi yang selalu berkata lembut. Beliau tidak pernah mengucapkan kata kasar, bahkan kepada orang yang menyakitinya. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

“Rasulullah tidak pernah berkata keji, tidak berbuat keji, dan tidak bersuara keras di pasar. Beliau tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, tetapi memaafkan dan memberi ampun.” (HR. Tirmidzi)

Teladan ini menunjukkan bahwa kelembutan bicara adalah akhlak mulia yang harus ditiru setiap muslimah.

Penutup

Kesopanan dalam bicara adalah seni yang harus dijaga oleh setiap gadis muslimah. Bahasa lembut bukan hanya menyejukkan hati orang lain, tetapi juga menyucikan jiwa diri sendiri. Kata-kata sopan bagaikan doa, yang melangit membawa kebaikan.

Seorang gadis muslimah yang menjaga lisannya sesungguhnya telah menjaga kehormatannya. Dengan bahasa yang lembut, ia akan disayang keluarga, dihormati sahabat, dan diridhai Allah.

Maka, wahai gadis muslimah, jadikanlah lidahmu sebagai mata air kebaikan. Biarlah setiap kata yang keluar dari bibirmu menjadi penyejuk jiwa, pengikat kasih sayang, dan jalan menuju surga.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement