Opinion
Beranda » Berita » Islam Rahmatan Lil ‘Alamin: Merawat Kedamaian, Menyatukan Kebangsaan

Islam Rahmatan Lil ‘Alamin: Merawat Kedamaian, Menyatukan Kebangsaan

Rahmatan Lil'Alamin
Ilustrasi Islam Rahmatan Lil'Alamin yang dapat merawat kedamaian dan menyatukan kebangsaan. Foto: Meta AI

SURAU.CO. Bayangkan sebuah bangsa besar yang dihuni oleh lebih dari 270 juta jiwa, dengan ratusan suku, bahasa, dan tradisi. Dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote, perbedaan adalah wajah nyata Indonesia. Namun, apa yang membuat kita tetap bisa bersatu? Salah satu jawabannya ada pada nilai Islam Rahmatan Lil ‘Alamin, ajaran Islam yang tidak hanya menyelamatkan pemeluknya, tetapi juga membawa kedamaian dan rahmat bagi seluruh alam.

Rahmatan Lil ‘Alamin bukan sekadar jargon. Ia adalah spirit yang mampu meredam konflik, mengikis radikalisme, dan menumbuhkan harmoni dalam keberagaman. Di era ketika isu intoleransi, ekstremisme, dan polarisasi semakin menguat, menghadirkan kembali Islam Rahmatan Lil ‘Alamin dalam kehidupan berbangsa menjadi kebutuhan mendesak.

Islam Agama Kedamaian, Bukan Kekerasan

Islam berasal dari kata salama yang bermakna damai, aman, dan sejahtera. Al-Qur’an pun menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ diutus sebagai rahmat bagi semesta alam. Artinya, keberadaan Islam seharusnya menebar kasih sayang, membawa kedamaian, bukan menebar ketakutan.

Allah berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).

Sayangnya, fakta di lapangan sering berbanding terbalik. Kasus-kasus terorisme seperti Bom Bali tahun 2002 dan 2005, hingga bom Sarinah tahun 2016, atau bom bunuh diri di Medan tahun 2019, kerap menyeret nama Islam. Akibatnya, wajah Islam yang penuh kedamaian seakan tertutup oleh perilaku sebagian kecil umatnya sendiri.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Padahal, sebagaimana diingatkan Muhammad Abduh, yang salah bukan ajaran Islam, tetapi umatnya yang keliru memahami dan mengamalkan. Di sinilah pentingnya membumikan kembali Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Agar orang mengenal Islam dengan wajah aslinya, Islam yang penuh kasih, toleran, dan menyejukkan. Bukan Islam dengan narasi sempit yang penuh kebencian.

Jalan Menuju Kedewasaan Beragama

Salah satu pintu utama untuk mewujudkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin adalah pendidikan. Dengan pendidikan, umat Islam bisa memiliki wawasan luas, menguasai teknologi, serta memahami perkembangan sains. Hal ini sejalan dengan semangat ummatan wasathan (umat pertengahan) yang tidak larut dalam materialisme, tetapi juga tidak tenggelam dalam spiritualisme yang kering.

Pendidikan formal, nonformal, maupun informal bisa menjadi sarana menanamkan nilai rahmat. Guru dapat menanamkan toleransi dan cinta tanah air di sekolah. Di keluarga, orang tua menjadi teladan kasih sayang dan kebijaksanaan. Di masyarakat, ulama dan tokoh agama bisa memperkuat pemahaman moderat. Dengan begitu, umat Islam tidak mudah terjebak pada fanatisme buta atau radikalisme yang mengabaikan nilai kemanusiaan.

Menurut penelitian Muhammad Nur Jamaluddin, Islam Rahmatan Lil ‘Alamin bisa diwujudkan melalui tiga cara utama yaitu:

1. Menguasai Ilmu dan Teknologi

Muslim yang cerdas dan berilmu akan lebih dewasa dalam bersikap. Ilmu membuat seseorang tidak mudah terprovokasi, lebih bijak menghadapi perbedaan, dan mampu menjawab tantangan zaman.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

2. Tidak Emosional dalam Beragama

Fanatisme berlebihan dan sikap kasar justru menjauhkan dari ajaran Islam. Rasulullah ﷺ sendiri adalah teladan kelembutan. Beliau bersabda, “Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya” (HR. Bukhari-Muslim). Artinya, keberagamaan yang sejati adalah keberagamaan yang menebar keselamatan.

3. Berhati-hati dalam Ucapan dan Perbuatan

Di era media sosial, satu kata bisa memicu konflik besar. Karena itu, berhati-hati dalam berbicara dan bertindak adalah wujud nyata Islam sebagai rahmat. Umat yang bijak dalam bermedsos, misalnya, sebenarnya sedang mempraktikkan nilai Islam Rahmatan Lil ‘Alamin.

Merawat Nasionalisme, Menangkal Radikalisme

Sering muncul perdebatan, apakah Islam dan nasionalisme bisa berjalan bersama? Jawabannya: sangat bisa. Sejarah mencatat, Nabi Muhammad ﷺ membangun masyarakat Madinah dengan Piagam Madinah yang menjamin kebebasan beragama, keadilan, dan persaudaraan lintas kelompok.

Di Indonesia, Islam dan kebangsaan berpadu dalam falsafah Pancasila. Nilai-nilai keislaman seperti keadilan, persatuan, dan penghormatan pada kemanusiaan, sejalan dengan lima sila. Tak ada pertentangan antara Islam dan Pancasila, bahkan justru keduanya saling menguatkan.

Pepatah lama mengatakan, “Hubbul wathan minal iman” yaitu cinta tanah air sebagian dari iman. Mencintai Indonesia, menjaga persatuan, dan merawat kebhinnekaan adalah bagian dari mengamalkan iman.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Radikalisme bukan hal baru dalam sejarah Islam. Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, muncul kelompok Khawarij yang mengklaim paling benar,. Mereka mudah mengkafirkan orang lain, dan gemar melakukan kekerasan. Pola pikir ini mirip dengan kelompok ekstrem saat ini.

Nabi Muhammad ﷺ telah memperingatkan bahaya sikap berlebihan (ghuluw): “Hati-hatilah kalian dari sikap ekstrem dalam beragama, karena ia telah membinasakan umat sebelum kalian” (HR. Ibnu Majah).

Untuk mencegah masuknya paham radikal, setidaknya kita dapat menjalankan dua langkah penting. Pertama, mengutamakan dialog dan sikap toleran dalam menyikapi perbedaan. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, selama tidak diiringi dengan saling menyalahkan atau menyesatkan. Kedua, menguatkan peran keluarga dan sekolah dalam memberikan pemahaman agama yang seimbang kepada anak-anak. Dengan bekal ajaran Islam yang moderat, mereka akan lebih kuat menghadapi godaan ideologi sesat yang berusaha memengaruhi pola pikir generasi muda.

Islam Rahmatan Lil ‘Alamin, Rahmat Bagi Alam Semesta

Islam Rahmatan Lil ‘Alamin bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk alam semesta. Prinsip hablum minal alam (hubungan dengan alam) menegaskan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah. Perusakan hutan, pencemaran laut, dan eksploitasi alam yang berlebihan bertentangan dengan semangat Islam sebagai rahmat.

Karen Armstrong, seorang cendekiawan Barat, bahkan menyebut agama yang penuh kasih sayang adalah agama yang selaras dengan fitrah manusia. Jika manusia ingin damai, mereka juga harus menjaga kedamaian dengan sesama dan lingkungannya.

Islam Rahmatan Lil ‘Alamin adalah wajah Islam yang sejati. Islam yang penuh damai, penuh kasih sayang, dan relevan dengan kehidupan modern. Ia bukan sekadar konsep teologis, melainkan panduan praktis dalam menjalankan kehidupan berbangsa.

Di Indonesia, Islam Rahmatan Lil ‘Alamin bisa menjadi jembatan antara agama dan kebangsaan. Ia menegaskan bahwa Muslim yang baik adalah Muslim yang mencintai tanah air, menjaga persatuan, dan menghargai keberagaman.

Di tengah tantangan radikalisme, polarisasi, dan krisis moral, menghidupkan kembali Islam Rahmatan Lil ‘Alamin adalah solusi strategis. Dengan menguasai ilmu, menjaga emosi, dan berhati-hati dalam ucapan serta tindakan, umat Islam dapat benar-benar menjadi rahmat, bukan hanya bagi sesama Muslim, tetapi juga bagi seluruh bangsa dan alam semesta.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement