Khazanah
Beranda » Berita » Zaid ibn Muhalhil ibn Zaid : Sahabat yang Digelari Zaid al-Khair

Zaid ibn Muhalhil ibn Zaid : Sahabat yang Digelari Zaid al-Khair

Zaid ibn Muhalhil ibn Zaid : Sahabat yang Digelari Zaid al-Khair
Ilustrasi sahabat yang menempuh perjalanan bertemu Rasulullah.

SURAU.CO-Zaid ibn Muhalhil ibn Zaid seorang sahabat dari suku Thayy, keturunan Bani Nabhani. Ia lebih terkenal dengan  sebutan Zaid al-Khail (Zaid Kuda). Ia merupakan penyair terkenal pada masa Jahiliyah, yang kemudian masuk Islam dan menjadi Muslim yang saleh.

Kisah perjumpaan Zaid ibn Muhalhil dengan Rasulullah terjadi ia dan para utusan lain dari Thayy datang menemui Rasulullah. Ketika Rasulullah menanyakan namanya, ia menjawab, “Zaid al-Khail.”

Dari al-Khail menjadi al-Khair

Rasulullah pun mengganti namanya dari al-Khail menjadi al-Khair (Zaid Kebaikan) sehingga namanya menjadi Zaid al-Khair. Beliau bersabda,

“Aku tidak pernah melihat seseorang yang berubah sifat-sifatnya antara masa Jahiliyah dan pada  masa Islam selain engkau.”

Tak lama setelah rombongan utusan itu pulang ke kampung halaman mereka, Madinah terserang wabah penyakit. Para sahabat mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Zaid tidak selamat dari Ummu Maldam (wabah penyakit).”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Keturunannya berjihad memerangi kaum murtad

Ucapan beliau menjadi kenyataan karena tak lama setelah tiba di kampung halaman, Zaid jatuh sakit dan meninggal dunia. Sejak saat itu, mereka memanggilnya dengan nama Abu Mukhnif. Ia punya dua orang anak, yaitu Mukhnif dan Huraits. Mereka memeluk Islam dan selalu menyertai Nabi saw. Mereka juga ikut berjihad memerangi orang murtad pada masa Khalifah Abu Bakar.

Berkuda tanpa henti untuk bertemu Rasulullah

Ibn Asakir menuturkan cerita tentang Abu Mukhnif dalam Mukhtashar Tarikh al-Dimasyqi dan Ibn al-Atsir dalam Asad al-Ghabah. Keduanya meriwayatkan dari al-A’masy dari Abu Wa’il bahwa Abdullah berkata: “Saat kami bersama Rasulullah datang menghadap beliau seorang tamu dari jauh. Setelah mengikat hewan tunggangannya ia bergegas menghadap Rasulullah dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku datang untuk menemuimu setelah menempuh perjalanan yang jauh. Kutunggangi kendaraanku, aku begadang di malam hari, dan menahan haus di siang hari hingga tiba di sini. Aku ingin menanyakan dua hal kepadamu.’

Nabi saw. menyela, ‘Siapa namamu?’

Ia menjawab, ‘Aku Zaid al-Khail.’

Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidak, tetapi engkau Zaid al-Khair. Katakan pertanyaanmu.’

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Ia berkata, ‘Kutanyakan kepadamu tentang tanda-tanda Allah bagi orang yang dikehendaki-Nya dan juga orang yang tidak Dia kehendaki.’

‘Bagaimana keadaanmu di pagi hari?’

‘Aku selalu menyukai kebaikan dan orang yang melakukannya. Jika aku mengamalkannya, niscaya aku mendapat balasan kebaikan. Jika tidak, tentu saja aku berduka.’

‘Inilah tanda Allah bagi orang yang dikehendaki-Nya dan juga tanda-Nya bagi orang yang tidak dikehendaki-Nya. Jika Dia telah menghendaki kebaikan dari dirimu niscaya Dia akan menyiapkanmu untuk kebaikan itu, kemudian Allah tidak peduli di lembah mana engkau mati.’”

Seorang penyair dan orator ulung

Zaid al-Khail termasuk penyair yang baik dan orator ulung. Pada masa Jahiliyah ia pernah menjadi tawanan Amir ibn al-Thufail, kemudian rambut ubun-ubunnya dicukur (untuk mempermalukannya). Setelah itu ia pergi dan menghilang dari peredaran.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Ia juga pernah bertikai dengan penyair Ka‘b ibn Zuhair karena ia dituduh mencuri kuda milik Ka‘b. Saat itu Ka‘b melantunkan syair:

“Zaid al-Khail mengambil harta saudara kalian,
Sungguh Zaid adalah seorang fakir yang hina”
Zaid menjawabnya, juga dalam lantunan syair:
“Setiap tahun kalian utus seseorang untuk tunggangi kuda
Orang tua yang dipekerjakan tetapi tak disukai banyak orang
Maka jika bukan karena Zuhair menyepelekan nikmat,
Pasti telah kurendahkan Ka‘b, hingga aku atau dia binasa”

Wafatnya Zaid

Ada perbedaan pendapat mengenai kapan tepatnya Zaid al-Khail wafat. Menurut Ibn Qutaibah dalam al-Syi’ru wa al-Syu‘arā, Zaid wafat setelah tiba di kampung halaman sepulang menemui Rasulullah. Ibn al-Atsir menuturkan bahwa sepulangnya dari pertemuan dengan Rasulullah, ia terserang demam. Saat tiba di rumahnya, penyakitnya semakin parah dan ia pun wafat. Ada pula yang mengatakan bahwa ia wafat pada masa Khalifah Umar, juga karena demam, bukan di medan perang.(St.Diyar)

Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement