Khazanah
Beranda » Berita » Tinggalkan perkara yang bukan Urusanmu

Tinggalkan perkara yang bukan Urusanmu

Tinggalkan perkara yang bukan Urusanmu
Tinggalkan perkara yang bukan Urusanmu

 

SURAU.CO  –  ﺑِﺴْﻢِاللّٰهﺍﻟﺮَّﺣْﻤٰﻦِﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢ. Alhamdulillah. Waktunya sudah tiba untuk kita beristirahat, sebelumnya kita bersama renungkan dibawah ini.

بِسْمِ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita disibukkan dengan hal-hal yang tidak ada manfaatnya bagi kita.
Islam mengajarkan agar kita fokus pada perkara yang bermanfaat dan meninggalkan apa yang tidak berguna.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi No. 2317, Hasan)

Hadits ini menunjukkan bahwa seorang Muslim yang baik adalah yang menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak berguna, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun pikiran.

Perintah Meninggalkan Hal yang Tidak Bermanfaat

Allah ﷻ juga menegaskan dalam Al-Qur’an agar kita menjauhi hal-hal yang tidak membawa manfaat dan lebih fokus pada hal-hal yang bernilai:

  1. Tidak Ikut Campur dalam Urusan yang Tidak Perlu
    Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabi) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu.” (QS. Al-Ma’idah: 101)

Allah Ta’ala mengajarkan kita untuk tidak terlalu banyak bertanya tentang hal-hal yang tidak perlu atau yang justru bisa membawa keburukan.

  1. Menghindari Perkataan Sia-sia
    Allah ﷻ menggambarkan sifat orang yang beruntung, yaitu mereka yang menjauhi perkataan yang tidak bermanfaat:

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perkataan dan perbuatan) yang tidak berguna.” (QS. Al-Mu’minun: 3)

Perkataan yang tidak berguna bisa berupa gosip, debat yang tidak perlu, atau membahas urusan orang lain tanpa manfaat.

Urgensi Riyadhus Shalihin sebagai Pondasi Utama Pendidikan Karakter Bangsa

  1. Fokus pada Amal yang Berharga
    Allah ﷻ juga berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

“Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kalian, maka Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian.’” (QS. At-Taubah: 105)

Ayat ini mengajarkan kita untuk sibuk dengan amal kebaikan dan tidak membuang waktu dengan perkara yang tidak bermanfaat.

Manfaat Meninggalkan Hal yang Tidak Berguna

  1. Menjaga Kehormatan Diri
    Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari No. 6018, Muslim No. 47)

Diam dari perkataan yang tidak bermanfaat lebih baik daripada berbicara sesuatu yang bisa mendatangkan dosa.

  1. Menghindari Fitnah dan Permusuhan
    Ikut campur dalam urusan orang lain sering kali menimbulkan fitnah, dan sebagai akibatnya perselisihan tidak dapat dihindari.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْحَيِيَّ الْحَلِيمَ، الْعَفِيفَ الْمُتَعَفِّفَ

“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang memiliki rasa malu, lembut, menjaga kehormatan, dan tidak ikut campur dalam urusan yang bukan haknya.” (HR. Ahmad No. 2134, Shahih)

  1. Hidup Lebih Tenang dan Produktif
    Meninggalkan perkara yang tidak berguna membuat hidup lebih fokus pada ibadah dan aktivitas yang lebih produktif, sehingga kualitas hidup pun meningkat.

Seorang Muslim yang baik adalah yang tidak mudah ikut campur dalam urusan orang lain, dan sebagai hasilnya dia selalu fokus pada hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya.

Marilah kita jaga lisan, hati, dan perbuatan agar senantiasa dalam kebaikan.

Semoga Allah ﷻ memberikan kita hidayah sehingga kita bisa menjalankan hadits ini dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

Kita tutup dengan membaca do’a Kafaratul Majelis :

سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰه إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُك وَ أَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik”

“Maha Suci Engkau Ya Allah, dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu”. بَارَكَ اللّٰه فِيْكُمْ. (Hasyim Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement