Sejak kecil, orang tua dan guru mengajarkan seorang muslim untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang akan membimbing langkah hidupnya. Di antara akhlak mulia yang paling mendasar adalah sabar dan syukur. Dua nilai ini ibarat dua sayap yang membawa seorang muslim kecil terbang menuju kematangan iman dan akhlak.
Kitab Akhlaq lil Banin karya Syaikh Umar Baraja memberikan perhatian khusus pada akhlak sabar dan syukur. Melalui bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak-anak, beliau menekankan pentingnya melatih diri agar mampu bersabar dalam menghadapi ujian serta bersyukur atas nikmat Allah.
Sabar dalam Al-Qur’an: Jalan Menuju Pertolongan Allah
Al-Qur’an berulang kali memuji orang-orang yang sabar. Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153).
Ayat ini mengajarkan bahwa sabar bukan sekadar menahan diri dari marah atau putus asa, tetapi juga keyakinan bahwa Allah selalu hadir bersama mereka yang tabah. Seorang muslim kecil yang belajar sabar sejak dini akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan tidak mudah terombang-ambing oleh masalah.
Syukur dalam Al-Qur’an: Kunci Bertambahnya Nikmat
Syukur adalah sikap hati yang menyadari nikmat Allah, disertai ucapan dan tindakan yang memuji-Nya. Allah ﷻ berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim [14]: 7).
Syukur bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi diwujudkan dalam perbuatan nyata: seorang muslim menggunakan nikmat Allah untuk hal-hal yang bermanfaat.
Hadits Nabi ﷺ tentang Sabar dan Syukur
Rasulullah ﷺ menggambarkan hubungan erat antara sabar dan syukur dalam sabdanya:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin! Semua urusannya adalah kebaikan. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia menghadapi kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya.” (HR. Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa seorang muslim selalu berada dalam kebaikan, selama ia mengiringi nikmat dengan syukur dan menguatkan diri dengan sabar.
Pesan Kitab Akhlaq lil Banin tentang Sabar dan Syukur
Syaikh Umar Baraja menulis dalam Akhlaq lil Banin:
“كُنْ صَابِرًا عَلَى الْمَشَاقِّ، وَكُنْ شَاكِرًا عَلَى النِّعَمِ.”
“Bersabarlah menghadapi kesulitan, dan bersyukurlah atas segala nikmat.”
Pesan ini memang sederhana, tetapi justru sangat mendalam. Karena itu, orang tua melatih anak agar tidak mudah mengeluh ketika belajar terasa sulit atau saat keinginan belum terpenuhi. Sebaliknya, mereka membiasakan anak mengucapkan “Alhamdulillah” atas setiap nikmat, sekecil apa pun itu. Dengan cara ini, sabar dan syukur perlahan tumbuh sebagai karakter bawaan.
Mengapa Sabar Penting untuk Anak Kecil?
Sabar melatih anak mengendalikan emosi. Dalam kehidupan sehari-hari, anak sering menghadapi situasi yang menguji kesabaran, misalnya:
-
menunggu giliran bermain,
-
menghadapi kesalahan yang dilakukan teman,
-
atau menahan diri ketika tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Melalui latihan sederhana seperti ini, anak akhirnya membentuk karakter sabar yang kuat. Lebih jauh lagi, kesabaran membuat anak mampu menghadapi tekanan hidup di masa depan.
Mengapa Syukur Harus Ditanamkan Sejak Dini?
Banyak anak mudah mengeluh atau merasa kurang. Oleh karena itu, orang tua perlu menanamkan syukur sejak kecil agar anak terbiasa melihat nikmat, bukan kekurangan.
Contohnya, anak belajar untuk:
-
bersyukur atas makanan yang tersedia di meja,
-
bersyukur karena memiliki keluarga yang penuh kasih sayang,
-
serta bersyukur karena mendapat kesempatan belajar.
Dengan begitu, syukur membuat hati anak lebih tenang, menjauhkannya dari rasa iri, dan menumbuhkan pribadi optimis.
Sabar dan Syukur sebagai Dua Sisi Mata Uang
Sabar dan syukur sejatinya tidak bisa dipisahkan. Ketika menghadapi musibah, seorang muslim bersabar. Sebaliknya, ketika menerima nikmat, ia bersyukur. Oleh karena itu, keseimbangan antara keduanya menjadikan hidup seorang muslim selalu berada dalam kebaikan.
Kitab Akhlaq lil Banin menekankan bahwa anak harus mempelajari kedua akhlak ini secara seimbang, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat sekaligus rendah hati.
Tantangan Menumbuhkan Sabar dan Syukur di Era Modern
Anak zaman sekarang hidup dalam dunia serba instan. Teknologi membuat segala sesuatu bisa diperoleh dengan cepat. Akibatnya, kesabaran sering terkikis.
Selain itu, media sosial sering menampilkan gaya hidup mewah. Hal ini membuat banyak anak kurang bersyukur dengan apa yang mereka miliki. Oleh karena itu, pendidikan sabar dan syukur menjadi sangat penting, supaya anak tidak mudah tergoda oleh gemerlap dunia.
Peran Orang Tua dan Guru dalam Membimbing Sabar dan Syukur
Peran orang tua dan guru sangat menentukan:
-
Orang tua memberi teladan dengan tidak mudah marah dan selalu mengucapkan syukur di hadapan anak.
-
Guru mengajarkan pentingnya sabar dalam belajar, dan mengajak murid mengucapkan hamdalah setelah menyelesaikan pelajaran.
Dengan kata lain, teladan nyata jauh lebih efektif daripada sekadar nasihat.
Panduan Praktis Melatih Sabar dan Syukur pada Anak
Agar lebih mudah, orang tua dapat melakukan langkah-langkah praktis berikut:
-
Ajarkan doa harian agar anak terbiasa mengingat Allah.
-
Latih anak menunggu giliran dalam permainan atau antrean.
-
Ajak anak membuat daftar nikmat harian untuk disyukuri.
-
Ceritakan kisah Nabi dan sahabat tentang kesabaran dan rasa syukur.
-
Berikan pujian sederhana saat anak menunjukkan kesabaran atau bersyukur.
Dengan cara ini, sabar dan syukur tidak lagi sekadar teori, tetapi benar-benar menjadi bagian dari keseharian anak.
Dampak Sabar dan Syukur dalam Kehidupan Sosial
Anak yang sabar lebih mudah bergaul, karena ia tidak mudah marah dan mampu menerima perbedaan. Sementara itu, anak yang bersyukur lebih disukai, karena ia tidak iri dan selalu menebar kegembiraan.
Dengan demikian, jika masyarakat dipenuhi orang-orang sabar dan bersyukur, mereka akan membangun kehidupan yang damai, adil, dan bahagia.
Penutup
Kitab Akhlaq lil Banin mengajarkan bahwa sabar dan syukur adalah dua pilar akhlak yang harus orang tua tanamkan sejak anak kecil. Dengan sabar, anak belajar menghadapi kesulitan. Dengan syukur, anak belajar menghargai nikmat. Akibatnya, kedua akhlak ini membentuk pribadi muslim yang matang, kuat, dan berakhlak mulia.
Sabar adalah lentera di kala gelap, sedangkan syukur adalah pelita di kala terang. Bila keduanya menyatu dalam hati seorang muslim kecil, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang kokoh, berjiwa lapang, dan bercahaya. Dari kesabaran lahir kekuatan, dari syukur lahir kebahagiaan. Dengan demikian, bersama keduanya hidup akan selalu bermakna
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
