Khazanah
Beranda » Berita » Pembagian Kerja: Rahasia Kemajuan Masyarakat Menurut Ibn Khaldūn

Pembagian Kerja: Rahasia Kemajuan Masyarakat Menurut Ibn Khaldūn

Ilustrasi pembagian kerja menurut Ibn Khaldun
Ilustrasi masyarakat Indonesia tradisional dan modern yang saling bekerja sama membangun kehidupan bersama.

Mengapa Kita Tidak Bisa Hidup Sendiri

Coba bayangkan kehidupan sehari-hari kita. Saat pagi tiba, ada yang membuatkan roti, ada yang menyalakan listrik, ada yang merancang jalan yang kita lewati, dan ada pula yang menanam padi di sawah. Semua kebutuhan itu tidak mungkin kita lakukan sendirian. Inilah yang disadari Ibn Khaldūn ratusan tahun lalu: manusia hanya bisa bertahan dan berkembang jika ada kerja sama dan pembagian peran.

Sejak paragraf pertama dalam Al-Muqaddimah, pembahasan tentang kerja sama dan pembagian kerja (division of labor) ditegaskan sebagai kunci berdirinya masyarakat. Ibn Khaldūn menyebut bahwa manusia tidak bisa mencukupi kebutuhannya sendiri, karena itu mereka saling bergantung satu sama lain.

Pandangan Ibn Khaldūn tentang Keterbatasan Manusia

Dalam Al-Muqaddimah, beliau menulis:

إِنَّ الْإِنْسَانَ وَاحِدُهُ لَا تَفِي قُوَّتُهُ بِحَاجَاتِهِ، وَلَا يَقْدِرُ عَلَى مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِي مَعَاشِهِ، فَلَابُدَّ لَهُ مِنَ التَّعَاوُنِ

“Sesungguhnya manusia seorang diri tidak mampu memenuhi kebutuhannya, dan tidak sanggup untuk mencukupi penghidupannya. Karena itu, ia harus bekerja sama.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Kutipan ini terasa sangat dekat dengan realitas kita. Saat listrik mati, kita sadar betapa bergantungnya kehidupan modern pada kerja teknisi. Saat harga beras naik, kita tersadar betapa petani di desa adalah pilar bangsa. Ibn Khaldūn ingin menunjukkan: peradaban lahir karena ada pembagian kerja yang rapi.

Keselarasan dengan Ajaran Islam

Islam sendiri menekankan pentingnya saling melengkapi. Al-Qur’an menyebut:

وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا (QS. Az-Zukhruf: 32)

“Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain dalam derajat, agar sebagian mereka memanfaatkan sebagian yang lain.”

Ayat ini sejalan dengan pengamatan Ibn Khaldūn. Perbedaan kemampuan bukanlah kelemahan, tetapi justru jalan agar manusia saling membutuhkan.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Pembagian Kerja sebagai Fondasi Ekonomi

Ibn Khaldūn menekankan bahwa pembagian kerja bukan sekadar kebutuhan sosial, tetapi juga fondasi ekonomi. Dengan adanya spesialisasi, hasil produksi menjadi lebih cepat, berkualitas, dan melimpah. Dalam Al-Muqaddimah beliau menulis:

إِذَا تَوَزَّعَتِ الْأَعْمَالُ عَلَى أَهْلِهَا، تَكَامَلَتِ الْمَنَافِعُ وَكَثُرَتِ الْمَحَاصِيلُ

“Apabila pekerjaan dibagi kepada ahlinya, manfaat menjadi sempurna dan hasil pun melimpah.”

Mari kita tarik ke realitas hari ini. Seorang nelayan di Sulawesi fokus melaut, petani di Jawa menanam padi, sementara insinyur di Bandung merancang alat transportasi. Semua itu menghasilkan roda ekonomi yang berputar. Tanpa pembagian kerja, masyarakat hanya akan sibuk bertahan hidup tanpa mencipta kelebihan.

Saat Pembagian Kerja Tidak Adil

Namun Ibn Khaldūn juga mengingatkan, pembagian kerja bisa rusak jika ada ketidakadilan. Jika sebagian orang bekerja keras sementara yang lain hanya menikmati hasil dengan cara menindas, maka peradaban akan melemah. Dalam Al-Muqaddimah ia menulis:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

إِذَا غَلَبَ الْجَوْرُ عَلَى الْعَدْلِ تَعَطَّلَتِ الْأَعْمَالُ وَفَسَدَتِ الْمَعَايِشُ

“Apabila kezaliman mengalahkan keadilan, pekerjaan terhenti dan kehidupan menjadi rusak.”

Kita bisa melihat contohnya ketika pungutan liar membebani pedagang kecil. Alih-alih berkembang, mereka justru berhenti berusaha. Padahal, semangat bekerja adalah energi utama yang membuat masyarakat tumbuh.

Kehidupan Modern dan Kolaborasi

Di era digital, pembagian kerja justru semakin kompleks. Ada yang mengembangkan aplikasi, ada yang mendesain iklan, ada pula yang mengelola distribusi logistik. Semua saling terkait. Namun, prinsip yang ditekankan Ibn Khaldūn tetap relevan: masyarakat maju jika setiap orang bekerja sesuai kapasitas dan saling melengkapi.

Contoh sederhana bisa kita lihat pada komunitas UMKM lokal. Seorang pengusaha tempe bekerja sama dengan pemasok kedelai, desainer kemasan, dan penjual online. Jika satu bagian hilang, rantai produksi terganggu.

Pesan Moral yang Abadi

Ibn Khaldūn menyampaikan bahwa pembagian kerja adalah rahasia di balik keberlanjutan peradaban. Tanpa itu, manusia hanya akan sibuk memenuhi kebutuhan dasar. Dengan kerja sama, lahirlah seni, ilmu, teknologi, bahkan peradaban besar. Ia menulis:

الْإِنْسَانُ بِطَبْعِهِ مُدَنِيٌّ يَحْتَاجُ إِلَى الْمُعَاشِرَةِ وَالتَّعَاوُنِ

“Manusia pada dasarnya makhluk sosial yang membutuhkan kebersamaan dan kerja sama.”

Refleksi ini mengingatkan kita bahwa kerja sama bukan sekadar strategi ekonomi, tetapi juga fitrah manusia. Islam pun mendorong hal yang sama, sebagaimana hadis Nabi SAW:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا (HR. Bukhari dan Muslim)

“Seorang mukmin bagi mukmin lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan.”

Penutup: Belajar dari Ibn Khaldūn

Pesan Ibn Khaldūn tentang pembagian kerja sangat relevan bagi bangsa kita. Indonesia yang kaya budaya, suku, dan profesi hanya bisa maju jika kerja sama diutamakan dan keadilan dijaga. Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk disinergikan.

Maka, ketika kita bekerja hari ini—apakah sebagai guru, petani, pedagang, atau penulis—ingatlah bahwa peran kecil kita adalah bagian dari bangunan besar bernama peradaban. Dan seperti yang diingatkan Ibn Khaldūn, rahasia kemajuan masyarakat bukanlah kekayaan materi semata, melainkan kolaborasi yang adil, teratur, dan penuh semangat.

 

*Sugianto Al-Jawi 

Budayawan Kontenporer Tulungagung


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement