SURAU.CO – بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ. Sebagian orang berkata : ‘Itu kan zaman Nabi Muhammad ﷺ’. Padahal Allah ﷻ berfirman : ‘Sungguh, pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi kalian’ (QS. Al-Ahzab: 21).
Kalau syariat hanya untuk zaman dulu, kenapa Allah ﷻ memerintahkan kita meneladani Rasulullah ﷺ sepanjang masa ? (409 = 22/07/2025, Ba’da Magrib)
Saya Sudah Ingin Berubah, Tapi Lingkungan Lama Masih Menarik
Setelah seseorang bertaubat dari gaya hidup yang salah — seperti berburu babi dengan anjing, komunitas motor liar, nongkrong malam yang sia-sia, atau gaya hidup hura-hura — muncul tantangan baru:
“Lingkungan lama masih terus menarik saya balik… Saya kesepian, Saya ingin berubah, tapi tidak punya teman baru.”
Ini ujian berat, dan banyak orang gagal di sini.
Mereka sudah niat hijrah, sudah mulai menjauh, tapi:
Teman lama datang lagi
Dianggap sombong
Dituduh sok suci
Lalu, mereka kembali terperosok
Itulah kenapa setelah hijrah, membangun lingkungan baru itu wajib.
Bukan pilihan.
Allah ﷻ Mengganti Orang yang Meninggalkan Lingkungan Buruk
Jika kamu meninggalkan satu pergaulan demi Allah, maka Allah ﷻ pasti akan mengganti dengan yang lebih baik.
“Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan gantikan dengan yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad no. 22565)
Tapi ganti itu tidak otomatis datang.
Kita harus berusaha mencarinya.
Langkah-Langkah Membangun Lingkungan Baru setelah Hijrah
Beranikan Diri untuk Putus Total dengan Lingkungan Lama
Kadang tidak cukup hanya “menjauh pelan-pelan”.
Harus:
Blokir grup yang tidak bermanfaat
Berhenti dari komunitas yang salah
Tolak undangan kegiatan maksiat
Jangan hadir walau sekadar “hormat”
Jika tidak, kita akan terus terjebak nostalgia dosa.
“Berteman dengan penjual minyak wangi, kamu bisa kena wanginya. Berteman dengan tukang pandai besi, kamu bisa terbakar atau kena bau busuknya.” (HR. Bukhari no. 5534, Muslim no. 2628)
Dekati Orang-Orang yang Rajin Ngaji dan Mau Berubah
Cari majelis taklim yang:
Sunnahnya kuat
Akidahnya lurus
Tidak sibuk debat
Penuh nasihat dan semangat perbaikan
Kamu akan menemukan:
Saudara seiman yang peduli akhirat
Teman-teman baru yang bisa mendoakan
Panutan baru yang bisa jadi teladan
Mereka mungkin belum sempurna, tapi mereka berjalan ke arah yang benar.
Buat Lingkungan di Rumah Sendiri Lebih Islami
Jangan menunggu lingkungan berubah dulu, tapi mulailah dari diri sendiri dengan menjadikan rumah sebagai tempat perubahan. Oleh karena itu, buka pintu rumah untuk belajar Qur’an, ajak keluarga mulai shalat berjamaah, serta hiasi rumah dengan dzikir, bukan musik. Akibatnya, lama-lama kamu akan punya aura perubahan, dan orang sekitar akan segan untuk mengajakmu kembali ke gaya lama.
Bersabar dan Konsisten: Hijrah itu bukan soal cepat, tapi soal teguh bertahan. Lingkungan baru tidak akan langsung terasa nyaman. Teman baru tidak langsung cocok. Tapi teruslah bertahan.
Terus isi waktu dengan:
Shalat berjamaah
Dzikir
Membaca Qur’an
Kajian ilmu
Sedekah
Dakwah kecil-kecilan
Nanti kamu akan sadar:
“Dunia yang dulu saya tinggalkan ternyata tidak ada apa-apanya dibanding ketenangan hati hari ini.”
Penutup : Pasti Berat, Tapi Pasti Bisa
Allah ﷻ berjanji dalam Al-Qur’an: “Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah, setelah mereka dizhalimi, pasti Kami akan tempatkan mereka di dunia pada tempat yang baik. Dan sesungguhnya pahala akhirat lebih besar.” (QS. An-Nahl: 41)
Berani hijrah artinya berani hidup baru, sehingga meninggalkan komunitas lama yang salah menjadi langkah awal menuju keselamatan akhirat, dan kemudian membangun lingkungan baru sebagai bukti keseriusan taubat.
Pesan Dakwah :
“Kalau kamu tinggalkan jalan lama yang penuh dosa, dan sebagai gantinya kamu memilih jalan baru yang menuju surga — kamu tidak sedang kehilangan apa-apa, kamu justru sedang menyelamatkan segalanya.”
Cinta Nabi Muhammad ﷺ yang benar
Cinta Nabi ﷺ itu dibuktikan dengan mengikuti Sunnahnya, sementara amalan yang tidak ada contohnya dari Beliau hanya akan menjauhkan kita dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Allah ﷻ berfirman : ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi), niscaya Allah mencintaimu’ (QS. Ali Imran: 31).
Jadi, mau pilih cinta Nabi ﷺ dengan Sunnahnya, atau cinta diri sendiri dengan tradisinya ? Wallahu A’lam, Ustad Firanda Andirja Hafidzahullah. (eya Chaca dakwah)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
