SURAU.CO-Watsilah ibn al-Asqa seorang sahabat Nabi dari suku Kinanah, keturunan Bani Laitsi. Ayahnya bernama al-Asqa ibn Abdul Uzza. Ia memiliki beberapa nama panggilan, seperti Abu al-Asqa, Abu Syaddad, atau Abu Qirshafah.
Tergolong Ahlus Suffah
Watsilah ibn al-Asqa termasuk golongan Ahlus Suffah—orang yang sepenuhnya menyerahkan dirinya untuk beribadah kepada Allah dan menjalani kehidupan yang sangat sederhana. Ibn al-Atsir menuturkan bahwa Watsilah ibn al-Asqa membaktikan dirinya untuk melayani Nabi Muhammad selama tiga tahun. Ia masuk Islam saat beliau hendak berangkat menuju Tabuk. Ia juga termasuk di antara perawi hadis Nabi saw.
Perawi hadis nasab Nabi
Dalam kitab Shahih Muslim, Imam Muslim mencatat sebuah riwayat tentang keutamaan keturunan Nabi saw. Ia meriwayatkan dari al-Walid ibn Muslim dari al-Auza‘i dari Abu Amar dan Syaddad dari Watsilah ibn al-Asqa bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh, Allah telah menurunkan Kinanah dari anak keturunan Ismail, melahirkan suku Quraisy dari suku bangsa Kinanah, melahirkan Bani Hasyim dari tengah-tengah suku Quraisy melahirkanku dari tengah-tengah Bani Hasyim.”
Ibn al-Atsir juga menuturkan dari al-Waqidi bahwa Watsilah ibn al-Asqa tinggal di pinggiran Madinah sampai ia mendatangi Nabi saw. dan menunaikan shalat subuh bersama beliau. Seperti biasa, usai shalat subuh Rasulullah menengok ke belakang dan memperhatikan para sahabatnya. Pandangan beliau tertuju kepada Watsilah, dan beliau bertanya, “Apa yang membawamu datang ke sini?”
Ia menjawab, “Aku ingin berbaiat.”
“Atas dasar sesuatu yang kausuka dan yang tidak kausuka?”
“Benar.”
“Apakah kau sanggup melakukan apa pun yang kau mampu?”
“Ya, aku sanggup.”
Pada saat itu Rasulullah sedang bersiap-siap untuk berangkat ke Tabuk, sementara Watsilah tidak punya apa pun untuk dibawa berperang. Maka, ia berteriak, “Siapakah yang siap menjamin kebutuhanku dan memberikan busur dan anak panahnya?”
Ka‘b ibn Ujrah menjawab, “Aku yang akan menanggungmu dan membawamu nanti malam. Apa pun yang kubawa adalah juga milikmu, panahku adalah panahmu.” Watsilah berkata, “Baiklah.”
Watsilah melanjutkan, “Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Ia mau membawaku dan memberiku perbekalan. Aku makan bersamanya dan ia telah mengangkat derajatku.”
Ikut bersama pasukan Khalid ibn al-Walid
Ketika Rasulullah saw. mengutus Khalid ibn al-Walid ke Ukaidar al-Kindi di Daumatul Jandal, Ka‘b dan Watsilah ikut serta dalam pasukan tersebut. Pada peperangan itu Watsilah mendapatkan enam ekor unta. Ketika bertemu dengan Ka‘b ibn Ujrah, Watsilah berkata, “Keluarlah dan lihat unta-unta milikmu!” Ka‘b menjawab sambil tersenyum, “Semoga Allah memberkatimu! Aku membawamu bukan berarti aku ingin mengambil milikmu.”
Setelah itu, Watsilah menetap di Bashrah dan membuat sebuah rumah. Lalu ia pindah ke Syam di kampung Balath yang berjarak tiga farsakh dari kota Damaskus. Ia ikut dalam peperangan untuk menaklukkan Damaskus dan berbagai peperangan lain, termasuk peperangan di Homs. Kemudian ia pindah ke Palestina dan menetap di al-Quds.
Mendapat pengakuan dari Rasulullah
Al-Muhib al-Thabari meriwayatkan bahwa Watsilah ibn al-Asqa berkata, “Aku pernah menanyakan Ali di rumahnya, lantas ia menjawab, ‘Ia pergi menemui Rasulullah saw.’ Tak lama kemudian Ali datang bersama Rasulullah saw. Beliau memasuki sebuah rumah (rumah Ummu Salamah) diikuti oleh Ali. Beliau duduk beralaskan tikar, lalu meminta Fatimah duduk di sebelah kanannya dan Ali di sebelah kirinya, sedangkan Hasan dan Husain di kedua sisi beliau. Kemudian Beliau membacakan firman Allah:
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang Jahiliah dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, hai Ahlul Bait dan membersihkanmu sebersih-bersihnya.”
Lalu berdoa, “Ya Allah, mereka adalah keluargaku.”
Watsilah ibn al-Asqa berkata, “Sementara aku wahai Rasulullah, apakah termasuk keluargamu?” Beliau menjawab, “Engkau juga termasuk keluargaku.”
Watsilah berkata, “Pengakuan beliau itulah yang selama ini sangat kuharapkan.” Abu Hatim dan Ahmad dalam al-Musnad menyebutkan riwayat ini. Ketika ditanya, “Apa yang dimaksud dengan al-Rijsu?” Watsilah menjawab, “Ragu terhadap Allah.” Ia juga menuturkan bahwa pertemuan itu terjadi di rumah Ummu Salamah.
Imam Ahmad mencatat sebuah riwayat yang redaksinya dari Watsilah ibn al-Asqa, bahwa Rasulullah menambahkan pada bagian akhir doa-nya, “Ya Allah, mereka adalah keluargaku. Dan keluargaku lebih berhak.”
Watsilah benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang tak terkira. Abu Mushar mengatakan bahwa Watsilah wafat dalam usia 98 tahun, sedangkan Said ibn Khalid mengatakan bahwa ia wafat dalam usia 105 tahun di Damaskus atau di Baitul Maqdis, Palestina.(St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
