Khazanah
Beranda » Berita » Usamah ibn Zaid ibn Haritsah : Komandan Pasukan Islam Kepercayaan Rasulullah

Usamah ibn Zaid ibn Haritsah : Komandan Pasukan Islam Kepercayaan Rasulullah

Usamah ibn Zaid ibn Haritsah : Komandan Pasukan Islam Kepercayaan Rasulullah
Ilustrasi pasukan muslim berkuda menuju medan perang.

SURAU.CO-Usamah ibn Zaid ibn Haritsah adalah sahabat Nabi dari kabilah Kalbi. Ayahnya bernama Zaid ibn Haritsah ibn Syurahbil, orang kesayangan Rasulullah, sedangkan ibunya bernama Barkah al-Habsyiyah.Ia punya beberapa nama panggilan, antara lain Abu Muhammad, Abu Zaid, Abu Yazid, dan Abu Kharijah.

Amanat memimpin komando pasukan

Dua tahun sebelum Rasulullah wafat, beliau mengirim Usamah ibn Zaid ibn Haritsah sebagai pemimpin pasukan untuk menghadapi pasukan musyrik yang menentang dan menyerang kaum muslim. Itulah pengalaman pertama Usamah dipercaya oleh Rasulullah untuk menjadi pemimpin pasukan.

Usamah berhasil menjalankan misi itu dan pasukannya mendapat kemenangan gemilang. Beritanya pun telah sampai kepada Rasulullah sebelum pasukan kaum muslim kembali. Tentu ini peristiwa yang menggembirakan bagi Rasulullah juga Usamah sebagai orang yang mendapat kepercayaan.

Penyesalan Usamah ibn Zaid

Namun, di balik kemenangan itu terselip sebuah kisah yang sangat Usamah sesali. Ketika menghadap Rasulullah, Usamah menceritakan jalannya peperangan, termasuk ketika ia menghadapi seorang musuh yang tak berdaya. Usamah siap menebas musuh itu dengan pedangnya, ketika tiba-tiba orang itu mengucapkan “La ilaha illallah.” Namun, Usamah menganggap ucapan itu hanya muslihat agar tidak dibunuh sehingga ia tetap menebaskan pedangnya.

Mendengar cerita itu, Rasulullah marah dan bersabda, “Usamah, apa hakmu dengan kalimat La ilaha illallah?”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Usamah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengucapkan kalimat itu hanya untuk melindungi diri agar tidak dibunuh.”

“Apa hakmu dengan kalimat La ilaha illallah?”

Usamah menuturkan, “Demi Zat yang mengutusnya dengan membawa kebenaran, beliau terus mengucapkan itu kepadaku hingga aku berharap peristiwa itu tak pernah terjadi. Aku berharap, hari itulah aku memeluk Islam.” Kemudian Usamah berkata, “Aku berjanji kepada Allah bahwa aku tidak akan membunuh orang yang mengucapkan La ilaha illallah.”

Keberatan Sahabat saat Usamah menjadi Panglima

Pada usia yang relatif muda, sekitar 20 tahun, Usamah sudah dipercaya oleh Rasulullah untuk menjadi panglima perang, padahal masih banyak sahabat yang lebih berpengalaman seperti Abu Bakar bahkan Umar. Akibat pengangkatan itu, tersiar kabar bahwa sebagian sahabat merasa keberatan. Mereka menganggap Usamah masih terlalu hijau untuk menjadi panglima perang karena masih banyak pemuka Muhajirin dan Anshar yang lebih pantas menjadi pemimpin pasukan.

Kabar itu pun sampai ke telinga Rasulullah sehingga beliau langsung menjawab keberatan mereka dengan mengatakan, “Sebagian orang tidak sepakat dengan pengangkatan Usamah ibn Zaid sebagai panglima. Sebelum ini mereka juga keberatan dengan pengangkatan bapaknya, walau bapaknya itu layak menjadi panglima. Dan, Usamah pun layak untuk posisi itu. Ia adalah orang yang paling saya kasihi setelah bapaknya. Aku berharap ia menjadi salah satu yang terbaik di antara kalian. Maka, bantulah ia dengan memberikan nasihat yang baik.”

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Sebelum tentara yang dipimpin oleh Usamah tiba di medan perang, Rasulullah wafat. Abu Bakar r.a. yang menjadi Khalifah, melanjutkan misi Rasulullah. Setelah meminta Umar r.a. tetap tinggal di Madinah untuk mendampinginya, Khalifah Abu Bakar r.a. memerintahkan Usamah agar melanjutkan misi.

Kemenangan gemilang tanpa korban pasukan muslim

Kedatangan tentara Islam yang dikomandoi oleh Usamah untuk menyerang perbatasan Syiria tersebut membuat Kaisar Romawi Heraklius terkejut. Karena pada saat yang bersamaan, Kaisar juga mendapat kabar bahwa Rasulullah wafat. Kaisar heran terhadap kekuatan kaum muslim, ternyata meninggalnya Rasulullah tidak memengaruhi keberanian dan kemampuan pasukan muslim.

Pihak Romawi kecut, dan mereka tidak berani mengambil langkah lebih jauh untuk menyerang negeri Muslim di jazirah Arab.

Pasukan Usamah kembali tanpa menelan korban, sehingga sebagian Muslim mengatakan,

“Tidak pernah kami lihat pasukan yang lebih aman daripada pasukan Usamah.”

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Janji Netralitas Selama Masa Fitnah

Usamah mengalami masa kepemimpinan empat khilafah. Ia pun menyaksikan perselisihan antara Ali dan Muawiyah. Saat perselisihan memuncak, Usamah memilih tidak memihak siapa pun, karena ia telah berjanji tidak akan membunuh siapa pun yang mengucapkan kalimat La ilaha illallah.

Melalui sebuah surat, Usamah berkata kepada Ali ibn Abi Thalib, “Seandainya engkau berada di mulut singa, pasti aku lebih suka masuk ke dalamnya bersamamu. Tetapi mengenai urusan (perselisihan dengan Muawiyah) ini, aku tidak mau turut campur.”

Selama terjadi perselisihan dan peperangan antara pihak Ali dan Muawiyah, Usamah memilih tinggal di rumahnya. Ketika sejumlah kerabat datang dan mengajaknya ikut berperang, Usamah berkata,

“Sampai kapan pun aku tidak akan memerangi orang yang mengucap La ilaha illallah.”

Salah seorang menyahut, “Bukankah Allah berfirman, ‘Perangilah mereka hingga tidak ada lagi fitnah, dan agama sepenuhnya milik Allah.’”

Usamah menjawab, “Itu ketika kita melawan orang musyrik. Dan kita telah memerangi mereka hingga fitnah lenyap, dan agama sepenuhnya milik Allah.”(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement