Setiap orang tua tentu mendambakan anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang shalih dan shalihah, berakhlak mulia, serta menjadi kebanggaan keluarga dan umat. Proses mendidik akhlak anak memerlukan perhatian khusus, kesabaran, dan strategi yang tepat. Salah satu metode efektif dalam membentuk karakter Islami sejak dini adalah melalui pembiasaan dzikir. Dzikir, dalam konteks pendidikan, bukan hanya sekadar mengulang-ulang kalimat thayyibah, tetapi merupakan sarana menanamkan kesadaran akan kehadiran Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan anak.
Pentingnya Dzikir dalam Pembentukan Akhlak Anak
Dzikir memiliki peran sentral dalam ajaran Islam, bukan hanya sebagai ibadah lisan, tetapi juga sebagai pengingat hati yang konstan akan kebesaran dan kasih sayang Allah. Ketika anak-anak dibiasakan berdzikir, secara tidak langsung mereka sedang diajarkan untuk selalu merasa diawasi oleh Sang Pencipta. Kesadaran ini menjadi pondasi kuat dalam membentuk akhlak terpuji. Anak-anak akan cenderung berpikir dua kali sebelum melakukan perbuatan buruk karena mereka tahu Allah Maha Melihat.
Pembiasaan dzikir sejak usia dini juga membantu anak-anak mengembangkan ketenangan batin. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh distraksi ini, kemampuan untuk fokus dan menenangkan diri sangatlah berharga. Dzikir mengajarkan anak untuk mengarahkan perhatiannya kepada Allah, menciptakan momen refleksi dan introspeksi yang jarang ditemukan dalam aktivitas sehari-hari. Ketenangan batin ini esensial untuk mengelola emosi, menghadapi tantangan, dan membuat keputusan yang bijaksana di kemudian hari.
Strategi Efektif Membiasakan Dzikir pada Anak
Membiasakan dzikir pada anak tidak bisa dilakukan secara instan. Diperlukan konsistensi, kreativitas, dan teladan dari orang tua. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan:
-
Teladan dari Orang Tua: Anak adalah peniru ulung. Mereka akan meniru apa yang mereka lihat dan dengar dari orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus menjadi contoh terbaik dalam berdzikir. Biasakanlah berdzikir di hadapan anak-anak, baik setelah shalat, saat memulai atau mengakhiri aktivitas, maupun di waktu luang. Ketika anak melihat orang tuanya rutin berdzikir, mereka akan merasa bahwa dzikir adalah bagian alami dan penting dari kehidupan seorang Muslim.
-
Mulai dengan Dzikir Sederhana: Jangan langsung membebani anak dengan dzikir yang panjang dan kompleks. Mulailah dengan kalimat-kalimat dzikir yang pendek dan mudah diingat, seperti “Subhanallah,” “Alhamdulillah,” “La ilaha illallah,” atau “Allahu Akbar.” Jelaskan maknanya secara sederhana agar anak memahami esensi dari apa yang mereka ucapkan. Misalnya, “Subhanallah artinya Allah Maha Suci, kita ucapkan saat kagum melihat ciptaan-Nya.”
-
Integrasikan Dzikir dalam Aktivitas Sehari-hari: Jadikan dzikir sebagai bagian tak terpisahkan dari rutinitas anak. Contohnya:
-
Saat bangun tidur: Ajari anak dzikir bangun tidur.
-
Sebelum makan: Biasakan membaca “Bismillah” bersama.
-
Sesudah makan: Ajari dzikir setelah makan.
-
Ketika melihat sesuatu yang indah: Dorong mereka untuk mengucapkan “Subhanallah.”
-
Ketika menghadapi kesulitan: Arahkan mereka untuk beristighfar atau mengucapkan “La hawla wa la quwwata illa billah.”
-
Sebelum tidur: Bacakan dzikir dan doa tidur bersama.
-
-
Ciptakan Lingkungan yang Mendukung: Pastikan rumah Anda menjadi tempat yang mendukung pembiasaan dzikir. Putar murottal Al-Qur’an atau nasyid Islami yang mengandung dzikir. Sediakan buku-buku cerita Islami yang mengajarkan tentang pentingnya mengingat Allah. Desain kamar anak dengan kaligrafi atau poster yang mengingatkan mereka pada dzikir.
-
Gunakan Metode Bercerita dan Permainan: Anak-anak belajar dengan baik melalui cerita dan permainan. Ceritakan kisah-kisah para Nabi dan sahabat yang selalu berdzikir dalam setiap keadaan. Buat permainan sederhana yang melibatkan dzikir, misalnya “siapa cepat menebak dzikir ini?” atau “ayo kita hitung berapa kali kita bisa mengucapkan Alhamdulillah hari ini.”
-
Pujian dan Apresiasi: Berikan pujian dan apresiasi ketika anak berhasil melakukan dzikir atau mengingat Allah. Penguatan positif ini akan memotivasi mereka untuk terus melakukannya. Hindari memarahi atau memaksa mereka secara berlebihan, karena hal itu justru bisa membuat anak merasa tertekan dan menjauhi ibadah.
-
Doa Orang Tua: Jangan lupakan kekuatan doa. Sebagai orang tua, panjatkanlah doa agar Allah SWT memudahkan anak-anak Anda dalam mengingat-Nya dan menanamkan kecintaan pada dzikir dalam hati mereka. Doa orang tua adalah salah satu senjata terampuh dalam mendidik anak.
Dampak Positif Pembiasaan Dzikir pada Akhlak Anak
Dampak dari pembiasaan dzikir ini sangat luas dan mendalam. Anak-anak yang terbiasa berdzikir cenderung akan mengembangkan akhlak-akhlak mulia seperti:
-
Kejujuran: Kesadaran akan pengawasan Allah menumbuhkan keberanian untuk berkata jujur.
-
Amanah: Mereka akan merasa bertanggung jawab terhadap setiap kepercayaan yang diberikan.
-
Sabar: Dzikir melatih kesabaran dalam menghadapi cobaan hidup.
-
Rasa Syukur: Mengingat nikmat Allah secara terus-menerus menumbuhkan rasa syukur yang mendalam.
-
Kasih Sayang: Dzikir mengingatkan pada kasih sayang Allah, yang kemudian mendorong anak untuk menyayangi sesama.
-
Rendah Hati: Menyadari kebesaran Allah membuat anak tidak sombong dan merendahkan diri di hadapan-Nya.
Mendidik akhlak anak melalui pembiasaan dzikir adalah investasi jangka panjang yang akan membuahkan hasil luar biasa di kemudian hari. Ini adalah upaya untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kokoh imannya, mulia akhlaknya, dan bermanfaat bagi umat. Dengan kesungguhan dan ketulusan, kita bisa membimbing anak-anak menjadi pribadi yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
