SURAU.CO-Zaid ibn Haritsah ibn Syurahil adalah sahabat sekaligus sahaya Rasulullah yang kemudian beliau merdekakan. Rasulullah sangat menyayanginya karena Zaid sejak kecil telah hidup bersama beliau. Ayahnya bernama Haritsah ibn Syurahil ibn Ka‘b dan ibunya bernama Su’da binti Tsa‘labah yang berasal dari daerah Thayy.
Haritsah sangat menyayangi putranya, Zaid. Pada suatu hari, Su’da meminta izin kepada suaminya untuk mengunjungi keluarganya bersama Zaid. Haritsah pun memberinya izin. Dalam perjalanan, keduanya bertemu dengan rombongan berkuda dari Bani al-Qain ibn Jisr. Mereka menangkap ibu dan anak itu, lalu mengambil Zaid sebagai tawanan. Mereka kemudian menjualnya di pasar Ukaz. Akhirnya ia dibeli oleh Hakim ibn Hizam. Ia membeli Zaid bukan untuk kebutuhan dirinya, melainkan untuk ia hadiahkan kepada bibinya, Khadijah binti Khuwailid. Khadijah sendiri langsung memberikan Zaid kepada suaminya, Abu al-Qasim Rasulullah saw., pada masa sebelum kenabian. Saat itu Zaid baru berusia delapan tahun.
Rasulullah mengangkat Zaid sebagai anak
Nabi Muhammad kemudian memerdekakannya, bahkan mengangkatnya sebagai anak. Sejak itulah ia dipanggil Zaid ibn Muhammad sampai akhirnya turun firman Allah yang melarang tabanni (melekatkan nama seseorang kepada anak angkat), “Panggillah mereka dengan (nama) bapak mereka…”
Su’da pulang menemui suaminya dengan penuh rasa bersalah dan penyesalan yang dalam. Tentu saja Haritsah sangat berduka ketika istrinya itu mengabarkan apa yang terjadi pada putra tercintanya. Duka dan kepedihannya itu terungkap dalam larik-larik syairnya:
“Kutangisi Zaid, aku tak tahu apa yang sedang ia lakukan, Adakah ia masih hidup, ataukah ia telah tinggalkan dunia”
Pada musim haji, Zaid berjumpa dengan rombongan dari Bani Kilab, yang satu kabilah dengan keluarganya. Setelah saling berkenalan, Zaid mengirim pesan untuk dapat mereka sampaikan kepada keluarganya. Sebuah pesan dalam bentuk syair:
“Sungguh aku rindu kepadamu wahai kaumku, meskipun jauh, hatiku tetap serasa ada di rumah, syukur kepada Allah, aku menetap bersama keluarga mulia, Mereka menyayangi, menghargai, dan sangat mencintaiku”
Kabar Zaid sampai kepada ayahnya
Usai musim haji, rombongan Bani Kilab itu pulang ke kampung halaman. Tiba di sana, mereka menyampaikan kabar tentang Zaid kepada ayahnya, Haritsah dan pamannya, Ka‘b. Mendengar kabar tersebut mereka berdua segera berangkat ke Makkah untuk menebusnya. Sesampainya di Makkah dan berjumpa dengan Nabi, mereka berdua berkata, “Wahai putra Abdul Muthalib, hai putra Hasyim, hai pemimpin kaum! Kami datang untuk mengambil putra kami yang ada bersamamu. Serahkanlah ia kepada kami, dan biarkan kami menebusnya.”
Rasulullah bersabda, “Siapakah anak yang engkau maksud?”
Mereka menjawab, “Zaid ibn Haritsah.”
Beliau bersabda, “Mintalah selain itu.”
“Apakah maksud Tuan?”
“Panggillah dia dan biarkan dia memilih. Jika ia memilih kalian maka ia milik kalian, tetapi jika ia memilihku maka, demi Allah, aku tak dapat menolak orang yang memilihku.”
Mereka berkata, “Kami mengenal kebaikanmu, dan hari ini engkau telah berbuat baik kepada kami.”
Lebih memilih bersama Rasulullah
Rasulullah memanggil Zaid dan berkata, “Apakah kau mengenal kedua orang ini?”Zaid menjawab, “Ya, aku mengenal mereka. Ini adalah ayahku, dan ini pamanku.”
“Engkau telah mengenalku. Kau sendiri mengetahui bagaimana perlakuanku kepadamu. Sekarang, kubebaskan engkau memilih, apakah memilih aku atau mereka?”
“Aku mencintai mereka, tetapi bagiku, engkau bagaikan ayah dan paman.”
Mendengar jawaban Zaid, ayahnya berkata, “Celakalah engkau hai Zaid, apakah kau lebih memilih menjadi budak daripada hidup merdeka? Apakah kau lebih memilih dia daripada ayah dan pamanmu sendiri?” Zaid menjawab, “Benar, aku sangat mengenal beliau. Aku tak dapat menggantikannya dengan siapa pun.”
Ketika Rasulullah mendengar ucapan Zaid, beliau keluar menuju Hijir (Ismail) di dekat Ka‘bah lalu berkata, “Wahai penduduk Makkah, saksikanlah bahwa Zaid adalah putraku, ia mewarisiku dan aku mewarisinya.” Saat ayah dan paman Zaid mendengar ucapan Nabi saw., hati mereka diliputi rasa tenang dan kagum sehingga mereka memutuskan untuk pulang ke kampung halaman.
Berislamnya Zaid
Ada perbedaan pendapat tentang siapa yang masuk Islam lebih dulu sebelum Zaid ibn Haritsah. Al-Zuhri berkata, “Kami tidak tahu siapa yang masuk Islam sebelum Zaid ibn Haritsah.” Abu Umar meriwayatkan dari al-Zuhri bahwa orang pertama yang memeluk Islam adalah Khadijah. Ibn Ishaq menuturkan bahwa setelah Khadijah, yang memeluk Islam berikutnya adalah Ali ibn Abi Thalib, kemudian Zaid, lalu Abu Bakar. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa yang pertama memeluk Islam adalah Abu Bakar, kemudian Ali, barulah Zaid.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
