Kisah
Beranda » Berita » Misteri Kisah Nabi Adam AS: Antara Wahyu dan Jejak Sains

Misteri Kisah Nabi Adam AS: Antara Wahyu dan Jejak Sains

Misteri Kisah Nabi Adam AS: Antara Wahyu dan Jejak Sains
Ilustrasi Misteri Kisah Nabi Adam AS. (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Siapa sebenarnya manusia pertama di bumi? Pertanyaan ini sudah lama menggugah pikiran dan menjadi bahan renungan. Umat ​​Islam meyakini dengan jelas: Nabi Adam AS adalah manusia pertama sekaligus nabi pertama. Namun, kapan tepatnya dia diciptakan dan diturunkan ke bumi, masih menjadi misteri.

Al-Qur’an menyebutkan bahwa Allah SWT menciptakan Adam AS dari tanah. Allah tidak melahirkannya melalui proses penciptann manusia pada umumnya, melainkan menciptakannya langsung dengan kehendak-Nya. Proses ini menjadikan Adam AS istimewa, sebanding dengan Nabi Isa AS yang Allah lahirkan tanpa ayah. Allah juga menegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 30 bahwa Dia menjadikan Adam sebagai khalifah di bumi.

Adam AS dan “Manusia Sebelum Manusia”

Mayoritas ulama menyebut Adam AS sebagai manusia pertama. Namun sebagian ulama menafsirkan bahwa sebelum Allah menurunkan Adam, sudah ada makhluk lain yang hidup di bumi. Mereka mengaitkan hal ini dengan pernyataan malaikat dalam Surah Al-Baqarah 2:30: “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah?”

Siapakah makhluk itu? Para ahli tafsir memberikan jawaban yang berbeda. Sebagian menyebut jin, sebagian lagi menghubungkannya dengan manusia purba sebelum Homo sapiens modern. Ilmu pengetahuan modern mencatat bahwa ribuan tahun sebelum peradaban tumbuh, dihuni bumi Neanderthal dan Homo sapiens awal. Keduanya pernah hidup berdampingan. Para peneliti bahkan menduga Homo sapiens menyebabkan kepunahan Neanderthal sekitar 35–28 ribu tahun yang lalu. Mungkinkah malaikat merujuk pada mereka sebagai “makhluk yang suka menumpahkan darah”? Hanya Allah SWT yang tahu.

Adam AS dan Karunia Al-Bayan

Keistimewaan Adam AS tidak hanya pada saat penciptaannya. Allah membekali nabi adam dengan akal dan kemampuan bahasa. Surat Ar-Rahman 55:3–4 menegaskan bahwa Allah mengajarkan manusia pandai berbicara (al-bayan). Kemudian lahirlah kemampuan untuk berkomunikasi, menyusun ide, dan mengembangkan peradaban.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Manusia juga mengungkapkan idenya melalui simbol, tulisan, lukisan, dan tata cara penguburan. Arkeolog menemukan jejak ini dalam bentuk gambar di dinding gua, patung kecil, dan ritual pemakaman prasejarah. Semua penemuan yang ditampilkannya bahwa sejak awal manusia memang memiliki kemampuan berpikir dan berbahasa.

Kapan Adam AS Diciptakan?

Pertanyaan “kapan Allah menciptakan Adam AS?” tetap belum menemukan jawaban pasti. Al-Qur’an tidak menyebutkan tahun atau periode tertentu. Namun, para peneliti mencoba menjelaskannya melalui kajian geologi dan arkeologi.

Sebagian ilmuwan memperkirakan Allah menciptakan Adam AS pada masa transisi dari Zaman Es (Pleistosen) ke Zaman Holosen, sekitar 13–8 ribu tahun yang lalu. Pada periode itu terjadi fenomena Younger Dryas, ketika iklim bumi tiba-tiba kembali dingin lalu menghangat lagi. Masa ini juga bertepatan dengan lahirnya budaya pertanian di wilayah Fertile Crescent, yaitu daerah pinggiran yang dialiri Sungai Tigris dan Efrat.

Jika dugaan ini benar, Adam AS mungkin hidup di era ketika manusia mulai meninggalkan pola hidup berburu dan meramu, lalu beralih ke pertanian dan kehidupan menetap. Dari era inilah peradaban manusia bertumbuh.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Qabil dan Habil: Kisah Dua Anak Adam

Al-Qur’an juga memberi petunjuk tentang zaman Adam AS melalui kisah dua anaknya, Qabil dan Habil (Al-Maidah 5:27). Qabil sebagai petani mempersembahkan hasil panen yang buruk, sedangkan Habil sebagai peternak mempersembahkan kurban dengan ikhlas. Karena iri, Qabil membunuh Habil, sehingga tercatat sebagai pembunuhan pertama dalam sejarah manusia.

Dalam Perjanjian Lama juga mengisahkan peristiwa ini, tetapi menyebut keduanya sebagai cucu Adam. Kitab itu menyimpan lokasi peristiwa di tanah Nod di sebelah timur Taman Eden. Para ahli mengira Eden berada di sekitar Fertile Crescent, wilayah yang kini meliputi Irak, Suriah, dan sekitarnya.

Penelitian arkeologi menunjukkan bahwa pada awal Holosen, sekitar 12–8 ribu tahun yang lalu, masyarakat di wilayah tersebut mulai mengenal pertanian dan peternakan. Kisah Qabil dan Habil tampak selaras dengan perubahan besar dalam sejarah manusia, dari perburuan menjadi cocok tanam.

Antara Wahyu dan Ilmu

Membicarakan Nabi Adam AS berarti menyatukan dua jalur pengetahuan: wahyu dan sains. Wahyu menyampaikan kisah yang sarat hikmah, sedangkan ilmu pengetahuan berusaha mengungkap bukti empiris melalui fosil, artefak, dan lapisan tanah.

Namun, kita perlu sadar bahwa keduanya memiliki batas. Wahyu menghadirkan kebenaran ilahi yang pasti, sedangkan sains hanya menunjukkan upaya manusia memahami dunia dengan keterbatasannya. Apa yang tidak terjangkau oleh ilmu pengetahuan, Allah SWT tetap mengetahuinya.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Kita mungkin tidak pernah tahu kapan tepatnya Allah menciptakan Adam AS. Namun, kita tetap meyakini beliau sebagai manusia pertama sekaligus nabi pertama. Pada akhirnya, Allah SWT menegaskan bahwa manusia harus bersyukur atas kehormatan itu. Tugas manusia adalah menjaga bumi, bukan merusaknya atau menumpahkan darah sesamanya.

Referensi

  1. Al-Qur’anul Karim
  2. Stringer, C. (2012). Asal Usul Spesies Kita . Buku Pinguin.

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement