Khazanah
Beranda » Berita » Utsman ibn Affan : Sahabat Pemalu yang Dermawan

Utsman ibn Affan : Sahabat Pemalu yang Dermawan

Utsman ibn Affan : Sahabat Pemalu yang Dermawan
Ilustrasi kafilah dagang yang membawa kebutuhan pokok.

SURAU.CO-Utsman ibn Affan dikenal sangat pemalu, sebagaimana dituturkan dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Yahya ibn Yahya dari Yahya ibn Ayub, Qutaibah dan Ibn Hajar dari Ismail Unwan ibn Ja‘far dari Muhammad ibn Abu Harmalah dari Atha dan Sulaiman ibn Yasar serta Abu Salamah dari Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah saw. sedang berbaring di rumah. Saat itu kaki beliau tersingkap. Tiba-tiba Abu Bakar datang meminta izin untuk bertemu. Rasulullah saw. mengizinkannya, kemudian beliau berbincang-bincang dengan posisi tubuh tetap seperti itu.

Sikap Rasulullah ketika Utsman datang

Selanjutnya, Umar datang, dan beliau tetap berbicara dalam keadaan seperti itu. Setelah itu, Utsman datang. Tiba-tiba Rasulullah saw. duduk dan membenarkan pakaiannya. Utsman masuk dan ikut berbincang-bincang dengan mereka. Setelah keluar, Aisyah berkata kepada Rasulullah, “Ketika Abu Bakar masuk, engkau tidak membenarkan pakaianmu. Setelah itu Umar masuk, tetapi engkau bergeming. Tetapi ketika Utsman masuk, engkau duduk dan membenarkan pakaianmu.”

Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah aku malu pada orang yang malaikat pun malu kepadanya?!”

Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa suatu ketika Abu Bakar meminta izin untuk bertemu Rasulullah saw. yang sedang berbaring di atas kasur sambil mengenakan mirth (kain tak berjahit) milik Aisyah. Abu Bakar diizinkan masuk, tetapi Rasulullah saw. tetap berbaring. Usai menyampaikan hajatnya, Abu Bakar pergi. Lalu Umar datang meminta izin. Ia diizinkan masuk dan Rasulullah saw. tetap dalam posisi semula. Setelah menyampaikan apa yang diinginkan, Umar pergi.

Utsman berkata, “Lalu aku datang meminta izin untuk bertemu beliau. Rasulullah saw. duduk dan bersabda kepada Aisyah, ‘Kumpulkan pakaianmu.’ Dan aku beranjak setelah menyampaikan urusanku.”

Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

Aisyah r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, engkau tidak beranjak dari posisimu ketika bertemu Abu Bakar dan Umar, namun engkau bangkit ketika bertemu Utsman.”

Rasulullah saw. bersabda, “Utsman itu pemalu. Jika ia kubiarkan masuk ketika aku dalam keadaan seperti itu, aku takut ia urung menyampaikan urusannya.”

Umat Rasulullah yang paling pemalu

Diriwayatkan dari Anas ibn Malik bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Umatku yang paling pengasih adalah Abu Bakar; yang paling keras membela agama Allah adalah Umar; yang paling pemalu adalah Utsman; yang paling mengetahui tentang halal haram adalah Muaz ibn Jabal; yang paling menguasai Kitabullah adalah Ubay; dan yang paling memahami faraid adalah Zaid ibn Tsabit. Setiap umat memiliki seorang bendahara, dan bendahara umat ini adalah Abu Ubaidah ibn al-Jarrah.”

Rasa malu adalah bagian dari iman. Karenanya, kita dapat mengukur, betapa besar keimanan Utsman ibn Affan. Sosoknya menjadi teladan bagi semua orang, terutama dalam hal kedermawanan dan kebajikannya. Dengan kekayaannya, Utsman ibn Affan sering menyediakan perbekalan bagi pasukan yang hendak berperang. Ia pernah menyerahkan emas dalam jumlah besar kepada Rasulullah saw. (untuk membiayai jihad). Karena itulah Rasulullah saw. mendoakan kebaikan untuknya, “Ya Allah, ridai Utsman! Aku telah rida kepadanya.”

Membebaskan sumur Raumah dari Yahudi

Salah satu bukti kedermawanannya adalah ketika ia membeli sumur Raumah dan menghadiahkannya kepada kaum muslim. Sumur itu pada awalnya milik seorang Yahudi. Letaknya sangat strategis, berada di lintasan yang banyak dilalui kaum muslim. Mereka sangat membutuhkan air dari sumur itu, tetapi Yahudi itu menjual airnya dengan harga yang mahal. Utsman ingin membelinya, tetapi Yahudi itu tidak mau menjualnya. Karena itu, Utsman berkata, “Jual saja separuhnya kepadaku! Sehari untukku dan sehari lagi untukmu!” Orang Yahudi itu pun menyetujuinya.

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Sejak itu Utsman memberi minum kepada kaum muslim secara cuma-cuma satu hari dan di hari berikutnya sumur itu menjadi milik orang Yahudi. Karena kaum muslim mengambil air dari sumur itu hanya pada hari-hari milik Utsman, orang Yahudi itu tidak mendapat pemasukan. Akhirnya, ia menawarkan seluruh sumur itu kepada Utsman dengan harga yang lebih murah. Kemudian Utsman menyedekahkan sumur itu untuk keperluan kaum muslim. Namun, kelak ketika terjadi fitnah yang merenggut nyawa Utsman, para pemberontak berbuat keji dengan menutup aliran air dari sumur itu ke rumahnya. Mereka benar-benar telah berbuat aniaya.

Kedermawanan saat kondisi paceklik

Pada masa Khalifah Abu Bakr r.a. kaum muslim mengalami paceklik dan kekeringan. Saat itu, penduduk di Madinah mendengar kabar bahwa satu kafilah dagang dari Syam telah tiba dengan seribu ekor unta membawa gandum dan aneka bahan makanan lain. Ternyata, kafilah dagang itu milik Utsman ibn Affan. Para pedagang Madinah segera mengerubuti kafilah itu untuk membeli berbagai barang kebutuhan dengan harga yang tinggi.

Utsman berkata, “Tawarlah dengan harga yang lebih tinggi!”
Maka, mereka pun menaikkan harganya menjadi dua kali lipat.
“Tidak mau! Beri aku harga yang lebih tinggi lagi!” Mereka pun menaikkan tawaran menjadi tiga kali lipat.
“Tidak mau! Beri aku harga yang lebih dari itu.” Mereka bermusyawarah dan akhirnya menawarkan harga lima kali lipat. Namun, Utsman tetap menolaknya dan berkata, “Tidak! Beri aku harga yang lebih dari itu.”
Mereka menjawab, “Kami para pedagang Madinah, tak seorang pun yang mampu membayarmu dengan harga lebih dari yang telah kami tawarkan.”
Utsman r.a. berkata, “Ketahuilah, Allah telah memberiku untuk setiap dirham sepuluh kali lipat keuntungan. Adakah di antara kalian yang sanggup memberi lebih?”
Mereka menjawab, “Kami tak sanggup.”

“Kalau begitu, harta ini semuanya kusedekahkan karena Allah.” Kemudian ia membagikan harta dagangannya itu kepada orang-orang yang tidak mampu. Pada saat itu, semua orang fakir di Madinah mendapatkan bagian yang membuat mereka hidup cukup. Itulah salah satu contoh kebajikan dan kedermawanan Utsman ibn Affan.

Peristiwa Baiat Ridwan

Anas ibn Malik r.a. memiliki cerita yang berbeda tentang keutamaan Utsman. Ia mengatakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. memerintah para sahabat untuk melakukan Baiat Ridwan, namun saat itu Utsman ibn Affan sedang diutus oleh Rasulullah untuk menemui penduduk Makkah.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Kemudian orang-orang yang ada di sana berbaiat, dan usai mereka berbaiat, Rasulullah saw. bersabda, “Utsman sedang melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya.” Setelah itu, beliau menepukkan tangan yang satu di atas tangan yang lain. Jadi, tangan Rasulullah saw. yang menggantikan tangan Utsman lebih baik baginya daripada tangan mereka untuk mereka sendiri.(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement