Surau.co. Jiwa dan kebahagiaan merupakan tema sentral dalam filsafat kehidupan menurut Al-Fārābī dalam Risāla fī al-Nafs. Peran akal dan rasionalitas manusia sangat penting untuk mencapai kesejahteraan sejati, bukan sekadar kesenangan sementara. Al-Fārābī menekankan bahwa manusia sebagai makhluk rasional memiliki kemampuan untuk memahami, menilai, dan menyeimbangkan berbagai aspek hidup agar tercapai kebahagiaan yang hakiki. Fenomena sehari-hari mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bukan hanya hasil dari pencapaian materi, tetapi juga keseimbangan jiwa, moral, dan spiritual.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering terjebak pada kesenangan instan: makanan, hiburan, atau pengakuan sosial. Al-Fārābī menekankan pentingnya akal untuk menilai apakah hal tersebut mendekatkan atau menjauhkan dari kebahagiaan sejati. Ia menulis:
“وَتَسْتَقِيمُ النَّفْسُ بِالْعَقْلِ وَتَتَّجِهُ نَحْوَ الْخَيْرِ وَالسَّعَادَةِ”
“Jiwa menjadi lurus dengan akal dan mengarah kepada kebaikan serta kebahagiaan.” (Risāla fī al-Nafs)
Kutipan ini menunjukkan bahwa akal berfungsi sebagai pemandu jiwa untuk menilai mana tindakan yang benar-benar bermanfaat dan membawa kebahagiaan yang hakiki.
Peran Akal dalam Menentukan Pilihan Hidup
Al-Fārābī menegaskan bahwa manusia memperoleh kebahagiaan melalui proses berpikir yang matang. Fenomena sehari-hari terlihat ketika seseorang harus memilih antara bekerja keras untuk masa depan atau sekadar mengikuti keinginan sesaat. Dengan menggunakan akal, individu dapat menimbang dampak jangka panjang dan membuat keputusan yang membawa kesejahteraan jiwa. Ia menulis:
“وَالْعَقْلُ هُوَ الْقُوَّةُ الَّتِي تُمَكِّنُ النَّفْسَ مِنَ التَّفْكِيرِ وَاتِّخَاذِ الْخِيَارِ الصَّحِيحِ”
“Akal adalah kekuatan yang memungkinkan jiwa untuk berpikir dan mengambil pilihan yang benar.” (Risāla fī al-Nafs)
Dengan demikian, akal menjadi instrumen utama untuk menavigasi kehidupan yang penuh pilihan dan tantangan, mengarahkan manusia menuju kebahagiaan sejati.
Keseimbangan Jiwa dan Emosi
Al-Fārābī menekankan bahwa kebahagiaan hanya dapat dicapai jika jiwa berada dalam keadaan seimbang. Fenomena sehari-hari sering menunjukkan bahwa orang yang terlalu emosional cenderung membuat keputusan impulsif, sementara mereka yang mampu menyeimbangkan perasaan dan akal mampu meraih kebahagiaan lebih stabil. Ia menulis:
“النَّفْسُ الْمُتَّزِنَةُ تَسْتَفِيدُ مِنَ الْعَقْلِ وَتَتَجَنَّبُ الْفَوَاسِدَ وَالْشَّوَاغِلَ”
“Jiwa yang seimbang memperoleh manfaat dari akal dan menjauhi kerusakan serta kesia-siaan.” (Risāla fī al-Nafs)
Prinsip ini selaras dengan ajaran Al-Qur’an:
“وَالَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ” (QS. Ar-Ra’d: 28)
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka tenang dengan mengingat Allah. Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.”
Ayat ini menegaskan bahwa keseimbangan jiwa juga terkait dengan dimensi spiritual yang memperkuat rasa bahagia dan damai.
Menghubungkan Moralitas dan Kebahagiaan
Menurut Al-Fārābī, moralitas merupakan bagian integral dari kebahagiaan. Fenomena sehari-hari bisa diamati saat seseorang memilih berbuat jujur walau menghadapi kerugian sementara, karena akal menilai tindakan itu benar. Ia menulis:
“وَالْعَقْلُ يَهْدِي النَّفْسَ إِلَى فِعْلِ الْخَيْرِ وَالْجَمِيلِ لِتَكُونَ السَّعَادَةُ حَقِيقِيَّةً”
“Akal membimbing jiwa untuk melakukan kebaikan dan keindahan agar kebahagiaan menjadi sejati.” (Risāla fī al-Nafs)
Kebahagiaan sejati menurut Al-Fārābī bukan hanya sensasi sementara, tetapi hasil dari keputusan rasional yang selaras dengan nilai moral dan kebaikan universal.
Praktik Sehari-hari untuk Mencapai Kebahagiaan
Berikut beberapa praktik sederhana berdasarkan prinsip Al-Fārābī untuk menjaga jiwa dan meraih kebahagiaan:
- Refleksi diri harian: Menilai perasaan, pikiran, dan tindakan agar tetap sesuai nilai kebaikan.
- Pengendalian emosi: Menggunakan akal untuk menahan reaksi impulsif dalam situasi sulit.
- Peningkatan moralitas: Memilih tindakan yang adil, jujur, dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
- Kehidupan spiritual: Menghubungkan akal dengan dzikir, doa, dan amal baik untuk menenangkan jiwa.
- Pencarian ilmu: Belajar dan memahami dunia dengan rasionalitas, bukan hanya mengikuti kesenangan sesaat.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, manusia dapat menyeimbangkan akal, emosi, dan moralitas sehingga mencapai kebahagiaan sejati.
Kesimpulan: Jiwa Rasional Menuju Kebahagiaan
Kesimpulannya, jiwa dan kebahagiaan menurut Al-Fārābī saling terkait melalui rasionalitas, keseimbangan emosi, dan moralitas. Fenomena sehari-hari menunjukkan bahwa manusia yang mampu mengendalikan emosi, berpikir rasional, dan bertindak sesuai nilai moral akan lebih stabil dalam meraih kebahagiaan. Dengan memadukan akal, pengalaman, dan refleksi spiritual, setiap individu dapat menavigasi kehidupan dengan bijak, menjaga kesehatan mental, dan mencapai kesejahteraan yang hakiki.
* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
