SURAU.CO. Global Sumud Flotilla (GSF) adalah sebuah inisiatif maritim besar yang dipimpin masyarakat sipil internasional. Aliansi ini pertama kali meluncur pada pertengahan 2025. Tujuannya sangat jelas yaitu mendobrak blokade ilegal Israel Jalur Gaza untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.
Nama “Sumud” berasal dari bahasa Arab. Artinya ‘keteguhan’ atau ‘ketahanan’. Nama tersebut mencerminkan semangat juang para partisipan terhadap konflik yang ada di Palestina. Inisiatif GSF terbentuk pada Juli 2025 di tengah konflik genosida Gaza yang sedang berlangsung. Adalah organisasi Freedom Flotilla Coalition, Global Movement to Gaza, dan Maghreb Sumud Flotilla mengorganisir gerakan ini. Lebih dari 50 kapal berpartisipasi dengan ribuan orang dari lebih dari 44 negara ikut serta.
Sebenarnya aksi kapal-kapal kemanusiaan telah berlangsung mulai 2010. Namun, setelah itu, kapal-kapal bantuan selalu mendapatkan blokadi dari . pasukan Israel. Bahkan mereka menyerang kapal-kapal tersebut. Insiden terbaru terjadi pada Juni dan Juli 2025 dimana kapal-kapal itu mendapat serangan drone pasukan zionis Israel.
Jejak Kemanusiaan Indonesia
Ada empat kemitraan besar mendukung misi ini. Pertama, Global Movement to Gaza (GMTG). Ini adalah gerakan akar rumput internasional dan telah lama mengorganisir aksi solidaritas global. Kedua, Freedom Flotilla Coalition (FFC). Organisasi ini berpengalaman 15 tahun dalam misi laut ke Gaza. Ini termasuk flotilla legendaris Mavi Marmara, Madleen, dan Handala. Kemudian, ketiga adalah Maghreb Sumud Flotilla dari Afrika Utara yang mengorganisir solidaritas konvoi. Keempat, Sumud Nusantara yang armada dari Malaysia serta delapan negara lain di Asia Tenggara. Mereka membawa semangat solidaritas negara-negara Global South. Bersama-sama, mereka membentuk konvoi sipil terkoordinasi terbesar dalam sejarah.
Indonesia sendiri turut serta dalam misi ini. Pada Selasa, 19 Agustus 2025, aktivis, relawan, dan organisasi non-pemerintah berkumpul. Mereka membahas pengiriman kapal kemanusiaan dari Indonesia dan bagian dari Global Sumud Flotilla. Perwakilan dari Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) mengirimkan 5 kapal kemanusiaan. Kapal-kapal tersebuit akan berlayar bersama negara lain.
Ada dua puluh orang delegasi dari Indonesia ikut serta dalam misi mulia ini. Mereka terdiri dari beragam latar belakang mulai dari aktivis, jurnalis, dokter, hingga tenaga medis. Selain itu ada publik figur yang aktif di bidang kemanusiaan juga turut bergabung. Mereka menempuh perjalanan jauh mulai dari Jakarta menuju Barcelona. Kemudian berlabuh di Tunisia dan melanjutkan pelayaran menuju laut Mediterania .
Konvoi super besar ini membawa banyak bala bantuan. Bantuan itu meliputi makanan, logistik, dan obat-obatan. Melansir dari akun sosial media Indonesia Peace Convoy (IPC), Indonesia mengirimkan lima kapal kemanusiaan. Nama-nama kapal itu sangat menarik yaitu nama pahlawan nasional seperti Soekarno, Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro, Pati Unus, hingga Malahayati. Nama-nama ini menjadi simbol semangat nasionalisme dan menunjukkan solidaritas Indonesia.
Mengapa Jalur Laut Penting?
Flotilla atau armada kapal bantuan ketika jalur darat dan udara terblokir. Gaza telah mengalami penutupan total oleh Israel sejak 2007. Ini termasuk wilayah udara dan perairannya yang mana Bandara internasional Yasser Arafat hancur pada tahun 2001. Oleh karena itu, jalur laut menjadi satu-satunya cara untuk mengirim bantuan dalam skala besar. Misi laut ini juga membawa pesan politik kuat bahwa blokade adalah bentuk kejahatan kolektif.
Dalam konferensi pers di Barcelona, juru bicara Saif Abukeshek menekankan detail teknis. perkirasan konvoi armada kemanusiaan ini akamn menempuh perjalanan 7-8 hari. Mereka juga merahasiakan rute demi keamanan dengan jarak tempuh sekitar 3.000 km menuju Gaza.
Seperti diketahui Israel memberlakukan blokade baik darat, laut, dan udara. Israel melakukan untuk memutus Gaza dari dunia luar. Laman resmi Global Sumud Flotilla menyatakan Israel mengontrol ketat jalur laut ini. Selain itu Yayasan Kemanusiaan Gaza yang mendapat dukungan AS juga mengontrolnya. Bantuan dari masyarakat dunia sering tertunda dan mendaptkan pembatasan, Bahkan sering menjadu jebakan maut berbahaya bagi warga Palestina.
Oleh karena itu, perjalanan melalui laut adalah hal yang ideal. Ide berlayar ini sah dalam hukum internasional. Kapal sipil membawa bantuan kemanusiaan. Mereka melakukan protes damai di perairan internasional. Ini jelas dilindungi oleh hukum maritim. Seluruh awak kapal telah menjalani pelatihan. Ini untuk memastikan perjalanan aman dan lancar. Inisiatif luar biasa dari banyak negara ini didukung penuh PBB dan menyambut baik upaya ini.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
