SURAU.CO – Dakwah Islam membutuhkan beragam media penyampaian. Salah satu media efektif adalah korespondensi, atau surat-menyurat. Di era modern ini, komunikasi tertulis menjadi sangat penting. Dakwah melalui tulisan tidak hanya mengekspresikan intelektualitas. Lebih dari itu, ia juga menekankan pentingnya pesan dakwah. Metode ini memiliki sejarah panjang. Bahkan, para nabi telah menggunakannya sejak dahulu.
Penyebaran dakwah melalui tulisan bukanlah hal baru dalam sejarah. Ambil contoh Nabi Sulaiman AS. Beliau mendakwahi Ratu Balqis. Beliau melakukan ini dengan mengirimkan sebuah surat. Demikian pula, Nabi Muhammad Saw juga memberi teladan. Beliau secara aktif menggunakan korespondensi. Beliau menggunakannya untuk menyebarkan Islam. Ini terjadi pada akhir tahun keenam Hijriyah. Tepatnya, setelah beliau pulang dari perjanjian Hudaibiyah.
Selanjutnya, Nabi Muhammad Saw mengirim banyak surat. Beliau mengirimnya kepada para penguasa. Mereka adalah pemimpin di sekitar Jazirah Arab. Inilah yang menjadi media dakwah beliau. Beliau menyampaikan agama Islam. Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Sahabat pilihan beliau membawa surat-surat tersebut. Mereka menyampaikannya secara langsung kepada para raja.
Kisah Inspiratif: Surat Nabi Muhammad Saw kepada Raja Najasyi
Pengiriman Surat dan Seruan Islam
Surat dakwah pertama Nabi Saw ditujukan kepada Raja Najasyi. Nama lengkap beliau adalah Najasyi Al-Ashshamah bin Al-Abjar. Beliau adalah penguasa Habasyah (sekarang Etiopia). Surat ini secara tegas menyerukan ajaran Islam. Amr bin Umayyah Adh-Dhamiri menyampaikannya. Saat itu, Raja Najasyi menganut agama Nasrani (Kristen).
Isi Surat Nabi Muhammad Saw
Berikut adalah teks surat Nabi Saw kepada Raja Najasyi:
“Bismillahirrahmannirrahim. Dari Muhammad Sang Nabi, kepada Najasyi, Al-Ashshamah pemimpin Habasyah. Kesejahteraan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Illah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, yang tidak mempunyai rekan pendamping dan anak, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Aku menyeru Tuan dengan seruan Islam, bahwa aku adalah Rasul-Nya. Maka masuklah Islam niscaya Tuan akan selamat. Jika Tuan menolak, maka Tuan akan menanggung dosa orang-orang Nasrani dari kaum Tuan.” Di penghujung surat tersebut, Nabi menyertakan satu ayat. Yaitu dari surat Ali Imran ayat 64.
Reaksi dan Balasan Raja Najasyi
Raja Najasyi menerima surat Nabi dengan sangat baik. Setelah membacanya, beliau segera turun dari singgasana. Beliau lalu duduk di atas lantai. Beliau menyatakan masuk Islam. Ini terjadi di hadapan Ja’far bin Abu Thalib. Kemudian, Raja Najasyi menulis surat balasan.
Isi surat balasan Raja Najasyi:
“Bismillahirrahmannirrahim. Kepada Muhammad Rasul Allah, dari Najasyi Ashshamah. Kesejahteraan bagi engkau wahai Nabi Allah, dari Allah dan rahmat Allah serta barakah-Nya. Demi Allah yang tiada Illah selain Dia, amma ba’ad.”
Raja Najasyi benar-benar memahami isi surat Nabi Saw. Isi surat itu bahkan sesuai dengan kitabnya. Beliau juga menyambut sepupu Nabi Saw. Ja’far bin Abi Thalib dan rekannya hijrah ke Habasyah. Di hadapan Ja’far, Raja Najasyi secara terang-terangan menyatakan keislamannya.
Dampak Keislaman Raja Najasyi
Setelah Nabi Saw mendengar keislaman Raja Najasyi, beliau meminta. Beliau meminta Raja Najasyi mengirim rombongan Ja’far kembali. Nabi Saw menginginkan mereka kembali ke Makkah. Raja Najasyi mengabulkan permintaan itu. Beliau mengirim rombongan Ja’far menumpang dua perahu. Mereka bertemu Nabi Saw di Khaibar. Sayangnya, Raja Najasyi wafat pada bulan Rajab tahun ke-7 H. Ini terjadi setelah perang Tabuk. Nabi Saw sangat bersedih mendengar kabar itu. Beliau mengucapkan bela sungkawa. Beliau juga melaksanakan shalat ghaib untuknya.
Surat Nabi Muhammad Saw kepada Muqauqis: Seruan Penting dari Kenabian
Selain kepada Najasyi, Nabi Saw juga menulis surat. Beliau menulisnya kepada Juraij bin Mata. Juraij bergelar Muqauqis. Beliau adalah Raja Mesir dan Iskandariyah. Hathib bin Abu Balta’ah menyampaikan surat ini.
Berikut isi surat Nabi Saw kepada Muqauqis:
“Bismillahirrahmannirrahim. Dari Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya, kepada Muqauqis Raja Qibthi. Keselamatan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, amma ba’d. Aku menyeru Tuan dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya Tuan akan selamat dan Allah akan memberikan pahala kepada Tuan dua kali lipat. Namun, jika Tuan berpaling, maka Tuan akan menanggung dosa penduduk Qibthi.”
Relevansi Korespondensi dalam Dakwah Kontemporer
Pelajaran dari Nabi Saw sangat relevan bagi kita. Korespondensi tetap menjadi media penting. Aksesnya sangat mudah saat ini. Kita bisa berdakwah melalui tulisan. Email, pesan singkat, atau media sosial. Semuanya adalah bentuk korespondensi modern. Melalui tulisan, pesan dakwah tersampaikan jelas. Audiens memiliki waktu lebih lama untuk mencerna informasi. Mereka bisa merenungkan pesan. Hal ini penting untuk menyampaikan konsep mendalam.
Di sisi lain, dakwah tulisan mencapai khalayak luas. Jangkauannya tidak terbatas geografis. Sebuah artikel atau postingan bisa viral. Ia dapat menyebar ke berbagai negara. Pesan Islam pun tersebar lebih cepat. Korespondensi juga memberikan dokumentasi. Pesan dakwah terekam secara permanen. Orang dapat kembali membacanya kapan saja. Ini sangat mendukung konsistensi dakwah.
Strategi Mengoptimalkan Korespondensi untuk Dakwah Efektif
Agar dakwah melalui korespondensi efektif, ada beberapa strategi penting. Pertama, gunakan bahasa yang jelas dan lugas. Hindari jargon rumit. Pastikan pesan mudah dipahami semua kalangan. Kedua, perhatikan relevansi konten. Sampaikan masalah yang relevan. Ini akan menarik perhatian pembaca. Ketiga, manfaatkan teknologi digital secara maksimal. Gunakan platform media sosial. Buat blog atau situs web dakwah. Selain itu, video singkat dengan teks juga efektif. Keempat, berikan wawasan baru atau penjelasan tambahan. Jangan hanya mengulang informasi yang sudah ada. Pembaca akan mendapat pengetahuan baru. Mereka akan merasa artikel ini sangat bernilai.
Korespondensi, Jembatan Dakwah Sepanjang Masa
Korespondensi memiliki peran penting dalam dakwah. Nabi Muhammad Saw telah menunjukkan teladan nyata. Beliau mengirim surat kepada para penguasa. Metode ini terbukti efektif dalam menyebarkan Islam. Di era modern, korespondensi tetap relevan. Bentuknya telah berkembang seiring teknologi. Email, media sosial, dan blog adalah contohnya. Oleh karena itu, para dai harus memanfaatkan peluang ini. Mereka harus menyampaikan pesan Islam. Pesan yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Dengan niat ikhlas, Allah pasti meridhai. Semoga dakwah kita senantiasa memberi manfaat bagi umat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
