Khazanah
Beranda » Berita » Uqbah ibn Amir al-Juhani : Sahabat yang Allah Angkat Derajatnya

Uqbah ibn Amir al-Juhani : Sahabat yang Allah Angkat Derajatnya

Uqbah ibn Amir al-Juhani : Sahabat yang Allah Angkat Derajatnya
Ilustrasi sahabat yang tengah membaca mushaf Quran.

SURAU.CO-Uqbah ibn Amir al-Juhani adalah seorang sahabat Nabi dari suku Juhani keturunan Bani Juhaniyah. Ayahnya bernama Amir ibn Abbas ibn Amr ibn Adi. Ia punya banyak nama panggilan, seperti Abu Hamad, Abu Labid, Abu Amr, Abu Abbas, Abu Usaid, dan lain-lain.

Gembala yang memeluk Islam

Abu Usyanah, yang nama asalnya Hayy ibn Yumin, meriwayatkan dari Uqbah ibn Amir bahwa saat Rasulullah saw. tiba di Madinah, ia sedang menggembala domba-dombanya. Ia berkata, “Aku segera tinggalkan domba-domba itu dan langsung pergi menemui beliau. Setelah bertemu, aku berkata kepada beliau, ‘Maukah Tuan mengambil sumpah setiaku, wahai Rasulullah?’

Beliau bertanya, ‘Siapa kamu?’

Aku pun memperkenalkan diri, kemudian beliau bersabda, ‘Mana yang lebih kausuka? Kau bersumpah setia kepadaku dengan cara baiat Arab pedalaman atau dengan cara baiat hijrah?’

Aku menjawab, ‘Dengan baiat hijrah.’

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Maka beliau mengambil sumpah setiaku.”

Rasulullah saw. mengambil sumpah setianya sebagaimana beliau mengambil sumpah setia kaum Muhajirin. Ia menetap bersama Rasulullah selama satu malam, dan keesokan paginya ia kembali kepada kambing-kambingnya.

Dari gembala menjadi qari

Ia tekun mempelajari Al-Qur’an, hadis, fikih, dan faraidh hingga akhirnya ia menjadi salah seorang ahli fikih dan faraidh.

Uqbah juga dikaruniai suara yang merdu dan kerap membacakan Al-Qur’an dengan lagu yang menawan. Ia juga mahir bersyair. Islam betul-betul telah mengangkat derajat Uqbah setinggi-tingginya. Bersama teman-teman gembalanya di daerah pedalaman, ia membuat jadwal untuk menemui Rasulullah.

Ketika beberapa gembala menemui Rasulullah, gembala lainnya menjaga kambing-kambing mereka. Ketika berkumpul bersama-sama, mereka saling menceritakan pengalaman masing-masing dan pelajaran yang didapatkan dari Rasulullah.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Meninggalkan gembalaannya untuk dekat Rasulullah

Namun suatu saat, Uqbah berkata kepada dirinya sendiri, “Celakalah kau, wahai Uqbah, apakah kau lebih mencintai kambing-kambingmu yang tidak menggemukkan dan tidak mencukupkan dirimu daripada berada di dekat Rasulullah dan mengambil ilmu darinya?”

Setelah mencela dirinya sendiri, ia langsung meninggalkan kambing-kambingnya yang merupakan seluruh harta kekayaannya. Ia bergegas pergi menemui Rasulullah dan menetap di serambi masjid Nabi bersama para ahli shuffah. Ia mengambil keputusan itu agar bisa selamanya berada di dekat Rasulullah.

Sahabat yang selalu mendampingi Rasulullah

Sejak saat itu ia selalu mendampingi Rasulullah ke mana pun ia pergi. Uqbah selalu meminyaki pelana keledai Rasulullah. Ketika bepergian bersama Rasulullah dan para sahabat yang lain ia akan memegang tali kendali kendaraan Rasulullah dan berjalan di depannya. Kadang-kadang Nabi saw. menaikkannya dan ia duduk di belakangnya sehingga ia mendapat julukan yang mulia yaitu radif (yang membonceng) Rasulullah. Kadang-kadang Rasulullah turun dari tunggangannya dan meminta Uqbah untuk mengendarai tunggangannya, sementara ia sendiri berjalan kaki. Ia selalu mematuhi apa pun yang diperintahkan oleh Rasulullah, bahkan ketika diperintah naik kendaraan sementara beliau sendiri berjalan kaki.

Dari gembala menjadi ahli fikih dan mujahid

Pernah suatu ketika Rasulullah bersabda, “Uqbah, maukah kau aku ajari dua surah yang belum pernah diketahui sepertinya sebelumnya?”

Uqbah menjawab, “Tentu saja wahai Rasulullah.”

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Kemudian Rasulullah mengajarinya al-Mu‘awwidzatayn, yakni Qul a‘udzu bi-rabbil-falaq dan Qul a‘udzu bi-rabbin-nas. Kemudian Rasulullah bersabda kepadanya, “Bacalah dua surah itu setiap kali kau hendak tidur dan setiap kali bangun tidur.” Sejak hari itu hingga maut menjemputnya, Uqbah tak pernah luput mengamalkan pesan suci junjungannya itu.

Uqbah mencurahkan hidupnya untuk ilmu dan jihad. Ia korbankan segala miliknya untuk mencari ilmu dan berjihad. Ia selalu bersungguh-sungguh mempelajari dan memperhatikan Al-Qur’an. Karena itulah ia dikenal sebagai seorang qari yang baik, ahli fikih, dan ahli faraidh. Selain bacaannya yang sangat fasih, ia juga pandai menggubah syair dan memiliki suara yang sangat merdu. Para sahabat menyukai bacaannya. Ketika keheningan malam tiba, ia mulai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, sementara para sahabat yang mendengarkannya larut dalam kekhusyukan mereka hingga menangis.

Penulis salah satu mushaf tertua

Ada beberapa orang sahabat yang meriwayatkan hadis dari Uqbah, termasuk Ibn Abbas, Abu Ayyub, Abu Umamah, dan lain-lain. Ada juga tabiin yang meriwayatkan darinya, seperti Abu al-Khair, Ali ibn Rabah, Abi Qubail, Said ibn al-Musayyab, dan lain-lain.

Salah satu peninggalannya yang sangat penting adalah mushaf tulisan tangannya sendiri yang disimpan di sebuah perpustakaan di Mesir yang dinamai senamanya. Mushaf itu termasuk mushaf tertua di dunia. Sayang, mushaf itu hilang dan tak seorang pun mengetahui keberadaannya saat ini.

Ikut berjihad dalam berbagai peperangan

Banyak peristiwa yang ia alami bersama Rasulullah saw., mulai dari Perang Uhud hingga beliau menghadap Allah. Ketika kaum muslim bergerak menuju Damaskus, ia ikut serta dalam barisan pasukan pimpinan Abu Ubaidah ibn al-Jarrah. Kemudian ia ditugaskan oleh Abu Ubaidah untuk menyampaikan kabar gembira kepada Amirul Mukminin Umar ibn al-Khattab tentang kemenangan mereka. Maka, berangkatlah Uqbah menempuh perjalanan selama delapan hari tanpa henti.

Ia pun ikut serta dalam pasukan Amr ibn al-Ash menuju Mesir. Pada masa Khalifah Umar ibn al-Khattab, Uqbah pernah dipanggil oleh Khalifah. Umar memintanya membacakan sebagian Al-Qur’an. Uqbah berkata, “Aku mendengar dan menaati, wahai Amirul Mukminin!” Pada saat ia membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, Khalifah Umar menangis sampai air mata membasahi janggutnya.

Ikut bergabung dalam barisan Muawiyah

Setelah Mesir dikuasai kaum muslim, Muawiyah mengirim Uqbah untuk menaklukkan pulau Rodes dan Qabrus. Uqbah adalah kawan dekat Muawiyah. Saat Muawiyah menjadi gubernur Mesir, Uqbah memilih tinggal di Mesir. Dan ketika terjadi Perang Shiffin, Uqbah bergabung dalam barisan Muawiyah.

Uqbah sangat hafal hadis-hadis tentang jihad, dan ia tak segan-segan mengajarkannya kepada kaum muslim. Pada saat-saat tertentu ia juga melatih mereka bagaimana memanah dengan baik.

Menjadi tempat rujukan dan belajar muslim lain

Ismail ibn Abu Khalid menceritakan dari Abdurrahman ibn Aidz dari Uqbah ibn Amir al-Juhani bahwa Uqbah pergi ke Masjidil Aqsa dan mendirikan salat. Saat itu, banyak orang yang melihatnya, dan mereka pun mengikutinya. Uqbah bertanya, “Kenapa kalian mengikutiku?”

Mereka menjawab, “Kami datang padamu karena kedekatanmu dengan Rasulullah. Ceritakanlah kepada kami apa yang kau dengar dari beliau.”

Uqbah berkata, “Kemarilah dan salatlah! Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Seorang hamba yang menyembah Allah, ia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan ia tidak menumpahkan darah dengan cara yang haram, ia pasti memasuki surga dari pintu mana pun yang ia kehendaki.” (St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement