SURAU.CO-Tsumamah ibn Utsal al-Hanafi, seorang sahabat yang termasuk pemimpin Bani Hanifah di Yaman. Awalnya, ia seorang musyrik dan pernah berencana membunuh Nabi saw. Namun, Allah melindungi Rasulullah saw. hingga Tsumamah pun tertangkap.
Tertawan oleh pasukan muslim
Terdapat kisah bahwa dalam suatu pertempuran, pasukan Muslim menangkap seseorang tanpa mengetahui siapa sebenarnya orang itu. Kemudian mereka membawanya kepada Rasulullah dan mengikatnya pada salah satu tiang masjid. Ketika melihat orang itu, Nabi saw. berkata kepada para sahabat, “Tahukah kalian siapakah orang yang kalian tangkap ini? Ia adalah Tsumamah ibn Utsal al-Hanafi. Perlakukanlah dia sebagai tawanan dengan baik.”
Kisah lengkapnya adalah sebagai berikut. Pada awalnya, Tsumamah merupakan salah satu pendukung Musailamah yang ingin membunuh Nabi saw. Ketika mengetahui niat buruk mereka, Nabi saw. bertekad untuk menangkap dan menghancurkan mereka.
Suatu saat, Tsumamah ingin pergi ke Makkah, tetapi ia tersesat dan kebingungan dalam perjalanan di Madinah. Saat itulah ia ditangkap dan digiring kepada Rasulullah untuk mendapatkan keputusan darinya. Nabi saw. kembali kepada keluarganya dan bersabda kepada mereka, “Kumpulkanlah makanan kalian, lalu berikanlah kepada Tsumamah.” Selain itu, Rasulullah juga memerintahkan agar Tsumamah mendapatkan susu.
Hadis tentang tertawannya Tsumamah ibn Utsal
Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya mencatat sebuah hadis tentang tertawannya Tsumamah ibn Utsal. Ia meriwayatkan dari Abdullah ibn Yusuf dari Laits dari Said ibn Abu Said bahwa ia mendengar Abu Hurairah r.a. berkata,
“Muhammad mengutus serombongan pasukan berkuda ke arah Nejed. Kemudian mereka menangkap seorang laki-laki dari Bani Hanifah yang bernama Tsumamah ibn Utsal. Mereka mengikatnya di salah satu tiang masjid. Nabi saw. keluar menemuinya dan bersabda, ‘Apa yang kaumiliki, hai Tsumamah?’
Ia menjawab, ‘Aku punya sesuatu yang baik, wahai Muhammad, jika kau membunuhku, berarti kau membunuh makhluk yang lemah. Jika kau mau berlaku baik maka aku adalah orang yang bersyukur. Jika kau menginginkan harta, mintalah sesukamu.'”
Nabi saw. kemudian meninggalkannya. Keesokan harinya beliau datang kembali dan bertanya lagi, ‘Apa yang kaumiliki, hai Tsumamah?’
Ia menjawab, ‘Seperti yang telah kuucapkan kemarin: jika kau mau berlaku baik maka aku adalah orang yang bersyukur.’
Lagi-lagi, Nabi saw. meninggalkannya. Keesokan harinya beliau datang kembali lalu bertanya, ‘Apa yang kaumiliki, hai Tsumamah?’
Ia menjawab, ‘Jawabanku seperti kemarin.’
Nabi saw. bersabda, ‘Bebaskan Tsumamah!'”
Berislam setelah Rasulullah membebaskannya sebagai tawanan
Setelah bebas, Tsumamah berjalan menuju sebuah pohon kurma di dekat masjid. Kemudian ia mandi dan kembali masuk ke dalam masjid lalu berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah.”
“Hai Muhammad, demi Allah, di muka bumi ini tidak ada wajah yang paling kubenci selain wajahmu, tetapi sekarang hanya wajahmu yang paling kucintai. Demi Allah, tak ada agama yang paling kubenci selain agamamu, tetapi sekarang hanya agamamu yang paling kucintai. Demi Allah, tak ada negeri yang paling kubenci selain negerimu, tetapi sekarang hanya negerimu yang paling kucintai. Pasukanmu menangkapku sedangkan aku hanyalah pejalan yang ingin melaksanakan umrah. Bagaimanakah menurutmu?”
Umrah ke Makkah dan mengabarkan keislamannya
Nabi saw. memberikan kabar gembira kepadanya dan memerintahkannya untuk melaksanakan umrah. Ketika Tsumamah sampai di Makkah, seorang penduduk Makkah berkata, “Kau telah berhasil rupanya.”
Ia menjawab, “Tidak, malah aku telah memeluk Islam dan menjadi pengikut Muhammad. Dan, demi Allah, aku tidak akan memberi sebutir gandum pun dari Yamamah kepadamu kecuali Rasulullah saw. mengizinkannya.”
Ibn Hisyam mengatakan, “Aku mendapat kabar bahwa Tsumamah keluar menunaikan umrah. Saat tiba di tengah kota Makkah, ia mengumandangkan talbiyah sehingga ia menjadi orang pertama yang mengumandangkan talbiyah ketika memasuki kota Makkah. Orang Quraisy menangkapnya dan berkata, ‘Sungguh kau telah berbuat lancang kepada kami!’
Ketika mereka menggiring Tsumamah untuk mereka bunuh, salah seorang mereka berkata, ‘Biarkan dia, karena kalian akan membutuhkan penduduk Yamamah untuk membeli bahan makanan.’ Akhirnya, mereka membiarkan Tsumamah dan tidak mengganggunya. Al-Hanafi berkata, ‘Kami punya orang yang bertalbiyah terang-terangan di Makkah meskipun di hadapannya ada Abu Sufyan, dan ia melakukannya pada bulan haram.'”
Melarang menjual gandum pada pedagang Makkah
Kemudian ia pulang ke rumahnya di Yamamah dan melarang masyarakatnya menjual gandum kepada pedagang Makkah. Mendapatkan perlakuan seperti ini, orang Makkah menulis surat kepada Rasulullah, “Engkau memerintahkan untuk bersilaturahmi, tetapi kau memutuskan kekerabatan kami; kau membunuh para ayah dengan pedang dan membunuh anak-anak dengan kelaparan.”
Setelah membaca surat tersebut Rasulullah saw. menulis surat kepada Tsumamah agar membiarkan penduduk Makkah membeli bahan makanan dari penduduk Yamamah.
Penduduk Yamamah menjadi pengikut Musailamah
Ketika banyak penduduk Yamamah yang menjadi pengikut Musailamah, Tsumamah bertekad menjauhi mereka. Kebetulan pada saat yang sama al-Ala ibn al-Hadhrami memimpin sebuah rombongan menuju Bahrain melewati daerah Yamamah untuk menyerang al-Hutham dan orang murtad lainnya dari kabilah Rabi’ah. Ketika Tsumamah mendengar kedatangan al-Ala dan rombongannya, ia berkata kepada sahabat-sahabatnya yang Muslim di Yamamah, “Demi Allah, aku tidak ingin tinggal bersama mereka (Musailamah dan pengikutnya) dan aku tidak ingin berpisah dari mereka (al-Hadhrami dan para pengikutnya). Mereka adalah Muslim dan kami tahu tempat yang mereka tuju. Mereka (al-Hadhrami dan rombongan) telah melewati daerah kita sehingga aku akan menyusul dan mengikuti mereka. Marilah ikut denganku jika di antara kalian ada yang mau ikut.”
Membantu pasulan al-Ala ibn Hadhrami
Tsumamah dan beberapa pengikutnya mengikuti dan membantu al-Hadhrami sehingga pihak musuh sangat terkejut ketika mendengar Bani Hanifah membantu al-Hadhrami. Tsumamah dan beberapa orang Yamamah ikut berperang bersama pasukan al-Ala ibn al-Hadhrami melawan al-Hutham hingga orang-orang murtad itu dapat dikalahkan. Banyak yang terbunuh dari pihak lawan. Al-Ala membagikan harta rampasan dan menawan beberapa orang. Al-Ala memberikan Khumaishah, seorang wanita yang sangat dikagumi dan dicintai oleh al-Hutham, kepada seorang Muslim. Kemudian wanita itu dibeli oleh Tsumamah.
Setelah kemenangan ini, Tsumamah kembali pulang. Sesampainya di tempat tujuan, sekelompok orang dari Bani Qais ibn Tsa’labah (kabilah al-Hutham) melihatnya membawa Khumaishah. Mereka bertanya, “Apakah kau membunuh al-Hutham?”
Ia menjawab, “Aku tidak membunuhnya, tetapi aku membelinya (Khumaishah) dari orang yang menerimanya sebagai ghanimah. Merekalah yang telah membunuh al-Hutham.”
Terus mendukung perjuangan pasukan muslim
Tsumamah dan kaumnya bertekad terus mengikuti pasukan Muslim yang dipimpin Khalid ibn al-Walid untuk memerangi Musailamah. Dengan segenap daya dan upaya, mereka berjuang membela agama Allah. Pada Perang Yamamah ini banyak sahabat yang gugur sebagai syahid, termasuk Zaid ibn al-Khattab (saudara Umar ibn al-Khattab), Tsabit ibn Qais ibn Syammas, ahli pidato Rasulullah saw., Abu Khudzaifah ibn Utbah ibn Rabi’ah, Salim—maula Abi Khudzaifah, Abu Dujanah, Simak ibn Kharasy, dan lain-lain.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
