Rajin belajar bukan hanya tentang mengejar nilai akademik, melainkan juga tentang menunjukkan kemuliaan seorang anak. Dalam pandangan Islam, ilmu menempati kedudukan yang sangat tinggi dan mulia. Oleh karena itu, anak yang bersemangat menuntut ilmu sedang menyiapkan dirinya untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan agamanya. Kitab Akhlaq lil Banin menegaskan bahwa anak yang tekun belajar mencerminkan akhlak mulia. Sebab, kesungguhan itu menunjukkan tanggung jawab, kesabaran, sekaligus rasa syukur kepada Allah.
Ilmu dalam Al-Qur’an: Derajat yang Tinggi
Allah menegaskan melalui Al-Qur’an mengenai pentingnya ilmu dalam kehidupan.
يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَـٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan dalam majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah [58]:11)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah sendiri yang meninggikan derajat orang-orang berilmu. Dengan demikian, anak yang rajin belajar berpotensi meraih derajat yang lebih tinggi, baik di dunia maupun di akhirat.
Rajin Belajar dalam Perspektif Akhlaq lil Banin
Kitab Akhlaq lil Banin memberikan arahan yang jelas tentang adab belajar. Syaikh Umar Baraja menulis:
“يَا بُنَيَّ، اجْتَهِدْ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ فَإِنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَالْجَهْلَ ظُلْمَةٌ”
“Wahai anakku, bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu, karena ilmu adalah cahaya dan kebodohan adalah kegelapan.”
Dengan pesan ini, beliau mengingatkan bahwa rajin belajar berarti mencari cahaya yang akan membimbing kehidupan. Sebaliknya, anak yang malas belajar membiarkan dirinya tenggelam dalam kegelapan. Oleh karena itu, ketika seorang anak rajin belajar, ia menumbuhkan akhlak mulia berupa ketekunan, rasa ingin tahu yang baik, serta kedisiplinan.
Lebih jauh, Akhlaq lil Banin juga menekankan bahwa tujuan belajar bukan hanya demi diri sendiri. Justru, belajar juga mengangkat derajat keluarga serta memberi manfaat kepada masyarakat. Dengan kata lain, anak yang rajin belajar peduli bukan hanya pada masa depannya, tetapi juga pada lingkungannya.
Belajar sebagai Ibadah
Islam memandang aktivitas belajar sebagai ibadah. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Hadis ini menjelaskan bahwa belajar bukan sekadar aktivitas duniawi, melainkan kewajiban agama. Anak yang rajin belajar berarti sedang menunaikan ibadah sekaligus memperkuat akhlaknya. Akibatnya, semangat belajar yang tinggi akan melatih anak menjadi pribadi yang ikhlas, disiplin, dan bertanggung jawab.
Selain itu, ketika anak menganggap belajar sebagai ibadah, ia tidak mudah putus asa menghadapi kesulitan. Ia akan terus berusaha karena menyadari bahwa setiap huruf yang ia pelajari merupakan bagian dari pengabdian kepada Allah.
Tantangan Anak Zaman Sekarang
Di era modern, tantangan untuk rajin belajar semakin berat. Gawai, media sosial, dan hiburan digital sering menyita perhatian anak. Banyak anak lebih betah menatap layar daripada membuka buku. Fenomena ini membuat kebiasaan rajin belajar terancam.
Meskipun demikian, anak yang memiliki kesadaran akhlak mampu mengendalikan dirinya. Ia menyadari bahwa waktu tidak boleh terbuang sia-sia. Kitab Akhlaq lil Banin menekankan bahwa anak yang mulia akan menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat. Dengan demikian, ia menjadikan belajar sebagai prioritas utama, sementara hiburan sekadar pelengkap.
Selain itu, anak yang mampu menyeimbangkan waktu antara belajar, bermain, dan beribadah akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh. Inilah bentuk akhlak mulia yang seharusnya ditanamkan sejak kecil agar anak tidak mudah tergoda oleh kesenangan sesaat.
Peran Guru dan Orang Tua
Seorang anak tidak bisa tumbuh rajin belajar tanpa bimbingan. Guru dan orang tua sama-sama memegang peran penting dalam menumbuhkan semangat belajar. Guru memberi teladan melalui kesabaran dan dedikasi dalam mengajar, sedangkan orang tua mendukung anak dengan doa, perhatian, dan lingkungan rumah yang kondusif.
Kitab Akhlaq lil Banin bahkan menekankan pentingnya adab terhadap guru. Anak yang menghormati gurunya akan lebih mudah memahami pelajaran. Sebaliknya, anak yang meremehkan guru sulit meraih keberkahan ilmu.
Di sisi lain, orang tua juga perlu mengajarkan pentingnya manajemen waktu. Dengan membuat jadwal belajar di rumah, mendampingi anak ketika belajar, serta memberi apresiasi atas usahanya, orang tua menumbuhkan kebiasaan rajin belajar pada diri anak.
Rajin Belajar sebagai Bekal Masa Depan
Belajar tidak hanya berguna untuk memperoleh pekerjaan. Lebih dari itu, belajar membekali anak dengan kemampuan berpikir kritis, sikap bijaksana, serta wawasan luas. Semua hal ini akan menjadi bekal berharga dalam menghadapi masa depan yang penuh tantangan.
Islam pun memandang ilmu sebagai warisan paling mulia. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Abu Dawud)
Hadis ini menegaskan bahwa ilmu jauh lebih berharga daripada harta. Oleh karena itu, anak yang rajin belajar sebenarnya sedang mempersiapkan dirinya untuk menjadi pewaris mulia. Walaupun ia mungkin bukan ulama besar, tetap saja ia bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama.
Rajin Belajar Membentuk Karakter
Rajin belajar tidak hanya tentang membaca buku, tetapi juga tentang melatih akhlak. Anak yang tekun belajar melatih dirinya untuk disiplin, sabar, dan bertanggung jawab. Setiap kali anak membuka buku, ia sebenarnya sedang melatih diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Selain itu, rajin belajar juga menumbuhkan rasa syukur. Anak yang menyadari bahwa ilmu adalah karunia Allah akan merasa beruntung bisa belajar. Akibatnya, ia tidak mudah mengeluh, melainkan senantiasa bersyukur kepada Allah, orang tua, dan gurunya. Dari sinilah tumbuh akhlak mulia yang sejati.
Penutup
Rajin belajar merupakan tanda kemuliaan seorang anak. Kitab Akhlaq lil Banin mengajarkan bahwa anak yang tekun belajar berarti mencari cahaya, menumbuhkan akhlak, dan menyiapkan diri untuk menjadi pribadi bermanfaat. Dengan bimbingan guru, doa orang tua, serta kesadaran diri, seorang anak dapat tumbuh menjadi insan berilmu sekaligus berakhlak.
Akhirnya, belajar bukan hanya untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat. Setiap huruf yang dipelajari, setiap buku yang dibaca, dan setiap doa yang dipanjatkan akan menjadi saksi kemuliaan seorang anak di hadapan Allah.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
