Hidup manusia tidak pernah lepas dari pergaulan. Sejak kecil hingga dewasa, kita selalu dikelilingi oleh teman. Kehadiran seorang teman dapat membentuk cara berpikir, perilaku, bahkan akhlak seseorang. Karena itu, memilih teman yang baik bukan sekadar soal kenyamanan, tetapi juga soal keselamatan jiwa.
Kitab Akhlaq lil Banin karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja menekankan pentingnya selektif dalam berteman. Menurut beliau, teman yang baik akan membawa pada kebaikan, sementara teman yang buruk akan menjerumuskan ke dalam keburukan. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah ﷺ:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang tergantung pada agama temannya. Maka, hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dijadikan teman dekat.” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi).
Hadits ini menjadi pengingat bahwa teman bukan hanya sekadar kawan bermain, tetapi juga cermin akhlak yang akan memengaruhi arah hidup.
Ajaran Kitab Akhlaq lil Banin tentang Persahabatan
Dalam Akhlaq lil Banin, Syaikh Umar Baraja menuliskan nasihat indah:
“صَاحِبْ أَخَاكَ الصَّالِحَ، فَإِنَّهُ يَدُلُّكَ عَلَى الْخَيْرِ، وَيَنْهَاكَ عَنِ الشَّرِّ، وَيُعِينُكَ عَلَى طَاعَةِ اللهِ.”
“Bersahabatlah dengan teman yang shalih, karena ia akan menunjukkanmu kepada kebaikan, mencegahmu dari keburukan, dan membantumu dalam ketaatan kepada Allah.”
Pesan ini jelas. Teman yang baik tidak hanya menyenangkan saat bersama, tetapi juga membantu menjaga akhlak dan iman. Dengan kata lain, teman yang baik adalah penjaga spiritualitas kita.
Al-Qur’an tentang Pilihan Teman
Al-Qur’an juga menyinggung betapa besarnya pengaruh teman. Allah ﷻ berfirman:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu (kiamat) sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf [43]: 67).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa persahabatan di dunia bisa menjadi penyesalan di akhirat bila tidak didasari ketakwaan. Hanya teman yang bertakwa yang akan tetap menjadi sahabat sejati di dunia dan akhirat.
Karakter Teman yang Baik Menurut Islam
- Membawa pada Ketaatan
Teman yang baik mengingatkan kita pada Allah, mendorong beribadah, dan menahan diri dari maksiat.
- Menjaga Lisan dan Rahasia
Ia tidak membicarakan keburukan kita di belakang, melainkan menjaga kehormatan kita.
- Memberi Nasihat dengan Tulus
Teman yang baik tidak hanya memuji, tetapi berani menegur saat kita salah.
- Setia dalam Suka dan Duka
Kesetiaan teman diuji bukan hanya dalam kegembiraan, tetapi juga dalam kesulitan.
Perumpamaan Nabi tentang Teman Baik dan Buruk
Rasulullah ﷺ memberikan perumpamaan sederhana namun sangat jelas:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ…
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa memberimu minyak wangi, atau engkau membeli darinya, atau minimal engkau mencium bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa membakar pakaianmu atau engkau mencium bau busuk darinya.” (HR. Bukhari & Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa dampak teman sangat besar. Bahkan tanpa kita sadari, teman bisa memengaruhi akhlak hanya melalui interaksi sehari-hari.
Dimensi Sosial: Teman sebagai Lingkaran Kehidupan
Dalam kehidupan sosial, teman menjadi lingkaran terdekat setelah keluarga. Lingkaran ini bisa memperkuat kepribadian atau justru melemahkannya. Seorang anak yang tumbuh bersama teman-teman rajin akan lebih termotivasi belajar. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan teman malas, maka ia mudah ikut terbawa.
Di sinilah pentingnya pendidikan akhlak sejak dini. Orang tua dan guru harus membimbing anak agar cerdas dalam memilih teman, sekaligus menjadi teman yang baik bagi orang lain.
Tantangan Persahabatan di Era Modern
Persahabatan masa kini menghadapi tantangan baru. Media sosial sering kali menciptakan “sahabat semu”. Tidak sedikit orang merasa memiliki ribuan sahabat di dunia maya, tetapi kesepian di dunia nyata. Bahkan, banyak anak muda yang salah menaruh kepercayaan hingga terseret dalam pergaulan negatif.
Santri dan generasi muda harus menyadari bahwa sahabat sejati bukanlah yang sekadar menyapa di layar, tetapi yang hadir dalam doa, nasihat, dan kebersamaan nyata. Kitab Akhlaq lil Banin mengajarkan bahwa kualitas persahabatan lebih penting daripada kuantitas.
Peran Teman dalam Meningkatkan Akhlak
Teman sejati akan menjadi cermin akhlak kita. Jika kita ingin menjadi pribadi yang baik, maka carilah teman yang berakhlak mulia. Sebaliknya, bila kita ingin diuji, dekatlah dengan teman yang buruk.
Syaikh Umar Baraja menegaskan bahwa akhlak seseorang bisa dilihat dari siapa temannya. Pepatah Arab pun berkata:
“قُلْ لِي مَنْ صَدِيقُكَ أَقُلْ لَكَ مَنْ أَنْتَ”
“Katakan padaku siapa temanmu, maka aku akan tahu siapa dirimu.”
Menjadi Teman yang Baik bagi Orang Lain
Selain mencari teman yang baik, seorang muslim juga harus berusaha menjadi teman yang baik bagi orang lain. Kita bisa memulainya dengan hal sederhana:
- Menjadi pendengar yang baik.
- Menyemangati saat teman lelah.
- Mengingatkan dengan lembut saat ia salah.
- Berbagi ilmu dan kebaikan dengan ikhlas.
Dengan cara ini, persahabatan tidak hanya menjadi hubungan manusiawi, tetapi juga ibadah.
Kesimpulan
Kitab Akhlaq lil Banin mengajarkan bahwa sahabat yang baik adalah cermin akhlak kita. Persahabatan bisa menjadi jalan menuju surga bila dilandasi iman dan ketakwaan, tetapi juga bisa menjadi jalan neraka bila diwarnai maksiat.
Sahabat adalah cermin. Dalam dirinya, kita melihat bayangan diri kita. Jika ia baik, maka kebaikan itu akan memantul kepada kita. Jika ia buruk, maka keburukan itu akan menodai jiwa kita. Maka, pilihlah sahabat dengan hati-hati, karena pada persahabatan ada jalan menuju ridha Ilahi. Dan jadilah sahabat yang baik, agar engkau menjadi cermin akhlak bagi sahabatmu yang lain.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
