Nasional
Beranda » Berita » Mencari Harmoni di Tengah Badai: Perspektif Islam tentang Konflik dan Kepemimpinan Partai Islam

Mencari Harmoni di Tengah Badai: Perspektif Islam tentang Konflik dan Kepemimpinan Partai Islam

Dunia politik, dengan segala dinamikanya, seringkali menjadi ajang pergulatan kepentingan dan ideologi. Ketika berbicara tentang partai politik yang berbasis Islam, harapan akan integritas, keadilan, dan persatuan umat seringkali menjadi tolok ukur utama. Namun, realitasnya, partai-partai Islam pun tidak luput dari gejolak, kericuhan, dan bahkan perpecahan saat memilih pemimpin. Pertanyaan mendasar muncul: bagaimana Islam memandang fenomena ini? Apakah ini selaras dengan ajaran-ajaran luhur yang mengedepankan persatuan (ukhuwah), musyawarah (syura), dan keadilan?

Islam, sebagai agama yang komprehensif, memberikan panduan hidup yang sangat jelas dalam setiap aspek, termasuk politik dan kepemimpinan. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW adalah sumber utama yang menjadi rujukan. Inti dari ajaran Islam adalah persatuan, sebagaimana firman Allah dalam Surah Ali ‘Imran ayat 103: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah seluruhnya, dan janganlah kamu bercerai berai.” Ayat ini secara tegas melarang perpecahan dan menekankan pentingnya menjaga kesatuan umat.

Musyawarah dan Keadilan: Pilar Kepemimpinan Islam

Dalam konteks pemilihan pemimpin, Islam sangat menganjurkan prinsip musyawarah atau syura. Proses pengambilan keputusan harus melibatkan seluruh anggota yang memiliki hak suara, atau setidaknya perwakilan mereka. Tujuannya adalah mencapai konsensus terbaik yang maslahat bagi umat. Allah berfirman dalam Surah Asy-Syura ayat 38: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” Prinsip syura ini mengharuskan setiap pihak untuk menyampaikan argumen dengan santun, mendengarkan pandangan orang lain, dan bersedia menerima hasil musyawarah demi kepentingan bersama.

Keadilan adalah aspek lain yang tak terpisahkan dari kepemimpinan Islam. Seorang pemimpin harus adil dalam segala keputusan, tidak memihak, dan mengutamakan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Bahkan dalam kondisi perselisihan, keadilan harus tetap ditegakkan. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ma’idah ayat 8: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa…” Ayat ini mengingatkan kita untuk tetap berlaku adil meskipun terhadap orang atau kelompok yang tidak kita sukai.

Penyebab Kericuhan dan Perpecahan dalam Partai Islam

Mengapa kericuhan dan perpecahan masih terjadi dalam partai-partai Islam, bahkan ketika mereka mengusung nama Islam? Ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi:

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

  1. Ambisi Pribadi dan Kelompok: Nafsu kekuasaan dan ambisi pribadi seringkali menjadi pemicu utama. Ketika kepentingan individu atau kelompok lebih dominan daripada kepentingan umat, maka konflik akan sulit dihindari.

  2. Perbedaan Penafsiran Islam: Meskipun mengusung nama Islam, perbedaan dalam penafsiran ajaran agama atau strategi perjuangan politik dapat memicu ketegangan. Islam adalah agama yang luas, dan ijtihad (penafsiran) dalam beberapa masalah memang dimungkinkan, namun harus tetap dalam koridor yang menjaga persatuan.

  3. Kurangnya Jiwa Besar dan Etika Politik: Ketidakmampuan menerima kekalahan, tidak menghormati hasil musyawarah, dan penggunaan cara-cara tidak etis dalam persaingan politik adalah beberapa indikasi kurangnya jiwa besar.

  4. Minimnya Pendidikan Politik Islam yang Mendalam: Pemahaman yang dangkal tentang fiqih siyasah (hukum politik Islam) dan adab berorganisasi dalam Islam dapat membuat anggota atau elit partai cenderung terjebak pada pragmatisme politik semata.

Dampak Negatif Kericuhan dan Perpecahan

Kericuhan dan perpecahan dalam partai Islam memiliki dampak negatif yang serius:

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

  • Melemahkan Kekuatan Politik Umat: Perpecahan akan memecah suara dan energi umat, membuat posisi tawar politik mereka melemah.

  • Merusak Citra Islam: Masyarakat luas dapat memandang negatif Islam ketika melihat para penganutnya sendiri terlibat dalam konflik internal yang tidak sehat.

  • Menimbulkan Kehilangan Kepercayaan Publik: Ketika partai Islam yang seharusnya menjadi teladan justru berkonflik, kepercayaan publik akan menurun drastis.

  • Menghambat Tujuan Perjuangan: Tujuan utama partai untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan berdasarkan nilai-nilai Islam akan terhambat oleh konflik internal.

Membangun Kembali Persatuan: Solusi Berdasarkan Ajaran Islam

Untuk mengatasi kericuhan dan perpecahan, partai-partai Islam perlu kembali kepada prinsip-prinsip dasar Islam:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

  1. Penanaman Ukhuwah Islamiyah: Memperkuat rasa persaudaraan sesama muslim adalah fondasi utama. Perbedaan pendapat boleh ada, tetapi persaudaraan tidak boleh putus.

  2. Mengedepankan Musyawarah dan Konsensus: Setiap keputusan, terutama yang berkaitan dengan kepemimpinan, harus melalui proses musyawarah yang adil dan transparan, serta menghormati hasil yang telah dicapai.

  3. Ketaatan pada Pemimpin yang Sah: Setelah pemimpin terpilih melalui mekanisme yang syar’i, ketaatan adalah kewajiban, selama tidak memerintahkan maksiat.

  4. Tarbiyah (Pembinaan) Anggota yang Berkesinambungan: Memberikan pendidikan politik Islam yang mendalam, menanamkan nilai-nilai keikhlasan, pengorbanan, dan menjauhkan diri dari ambisi duniawi yang berlebihan.

  5. Teladan dari Para Pemimpin: Para pemimpin harus menjadi teladan dalam menjaga persatuan, bersikap adil, dan berjiwa besar.

Dalam Islam, politik bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu kemaslahatan umat dan ridha Allah SWT. Kericuhan dan perpecahan adalah penyakit yang harus dihindari. Dengan kembali kepada spirit Al-Qur’an dan Sunnah, serta mengedepankan etika politik yang luhur, partai-partai Islam dapat menjadi contoh nyata bagaimana politik dapat dijalankan dengan penuh integritas, persatuan, dan keadilan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement