Khazanah
Beranda » Berita » Memudahkan Urusan Orang Lain: Jalan Memudahkan Hidup Kita

Memudahkan Urusan Orang Lain: Jalan Memudahkan Hidup Kita

Memudahkan Urusan Orang Lain
Memudahkan Urusan Orang Lain

 

SURAU.CO – Dalam kehidupan ini, setiap manusia pasti tidak lepas dari kebutuhan untuk saling menolong. Kita sering kali berada dalam posisi sulit yang membuat hati resah, pikiran buntu, dan langkah terasa berat. Namun, betapa indahnya ajaran Islam yang mengajarkan bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan kepada sesama, akan kembali menjadi kebaikan untuk diri kita sendiri.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Siapa saja yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Siapaa saja yang memudahkan urusan orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Siapa saja yang menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)

Hadis mulia ini mengajarkan kita tentang kaidah emas kehidupan: semakin kita memudahkan orang lain, semakin Allah memudahkan urusan kita.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Mengapa Kita Harus Memudahkan Orang Lain?

  1. Hidup ini Saling Bergantung
    Tidak ada manusia yang mampu hidup sendirian. Ada kalanya kita kuat, ada kalanya kita lemah. Saat kita membantu orang lain, kita sedang membangun jembatan pertolongan untuk diri kita sendiri di masa depan.

  2. Balasan Langsung dari Allah
    Membantu orang lain bukan sekadar amal sosial, tetapi ibadah. Janji Allah jelas: kemudahan akan kembali kepada kita, baik di dunia maupun di akhirat.

  3. Menjadi Sumber Kebahagiaan
    Menolong sesama menghadirkan kepuasan batin yang tidak ternilai. Melihat senyum orang yang terbantu adalah kebahagiaan tersendiri yang menenangkan jiwa.

Bentuk Memudahkan Urusan Orang Lain

Membantu dengan harta: memberi pinjaman atau sedekah kepada yang membutuhkan.

Dan Membantu dengan tenaga: ikut turun tangan ketika ada saudara yang kesulitan.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Membantu dengan ilmu dan nasihat: memberikan solusi bijak, mengajarkan keterampilan, atau sekadar mendengar dengan empati.

Menutupi aib: menjaga kehormatan sesama agar tidak hancur harga dirinya.

Mendoakan kebaikan: bahkan doa yang tulus untuk saudara kita sudah termasuk bentuk pertolongan.

Buah dari Memudahkan Urusan Orang Lain

Urusan kita dipermudah Allah, kadang dengan cara yang tidak pernah kita duga.

Hati menjadi lapang dan tenang, jauh dari sifat egois.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Terbangun ikatan persaudaraan yang kuat di antara kaum Muslimin.

Menjadi jalan ampunan dan keselamatan di akhirat kelak.

Penutup

Mari kita renungkan: mungkin saja kemudahan hidup yang kita rasakan hari ini adalah hasil dari kebaikan kecil yang pernah kita lakukan untuk orang lain. Dan mungkin kesulitan yang kita hadapi bisa Allah ringankan jika kita kembali memperbanyak menolong sesama.

Hidup terlalu singkat jika hanya memikirkan diri sendiri. Jadilah hamba Allah yang ringan tangan, lembut hati, dan cepat membantu. Karena siapa yang memudahkan urusan saudaranya, sesungguhnya ia sedang memudahkan jalan keselamatan bagi dirinya sendiri.

“Allah senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya.”

 

 

 


Pesan Ibu Tercinta

Ada satu pesan yang selalu membekas dalam ingatan, sebuah nasihat sederhana namun penuh makna dari ibu:

“Nak, selalu tersenyumlah di hadapan ayahmu ketika ia pulang ke rumah. Sebab dunia di luar sana sudah menghantam keras para ayah.”

Pesan itu mungkin tampak biasa, tapi bila direnungkan, di balik senyum yang diminta itu ada kekuatan yang luar biasa. Ayah yang kita lihat setiap hari, mungkin tampak tegar, mungkin tampak tenang. Namun sesungguhnya, di balik wajah lelahnya tersimpan sejuta perjuangan yang tak pernah ia ceritakan.

Ayah menghadapi kerasnya dunia, persaingan hidup, tekanan pekerjaan, cemooh orang lain, bahkan rasa takut akan masa depan keluarga. Namun semua itu ia sembunyikan, karena ia ingin anak-anaknya tetap merasa aman.

Ibu mengajarkan, bahwa rumah adalah tempat kembali. Rumah bukan sekadar bangunan, tapi pelabuhan hati. Dan senyum anak-anak serta istri adalah obat paling mujarab untuk mengobati luka dan lelah seorang ayah.

Senyum sederhana itu adalah tanda syukur, penghargaan, dan doa tanpa kata. Senyum itu membuat seorang ayah merasa perjuangannya tidak sia-sia.

Maka, wahai anak-anak, jangan pernah pelit memberi senyum pada ayahmu. Sambut dia dengan wajah cerah ketika ia pulang, walau mungkin kau tak tahu seberapa berat beban yang ia pikul di luar sana.

Dan wahai para istri, pesan ibu itu juga berlaku untukmu. Jadilah pelipur lelah, bukan penambah resah. Karena seringkali, hanya dengan kelembutanmu, hati seorang suami kembali kuat menghadapi dunia yang keras.

Pesan ibu mengajarkan kita tentang cinta, penghormatan, dan penghargaan kepada sosok ayah. Ia mungkin tak banyak bicara, tak banyak mengeluh, tapi ia selalu berjuang tanpa lelah.

Maka, jangan biarkan ayah merasa sendirian. Jadikan rumah sebagai tempat terindah baginya untuk kembali.

Terima kasih ibu, atas pesan penuh makna yang menuntun kami untuk lebih menghargai ayah. (Oleh: Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement