Khazanah
Beranda » Berita » Adab Seorang Santri: Menghormati Guru ala Kitab Akhlaq lil Banin

Adab Seorang Santri: Menghormati Guru ala Kitab Akhlaq lil Banin

Adab santri menghormati guru menurut Akhlaq lil Banin
Ilustrasi realistik, nyeni, dengan nuansa filosofis. Santri bersila di lantai, mendengarkan dengan penuh takzim, sementara guru duduk dengan wajah teduh dan penuh wibawa. Cahaya hangat masuk dari jendela, menambah kesan khusyuk.

Menjadi santri tidak sekadar menimba ilmu di pesantren, tetapi juga menata hati melalui adab. Seorang santri bukan hanya dituntut pandai membaca kitab, melainkan juga mampu menundukkan ego, menghormati guru, dan menjaga etika. Dalam tradisi Islam, guru dipandang sebagai perantara ilmu yang mulia. Karena itu, menghormati guru menjadi bagian utama dari akhlak yang luhur.

Kitab Akhlaq lil Banin karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja menegaskan bahwa akhlak santri kepada guru tidak boleh diremehkan. Hormat kepada guru bukan sekadar formalitas, tetapi syarat keberkahan ilmu. Dalam kitab tersebut, santri yang menghormati gurunya digambarkan akan memperoleh cahaya ilmu yang bermanfaat, sedangkan santri yang meremehkan guru akan terhalang dari keberkahan.

Mengapa Menghormati Guru Adalah Kewajiban Santri?

Islam menempatkan guru pada kedudukan yang mulia. Guru adalah pewaris para nabi, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ

“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi).

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Hadits ini menegaskan bahwa guru yang menanamkan ilmu agama sesungguhnya sedang meneruskan risalah para nabi. Maka, menghormati guru sama halnya dengan menghormati pewaris ajaran kenabian.

Pesan Kitab Akhlaq lil Banin tentang Adab kepada Guru

Dalam Akhlaq lil Banin, Syaikh Umar Baraja menuliskan nasihat berikut:

“وَأَكْرِمْ مُعَلِّمَكَ، فَإِنَّ حَقَّهُ عَلَيْكَ عَظِيمٌ، وَمَنْ لَا يُوَقِّرْ مُعَلِّمَهُ حُرِمَ الْعِلْمَ.”

“Muliakanlah gurumu, karena haknya atas dirimu sangat besar. Barang siapa tidak menghormati gurunya, maka ia akan terhalang dari ilmu.”

Nasihat ini sederhana, tetapi sarat makna. Santri yang tidak menghormati guru bisa saja pandai secara akademis, tetapi ia tidak akan merasakan manisnya ilmu. Sebab, ilmu bukan hanya informasi, melainkan cahaya yang ditanamkan Allah ke dalam hati orang yang beradab.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Al-Qur’an tentang Memuliakan Pengajar Ilmu

Allah ﷻ mengangkat derajat orang yang berilmu dalam firman-Nya:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Ayat ini menunjukkan kemuliaan orang berilmu. Guru sebagai pengajar ilmu berhak dimuliakan, bukan sekadar karena keahliannya, tetapi karena Allah telah meninggikan derajatnya.

Praktik Nyata Adab Santri terhadap Guru

  1. Menjaga Sikap dan Ucapan

Santri tidak boleh meninggikan suara di hadapan guru. Ia harus berbicara dengan sopan, bahkan lebih rendah daripada cara bicaranya kepada teman sebaya.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

  1. Tidak Mendahului Guru dalam Berbicara

Ketika guru sedang menerangkan, santri wajib mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tidak boleh memotong pembicaraan atau meremehkan penjelasan.

  1. Merendahkan Diri di Hadapan Guru

Adab seorang santri terlihat dari kerendahan hati. Ia tidak menatap gurunya dengan pandangan menantang, tetapi dengan rasa hormat yang tulus.

  1. Mendoakan Guru

Santri yang baik senantiasa mendoakan gurunya. Doa itu menjadi wujud syukur atas ilmu yang diterima.

Dimensi Spiritual Hormat kepada Guru

Menghormati guru bukan hanya soal etika sosial, tetapi juga ibadah. Imam al-Syafi’i pernah berkata:

“Aku membuka lembaran kitab di hadapan guruku dengan sangat pelan, karena aku tidak ingin suara lembaran itu mengganggu beliau.”

Kisah ini menunjukkan betapa adab kepada guru adalah bagian dari keberkahan ilmu.

Tantangan Santri Zaman Modern

Di era serba cepat, sebagian santri terjebak dalam sikap kurang sabar. Ada yang lebih percaya pada informasi internet dibanding penjelasan guru. Bahkan, ada yang merasa cukup belajar mandiri tanpa bimbingan. Fenomena ini berbahaya, karena ilmu tanpa adab melahirkan kesombongan.

Santri masa kini harus mampu menyeimbangkan antara teknologi dan tradisi. Internet memang menyimpan banyak pengetahuan, tetapi seorang guru memberikan sesuatu yang tak bisa digantikan: kebijaksanaan, pengalaman, dan keberkahan doa. Karena itu, menghormati guru tetap relevan di era modern.

Peran Guru sebagai Teladan

Menghormati guru juga menuntut guru untuk menjadi pribadi yang patut dihormati. Guru yang sabar, ikhlas, dan bijaksana akan lebih mudah dihormati santrinya. Seperti pepatah Arab:

“الطريق إلى القلب هو القدوة”

“Jalan menuju hati adalah keteladanan.”

Guru yang menjaga lisannya, menepati janji, dan mengajar dengan kasih sayang sesungguhnya sedang menanamkan adab lebih dalam daripada sekadar kata-kata.

Hormat pada Guru sebagai Jalan Keberkahan

Seorang santri yang menghormati guru akan merasakan kelapangan ilmu. Sebaliknya, yang meremehkan guru akan kehilangan keberkahan. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orang tua, tidak menyayangi yang muda, dan tidak mengenal hak orang alim di antara kami.” (HR. Ahmad).

Hadits ini menegaskan kewajiban santri untuk mengenal hak guru sebagai orang alim.

Kesimpulan

Adab seorang santri kepada guru adalah pintu keberkahan ilmu. Kitab Akhlaq lil Banin mengajarkan bahwa ilmu tanpa adab hanyalah kumpulan kata tanpa ruh. Seorang santri yang menjaga adabnya akan dipermudah oleh Allah dalam memahami ilmu dan mengamalkannya.

Santri yang beradab ibarat pohon yang berakar kuat. Ia mungkin tumbuh pelan, tetapi kokoh dan meneduhkan. Menghormati guru bukan sekadar formalitas, tetapi cermin dari kesadaran hati bahwa ilmu adalah cahaya. Cahaya itu hanya akan singgah pada hati yang merendah, hati yang tunduk, dan hati yang penuh hormat kepada guru.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement