Surau.co. Pengetahuan dan keyakinan adalah dua samudera yang kadang saling berpelukan, kadang pula beradu ombak. Ibn Sīnā dalam Al-Ishrāt wa al-Tanbīhāt mengajarkan bahwa keduanya bukan musuh, melainkan dua jalan yang saling menyempurnakan. Pengetahuan lahir dari upaya akal menyingkap tirai, sementara keyakinan tumbuh dari cahaya hati yang menerima kebenaran. Dalam perjalanan hidup, manusia kerap berada di antara keduanya: meragukan dengan pikiran, namun berharap dengan hati.
Sejak awal, pembahasan Ibn Sīnā menunjukkan betapa pentingnya membedakan antara apa yang hanya diketahui secara akal dan apa yang diyakini dengan mantap. Tanpa keseimbangan, pengetahuan bisa kering dan keyakinan bisa buta. Hidup pun akan seperti kapal yang terombang-ambing di laut tanpa kompas.
Ketika pengetahuan belum cukup menenangkan jiwa
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan bahwa mengetahui sesuatu tidak selalu membuat hati tenang. Seorang dokter mungkin tahu penyakitnya sendiri, tetapi tetap cemas menghadapi ajal. Seorang guru tahu rumus kehidupan, tetapi masih gelisah mencari arah. Ibn Sīnā menegaskan perbedaan ini dalam tulisannya:
«لَيْسَ كُلُّ مَعْرِفَةٍ تُوجِبُ طُمَأْنِينَةَ النَّفْسِ»
“Tidak setiap pengetahuan mendatangkan ketenangan jiwa.”
Kutipan ini seakan menampar kesombongan akal. Pengetahuan memberi keterangan, namun keyakinanlah yang memberi ketenteraman. Akal bisa menghitung bintang, tetapi hati yang yakinlah yang mampu menatap langit dengan rasa syukur.
Ombak ragu yang mencari pantai kepastian
Ragu adalah bagian dari perjalanan. Manusia tidak bisa tiba-tiba melompat pada keyakinan tanpa melewati pertanyaan. Dalam Al-Tanbīhāt, Ibn Sīnā mengingatkan bahwa keraguan adalah jalan bagi jiwa untuk bergerak, bukan kuburan tempat ia terkubur.
«الرَّيْبُ مَطِيَّةُ الطَّالِبِ، فَإِذَا وَقَفَ عَلَيْهِ كَانَ حَاجِزًا، وَإِذَا جَاوَزَهُ كَانَ دَلِيلًا»
“Keraguan adalah tunggangan pencari; bila berhenti padanya, ia menjadi penghalang, bila melewatinya, ia menjadi penunjuk jalan.”
Seperti ombak yang bergelora, ragu tidak untuk ditakuti. Ia justru mendorong kita mencari pantai kebenaran. Namun jika kita berdiam di dalamnya terlalu lama, ia akan menenggelamkan.
Keyakinan sebagai cahaya yang menuntun langkah
Ketika hati sampai pada keyakinan, dunia terasa lebih ringan. Keyakinan bukan sekadar persetujuan akal, melainkan keteguhan jiwa yang tidak tergoyahkan oleh badai. Ibn Sīnā menggambarkan:
«الْيَقِينُ مَا لَا يَتَزَعْزَعُ عِنْدَ الْوَهْمِ»
“Keyakinan adalah sesuatu yang tidak terguncang oleh bayangan keragu-raguan.”
Keyakinan membuat manusia berani melangkah, meskipun jalan di depan penuh kabut. Ia seperti cahaya mercusuar yang tetap tegak meski dihantam ombak. Kehidupan tanpa keyakinan akan selalu gelap, penuh tanya tanpa jawaban.
Kesempurnaan ilmu ketika akal dan hati berjalan bersama
Bagi Ibn Sīnā, ilmu sejati bukan hanya tumpukan informasi. Ilmu sejati adalah harmoni antara akal yang menimbang dan hati yang menerima. Ia menulis dengan halus:
«الْعِلْمُ الَّذِي يَقْتَرِنُ بِالْعَمَلِ وَالطُّمَأْنِينَةِ هُوَ الْعِلْمُ الْحَقِيقِيُّ»
“Ilmu yang disertai amal dan ketenteraman adalah ilmu sejati.”
Kutipan ini mengingatkan kita bahwa pengetahuan yang tidak mengubah hati hanyalah beban, bukan cahaya. Keyakinan menuntun ilmu agar bermanfaat, sedangkan ilmu menuntun keyakinan agar tidak buta.
Jalan Qur’an yang mempertemukan pengetahuan dan keyakinan
Al-Qur’an pun menyebut keduanya: ilmu dan iman. Allah berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَالْإِيمَانَ لَقَدْ لَبِثْتُمْ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ فَهَذَا يَوْمُ الْبَعْثِ (الروم: 56)
“Orang-orang yang diberi ilmu dan iman berkata: Sesungguhnya kamu telah berdiam menurut ketetapan Allah sampai hari kebangkitan; maka inilah hari kebangkitan itu.”
Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu dan iman bukanlah jalan yang terpisah. Keduanya bertemu pada titik kepastian, menguatkan manusia untuk menghadapi hari yang dijanjikan.
Menyulam keraguan menjadi keyakinan
Setiap orang memiliki ombak ragu dalam hidupnya. Namun ragu bukan musuh, melainkan bagian dari perjalanan. Yang perlu kita lakukan adalah menjadikannya perahu untuk menuju pantai. Dengan membaca, merenung, berdoa, dan beramal, ragu perlahan berubah menjadi kepastian.
Ibn Sīnā melalui Al-Ishrāt wa al-Tanbīhāt mengingatkan bahwa manusia tidak boleh berhenti di tengah laut keraguan. Ia harus terus mendayung sampai menemukan keyakinan. Sebab hanya keyakinanlah yang bisa membuat hidup tenang, meski ombak tak pernah berhenti datang.
Penutup: Pantai tempat ombak beristirahat
Akhirnya, pengetahuan dan keyakinan adalah dua saudara yang tidak boleh dipisahkan. Pengetahuan memberi arah, keyakinan memberi kekuatan. Tanpa pengetahuan, keyakinan bisa tersesat. Tanpa keyakinan, pengetahuan bisa kering dan hampa.
Ibn Sīnā mengajarkan agar kita tidak takut pada ombak ragu, karena justru dari sana kita belajar mengarahkan perahu menuju pantai. Dan ketika pantai itu ditemukan, hati akan tahu: inilah tempat beristirahat, inilah rumah sejati.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
