Kisah
Beranda » Berita » Nabi Idris: Nabi Cerdas yang Menjadi Sahabat Malaikat Maut

Nabi Idris: Nabi Cerdas yang Menjadi Sahabat Malaikat Maut

Nabi Idris: Nabi Cerdas yang Menjadi Sahabat Malaikat Maut
Ilustrasi Nabi Idris bersahabat dengan Malaikat Maut. (Foto:Istimewa)

SURAU.CO – Nabi Idris adalah salah satu nabi yang Allah utus setelah Nabi Adam dan Syits. Ia merupakan keturunan keenam dari Nabi Adam yang lahir di Mesir. Nama aslinya adalah Khanukh, sementara gurunya adalah Nabi Syits, putra Nabi Adam.

Allah SWT menganugerahkan kecerdasan yang luar biasa kepada Nabi Idris. Berbagai penemuan lahir dari pikirannya yang cemerlang. Salah satu penemuannya yang terkenal adalah menjinakkan kuda. Ia menjadi manusia pertama yang berhasil menundukkan kuda untuk digunakan sebagai tunggangan dan membantu mengangkat barang. Penemuan ini sangat bermanfaat karena membuat kehidupan masyarakat lebih mudah dan makmur.

Tidak hanya itu, Nabi Idris juga adalah orang pertama yang menggunakan pena. Ia menulis untuk mendokumentasikan ilmu pengetahuan, yang pada masa itu masih asing bagi umat manusia. Nabi Idris pun menemukan cara menjahit pakaian, sehingga manusia tidak lagi bergantung pada kulit binatang semata. Ia juga mempelajari dasar-dasar kesehatan dan mengajarkannya kepada umatnya. Semua penemuan ini menjadikan umat Nabi Idris lebih sejahtera dan beradab.

Dari sinilah umatnya kagum terhadap kecerdasan dan kepemimpinan Nabi Idris. Ia tidak hanya menjadi seorang nabi yang menyampaikan risalah Allah, tetapi juga seorang pembaharu yang memperkenalkan ilmu dan teknologi bagi masyarakatnya.

Kisah Nabi Idris dalam Al-Qur’an

Meskipun kisah Nabi Idris tidak banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an, ada ayat yang secara khusus menyebutkannya. Allah SWT berfirman dalam surat Maryam ayat 56-57:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS. Maryam: 56-57).

Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Idris adalah seorang nabi yang jujur, mencintai kebenaran, dan Allah mengangkat derajatnya ke kedudukan yang mulia. Menurut Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri dalam Hikmah Kisah Nabi dan Rasul (2021:32), Nabi Idris juga dikenal sebagai nabi pertama yang menerima wahyu dari Allah melalui malaikat Jibril.

Persahabatan Nabi Idris dan Malaikat Maut

Salah satu kisah menarik dari Nabi Idris adalah persahabatannya dengan Malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Hubungan ini menunjukkan kedekatan seorang nabi dengan makhluk Allah yang bertugas menjalankan perintah-Nya.

Suatu hari Malaikat Izrail meminta izin kepada Allah untuk mengunjungi sahabatnya, Nabi Idris. Allah pun mengizinkannya. Malaikat Izrail kemudian menyamar dan membawa buah-buahan ketika menemui Nabi Idris. Nabi Idris menyambutnya dengan ramah dan mempersilakan duduk. Namun, selama empat hari tinggal bersama Nabi Idris, Malaikat Izrail tidak pernah mau memakan jamuan yang diberikan.

Akhirnya, Nabi Idris bertanya, “Siapakah kamu sebenarnya wahai tuanku?” Malaikat itu pun menjawab dengan jujur, “Sesungguhnya aku adalah Izrail.” Nabi Idris terkejut mendengar jawaban tersebut. Ia pun bertanya, apakah kedatangan Izrail untuk mencabut nyawanya. Namun Malaikat Izrail menegaskan bahwa ia hanya datang karena rindu.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Permintaan Nabi Idris

Setelah mengetahui bahwa yang menemuinya adalah Malaikat Izrail, Nabi Idris mengajukan permintaan yang tidak biasa. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya sakaratul maut. Nabi Idris tidak menginginkan hal itu untuk main-main, melainkan karena ingin mengetahui penderitaan yang dialami manusia ketika menghadapi kematian.

Malaikat Izrail awalnya ragu, karena tugasnya hanya bisa dilakukan atas izin Allah. Namun kemudian Allah mengizinkan permintaan Nabi Idris. Maka ruh Nabi Idris dicabut oleh Malaikat Izrail. Saat itu, Malaikat Izrail merasa sangat sedih melihat sahabatnya merasakan pedihnya sakaratul maut.

Setelah itu, Allah SWT menghidupkan kembali Nabi Idris. Ketika sadar, Nabi Idris menangis dan merasa sedih. Ia teringat bagaimana beratnya penderitaan umat manusia ketika menghadapi kematian. Dari pengalaman itu, Nabi Idris semakin giat mengingatkan umatnya agar selalu taat kepada Allah, berbuat baik, dan menjauhi keburukan.

 

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement