Khazanah
Beranda » Berita » Belajar Akhlak dari Rumah: Hormat pada Orang Tua Menurut Kitab Akhlaq lil Banin

Belajar Akhlak dari Rumah: Hormat pada Orang Tua Menurut Kitab Akhlaq lil Banin

Anak hormat pada orang tua menurut Akhlaq lil Banin
Ilustrasi realistik, nyeni, dengan nuansa hangat dan filosofis, menggambarkan bakti seorang anak kepada orang tua.

Rumah adalah madrasah pertama bagi anak. Dari sanalah ia belajar berbicara, berperilaku, dan menata hati. Nilai akhlak yang baik tidak tumbuh begitu saja; ia mesti ditanam, dirawat, dan dicontohkan. Salah satu akhlak paling agung dalam Islam adalah hormat kepada orang tua. Sikap ini bukan hanya norma sosial, melainkan perintah langsung dari Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ.

Dalam Kitab Akhlaq lil Banin karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja, hormat kepada orang tua ditempatkan sebagai fondasi pendidikan akhlak. Penulis menegaskan bahwa anak yang baik adalah anak yang taat, berbakti, dan tidak menyakiti hati kedua orang tuanya. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya…” (QS. Al-Isra’ [17]: 23).

Ayat ini menegaskan bahwa setelah tauhid, kewajiban terbesar seorang anak adalah berbakti kepada orang tua.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Mengapa Hormat pada Orang Tua Adalah Pilar Akhlak?

Hormat pada orang tua bukan sekadar etika, melainkan refleksi iman. Islam menempatkan bakti pada orang tua setara dengan ketaatan kepada Allah. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim:

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قِيلَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ…

“Rasulullah ditanya: ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab: shalat tepat pada waktunya. Ditanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab: berbakti kepada kedua orang tua…” (HR. Bukhari & Muslim).

Hadits ini menunjukkan posisi mulia hormat pada orang tua, bahkan ditempatkan setelah ibadah pokok seperti shalat.

Ajaran Kitab Akhlaq lil Banin tentang Bakti kepada Orang Tua

Dalam Akhlaq lil Banin (جملة من الآداب والأخلاق الإسلامية), Syaikh Umar Baraja menjelaskan adab seorang anak terhadap orang tua. Salah satu nasihat yang terkenal berbunyi:

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

أَطِعْ وَالِدَيْكَ وَكُنْ بَارًّا بِهِمَا، وَلَا تَعْصِهِمَا فَإِنَّ فِي ذَلِكَ سَخَطَ اللهِ

Taatilah kedua orang tuamu, berbuat baiklah kepada mereka, dan jangan durhaka kepada mereka, karena dalam kedurhakaan terdapat murka Allah.

Kalimat ini sederhana tetapi mendalam. Anak yang baik bukan hanya patuh ketika disuruh, melainkan menjaga sikap, ucapan, dan hati agar tidak menyakiti orang tua.

Dimensi Psikologis dan Sosial Menghormati Orang Tua

  1. Membentuk Karakter Rendah Hati

Ketika seorang anak terbiasa menghormati orang tuanya, ia belajar rendah hati sejak dini. Ia menyadari bahwa dirinya tidak bisa berdiri sendiri tanpa jasa orang tua. Rasa syukur ini melahirkan kepribadian yang lembut dan jauh dari kesombongan.

  1. Menjadi Fondasi Etika Sosial

Hormat pada orang tua melatih anak untuk menghargai orang lain. Jika ia mampu menghormati orang yang paling dekat, maka ia akan lebih mudah menghormati guru, tetangga, dan masyarakat luas.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

  1. Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga

Sikap hormat menciptakan kedamaian di rumah. Anak yang patuh membuat orang tua merasa dihargai, sementara orang tua yang dihormati cenderung lebih sabar dalam mendidik.

Hormat kepada Orang Tua Menurut Perspektif Al-Qur’an

Al-Qur’an berulang kali menekankan akhlak ini. Dalam surat Luqman ayat 14, Allah ﷻ berfirman:

وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Kulah kembalimu.

Ayat ini menghubungkan rasa syukur kepada Allah dengan rasa syukur kepada orang tua. Menyakiti orang tua berarti mengingkari nikmat Allah yang telah menurunkan kasih sayang melalui mereka.

Praktik Menghormati Orangtua dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Menjaga Ucapan

Anak tidak boleh berkata kasar kepada orang tuanya. Al-Qur’an melarang anak berkata “ah” kepada orang tua, apalagi membentak.

  1. Membantu tanpa Diminta

Seorang anak yang berbakti akan berinisiatif membantu pekerjaan orang tua, tanpa menunggu perintah.

  1. Mendoakan Orang Tua

Doa anak yang shalih menjadi amal jariyah bagi orang tuanya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim).

Tantangan Zaman Modern: Hormat yang Mulai Pudar

Di era digital, banyak anak lebih sibuk dengan gawai daripada berbincang dengan orang tua. Percakapan hangat di ruang keluarga sering tergantikan oleh layar yang dingin. Anak lebih cepat menanggapi notifikasi media sosial daripada menjawab panggilan ayah atau ibu. Fenomena ini melahirkan jarak emosional yang kian melebar. Jika dibiarkan, anak bisa kehilangan kepekaan terhadap kebutuhan batin orang tua. Mereka mungkin memberikan uang atau hadiah sebagai bentuk kasih sayang, tetapi sesungguhnya yang paling dirindukan orang tua adalah perhatian, sapaan hangat, dan keberadaan anak di sisinya.

Tantangan ini menuntut kesadaran baru. Anak perlu menata kembali prioritas hidupnya. Teknologi memang penting, tetapi tidak boleh menyingkirkan hubungan paling mendasar: ikatan keluarga. Menghormati orang tua berarti hadir secara utuh, tidak hanya fisik tetapi juga hati. Anak yang mampu membatasi dirinya dari candu digital, lalu menyisihkan waktu khusus untuk mendengarkan orang tua, sejatinya sedang melatih jiwa agar lebih sabar dan peka. Inilah bentuk penghormatan modern yang tidak kalah nilainya dengan bentuk penghormatan klasik, yakni menemani dan mendengarkan dengan sepenuh hati.

Peran Orang Tua dalam Menanamkan Akhlak

Kitab Akhlaq lil Banin tidak hanya menuntut anak untuk taat, tetapi juga memberi isyarat agar orang tua menjadi teladan. Anak akan lebih mudah menghormati orang tua yang adil, penyayang, dan konsisten. Orang tua yang mampu menjaga tutur kata, berlaku jujur, dan memperlakukan anak dengan kelembutan akan membangkitkan rasa hormat tanpa paksaan. Sebaliknya, orang tua yang sering marah tanpa alasan, tidak menepati janji, atau berlaku kasar justru melemahkan wibawa di hadapan anak. Dengan demikian, akhlak tidak dapat ditanamkan hanya lewat nasihat, melainkan juga melalui teladan nyata sehari-hari.

Peran orang tua juga terletak pada kemampuan mereka menghadirkan suasana rumah yang kondusif. Jika rumah menjadi tempat nyaman untuk bertukar cerita, maka anak akan terbiasa terbuka dan dekat dengan orang tuanya. Sebaliknya, bila rumah penuh pertengkaran, anak akan mencari pelarian ke luar dan menjauh dari nilai-nilai keluarga. Oleh karena itu, orang tua harus hadir bukan hanya sebagai pemberi aturan, tetapi juga sebagai sahabat yang bijaksana. Dengan sikap konsisten ini, anak belajar bahwa hormat pada orang tua bukan sekadar kewajiban, tetapi juga kebanggaan yang melekat dalam dirinya.

Penutup

Bakti kepada orang tua adalah jalan menuju ridha Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR. Tirmidzi).

Sikap hormat bukan sekadar kewajiban, melainkan investasi spiritual. Anak yang berbakti membuka pintu rahmat Allah, sementara anak yang durhaka menutup keberkahan hidupnya.

Rumah adalah madrasah. Orang tua adalah guru. Dan anak adalah murid yang terus belajar. Hormat bukan sekadar tunduk, tetapi cermin cinta yang tulus. Dari situlah akhlak tumbuh, dari situlah iman bersemi. Jika kita ingin membangun generasi berkarakter, mari kita mulai dari rumah dengan satu pelajaran abadi: berbakti kepada orang tua.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement