𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗔𝗱𝗮 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻 𝗠𝗼𝗿𝗮𝗹 𝗠𝗲𝗺𝗯𝗮𝘆𝗮𝗿 𝗣𝗮𝗷𝗮𝗸 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗣𝗲𝗻𝗴𝘂𝗮𝘀𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗲𝗻𝗶𝗻𝗱𝗮𝘀 𝗥𝗮𝗸𝘆𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝗸𝗮𝘆𝗮 𝗞𝗼𝗿𝘂𝗽𝘁𝗼𝗿

SURAU.CO – Sudah terlalu lama umat dipaksa menanggung beban sistem yang mereka tidak ikut merancang. Sistem yang berdiri di atas kebohongan moral, menamakan dirinya “negara,” namun hidup dari hasil jerih payah rakyat yang ditindas, bukan dilindungi.

Pajak dijadikan alat untuk memperkaya segelintir penguasa, sementara rakyat dijerat dengan peraturan yang menutup ruang hidupnya.

Maka, bagaimana mungkin disebut kewajiban bila keadilan telah tiada?
Bagaimana bisa dikatakan taat, bila yang ditaati justru menentang hukum Allah?

Dalam Islam, kewajiban tidak lahir dari paksaan, tetapi dari amanah dan keadilan.
Rasulullah ﷺ bersabda:

“𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗸𝗲𝘁𝗮𝗮𝘁𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗺𝗮𝗸𝗵𝗹𝘂𝗸 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗮𝗸𝘀𝗶𝗮𝘁 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗞𝗵𝗮𝗹𝗶𝗾.”
(HR. Ahmad dan Hakim)

Ketaatan memiliki batas, dan batas itu adalah hukum Allah. Ketika pajak dijadikan alat kezaliman, bukan instrumen kesejahteraan, maka hilanglah nilai moral dari ketaatan itu.

Maka, tidak ada kewajiban moral, apalagi syar‘i, untuk mendukung sistem yang memperkaya koruptor dan menindas rakyatnya.

𝗣𝗮𝗷𝗮𝗸 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗧𝗶𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗦𝘆𝗮𝗿𝗶𝗮𝘁

Islam tidak menolak pungutan, tetapi menempatkannya dalam bingkai ibadah, bukan eksploitasi. Konsepnya bukan “pajak zalim”, melainkan zakat, yang disyariatkan untuk menjaga keseimbangan sosial dan spiritual.

Zakat adalah wujud kasih sayang Allah bagi manusia, sementara pajak zalim adalah manifestasi kerakusan manusia yang menyingkirkan Allah dari hukum kehidupan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗮𝘀𝘂𝗸 𝘀𝘂𝗿𝗴𝗮 𝗽𝗲𝗺𝘂𝗻𝗴𝘂𝘁 𝗽𝗮𝗷𝗮𝗸 (𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘇𝗮𝗹𝗶𝗺).”
(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Para ulama menjelaskan bahwa mukus, atau pungutan yang tidak ditetapkan oleh syariat dan tidak untuk kemaslahatan umat, termasuk dosa besar.
Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menegaskan:

“𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘁𝗼𝗹𝗼𝗻𝗴-𝗺𝗲𝗻𝗼𝗹𝗼𝗻𝗴 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗱𝗼𝘀𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗺𝘂𝘀𝘂𝗵𝗮𝗻.”
(QS. Al-Māidah [5]: 2)

Pajak yang dijalankan tanpa syariat hanyalah perampasan yang dilegalkan.
Ia mengalir bukan untuk rakyat, tapi untuk menopang sistem kufur yang menolak hukum Allah.

Maka, siapa yang sadar, wajib menolak ketundukan pada kezaliman, bukan dengan kebencian, tetapi dengan ilmu dan kesadaran syar‘i.

𝗞𝗲𝘇𝗮𝗹𝗶𝗺𝗮𝗻 𝗙𝗶𝘀𝗸𝗮𝗹 𝗱𝗶 𝗕𝗮𝘄𝗮𝗵 𝗦𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗞𝘂𝗳𝘂𝗿

Sistem kufur modern berdiri di atas logika pemerasan yang dibungkus jargon pembangunan.

Sumber daya alam milik rakyat dikuasai segelintir korporasi, dan rakyat dibebani pajak yang menjerat, sementara mereka tidak pernah merasakan hasilnya.

Korupsi menjadi tradisi, hukum menjadi alat kekuasaan, dan moral keadilan terkubur oleh birokrasi tanpa ruh.

Itulah wajah sistem kufur menindas atas nama “aturan,” menjarah atas nama “negara.”
Kezaliman fiskal adalah simbol hilangnya tauhid dalam kehidupan sosial, ketika manusia menuhankan hukum buatan dan mengabaikan hukum Rabb-nya.

Negeri yang kaya sumber daya, tapi miskin keberkahan, bukan karena kurang emas, bukan karena kurang minyak tapi karena menolak hukum Allah sebagai sumber aturan.
Inilah akar dari kehancuran: ketika amanah diganti dengan kerakusan, dan hukum syariat disingkirkan oleh hawa nafsu kekuasaan. Bahkan dibawah pengelolaan Sistem Islam setiap rakyat bisa mendapat lebih dari 20 juta ( Tunai/Subsidi Ekonomi Sosial ) setiap bulan nya dari seluruh kekayaan Alam tanpa harus pungutan pajak dari rakyat yang bisa kembali digunakan untuk pendidikan, kebutuhan sandang pangan dan papan. Sehingga Rakyat kepemilikan negara kembali pada rakyat Indoneiaa bukan oleh penjajah oligarki dan kapitalsi seperti sekarang.

𝗗𝗮𝗺𝗽𝗮𝗸 𝗣𝗼𝘀𝗶𝘁𝗶𝗳 𝗧𝗮𝗮𝘁 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗦𝘆𝗮𝗿𝗶𝗮𝘁

Namun ketahuilah saat umat kembali tunduk pada syariat Allah, sistem zalim akan runtuh dengan sendirinya.
Bukan karena revolusi kekuatan saja, tapi karena kekuatan nilai dan keberkahan.

Ketika hukum Allah ditegakkan, rakyat akan diselamatkan dari 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗱𝘂𝗮 𝗸𝗲𝗵𝗮𝗻𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻:
𝗸𝗲𝗵𝗮𝗻𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮 𝗸𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗸𝗲𝘇𝗵𝗮𝗹𝗶𝗺𝗮𝗻, 𝗱𝗮𝗻
𝗸𝗲𝗵𝗮𝗻𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿𝗮𝘁 𝗸𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗸𝗲𝗸𝘂𝗳𝘂𝗿𝗮𝗻.

Sumber daya alam yang selama ini dijarah oleh sistem kufur akan kembali menjadi amanah umat.

Harta milik bersama air, tambang, energi, bumi dikelola sesuai syariat, bukan untuk memperkaya segelintir, tetapi untuk menyejahterakan seluruh rakyat.

Di bawah sistem Islam, tidak ada lagi sekat suku, ras, dan agama dalam keadilan.
Syariat menjamin setiap manusia Muslim maupun non-Muslim hak yang sama dalam perlindungan, kesejahteraan, dan keadilan.

𝙄𝙨𝙡𝙖𝙢 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙚𝙧𝙥𝙞𝙝𝙖𝙠 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙗𝙖𝙣𝙜𝙨𝙖 𝙖𝙩𝙖𝙪 𝙠𝙚𝙡𝙤𝙢𝙥𝙤𝙠, 𝙩𝙚𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙠𝙚𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙣𝙖𝙧𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙖𝙙𝙞𝙡𝙖𝙣.

Sistem Islam tidak menindas rakyat, melainkan menumbuhkan keberkahan dari setiap sendi kehidupan.

Hanya dengan kembali kepada hukum Allah, manusia akan merasakan kemerdekaan sejati: bebas dari penindasan manusia, tunduk hanya kepada Rabb semesta alam.

𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻 𝗞𝗲𝘀𝗮𝗱𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗨𝗺𝗮𝘁

𝗪𝗮𝗵𝗮𝗶 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺, 𝘀𝗮𝗱𝗮𝗿𝗹𝗮𝗵.
Keadilan sejati tidak akan lahir dari sistem kufur yang menolak hukum Allah.
Negeri yang menyingkirkan syariat tidak akan pernah berdaulat, sekalipun benderanya berkibar di seluruh dunia.
Kembalilah kepada hukum Allah, karena hanya di bawah naungan-Nya, keadilan, kemuliaan, dan kesejahteraan akan ditegakkan tanpa syarat dan tanpa pilih kasih.

𝗪𝗮𝗵𝗮𝗶 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝘂𝗹𝗮𝗺𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗶𝗻𝘁𝗲𝗹𝗲𝗸𝘁𝘂𝗮𝗹,
Berhentilah menutup mata di hadapan kebenaran yang terang benderang.
Setiap kali kalian membela sistem demokrasi sekuler, kalian sejatinya sedang menegakkan tiang kekufuran di tengah umat yang haus keadilan.

Janganlah kemuliaan ilmu dijadikan tameng untuk melanggengkan sistem yang menolak hukum Allah.

𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢, 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨𝘬𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘬𝘶𝘧𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘪𝘴𝘵𝘪𝘭𝘢𝘩 “𝘪𝘫𝘵𝘪𝘩𝘢𝘥 𝘱𝘰𝘭𝘪𝘵𝘪𝘬” 𝘢𝘵𝘢𝘶 “𝘳𝘦𝘢𝘭𝘪𝘵𝘢𝘴 𝘻𝘢𝘮𝘢𝘯,” 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘦𝘳𝘶𝘮𝘶𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘮𝘢𝘵 𝘬𝘦 𝘫𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘴𝘱𝘪𝘳𝘪𝘵𝘶𝘢𝘭 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢𝘣𝘢𝘯.
Karena demokrasi sekuler bukan jalan keselamatan, melainkan alat penjajahan modern yang mengikat umat dengan rantai undang-undang manusia, bukan dengan hukum Rabb-nya.

𝗪𝗮𝘀𝗽𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵, 𝘄𝗮𝗵𝗮𝗶 𝗽𝗲𝘄𝗮𝗿𝗶𝘀 𝗶𝗹𝗺𝘂

Ilmu tanpa keberanian akan berubah menjadi alat kekuasaan, dan dakwah tanpa ketegasan hanya akan menjadi hiasan di panggung kebohongan.

Selama umat terus dibimbing untuk tunduk pada sistem kufur, selama itu pula penjajahan akan terus bernafas di bumi ini menjarah kekayaan, memenjarakan akal, dan memadamkan cahaya tauhid dari dada generasi.

𝗠𝗮𝗸𝗮 𝗯𝗮𝗻𝗴𝗸𝗶𝘁𝗹𝗮𝗵!
Bersihkan barisan umat dari pemikiran kufur yang menodai kemuliaan syariat.
Tegakkan kembali hukum Allah sebagai satu-satunya sumber keadilan dan kemerdekaan hakiki bagi seluruh manusia.

Mari kita hijrah dari berlindung dari laknat Allah ketika masih tetap dalam kekufuran dan betah dijajah dan diperbudak sistem zalim demokrasi sekuler warisan pedalaman pagan Yunani Kuno.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
“𝗗𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗯𝗲𝗿𝗵𝘂𝗸𝘂𝗺 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗶𝘁𝘂𝗿𝘂𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵, 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗶𝘁𝘂𝗹𝗮𝗵 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝗳𝗶𝗿.”
(QS. Al-Māidah [5]: 44)

Keadilan sejati tidak lahir dari suara mayoritas, tetapi dari ketaatan kepada wahyu.
Hanya sistem Islam yang mampu memerdekakan manusia dari perbudakan sesama manusia.

Sebarkan Dakwah jauhi Fitnah dan Mari Mulai Detik ini Kita Campakkan Ideologi Penjajah Pedalaman Pagan Jahiliyah ini agar  Pikiran mulai Dinaungi oleh Kebesaran Syariat Allah yang Agung dan Mulia. 𝙂𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊.  (Rahmat Pikiran)