SURAU.CO-Umair ibn al-Humam seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar keturunan Bani Sulami (atau Bani Salimah). Setelah Rasulullah saw. tiba di Yatsrib, beliau mengubah nama kota itu menjadi Madinah dan mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar serta memerintahkan pembangunan Masjid Nabawi. Kemudian Rasulullah mempersaudarakan Umair ibn al-Humam al-Anshari dengan Ubaidah ibn al-Harits.
Umair ibn al-Humam turut serta ke Badar
Saat terjadi Perang Badar, Umair ibn al-Humam al-Anshari dan Ubaidah ibn al-Harits ikut serta bersama Nabi saw. memerangi kaum musyrik. Menurut kebiasaan waktu itu, jika kedua pasukan sudah berhadap-hadapan maka mereka akan melakukan perang tanding terlebih dahulu sebelum perang yang sebenarnya pecahi. Tiga orang musyrik maju di antara dua barisan, yaitu Utbah ibn Rabi‘ah, al-Walid ibn Utbah, dan Syaibah ibn Rabi‘ah. Mereka menantang kaum muslim untuk berduel. Maka, tiga pemuda Anshar maju untuk meladeni tantangan mereka. Ketika mereka memperkenalkan diri, pihak musyrik berkata, “Kami tak punya urusan dengan kalian.”
Lalu, kafir Quraisy itu kembali menyerukan tantangan dengan lantang: “Wahai Muhammad, perintahkanlah tiga orang dari kaum kami (Muhajirin) yang pantas menghadapi kami!”
Kemudian Nabi saw. memerintahkan kepada para sahabatnya, “Bangkitlah wahai Ubaidah ibn al-Harits, Hamzah, dan Ali.”
Ketika mereka telah berhadapan, kaum musyrik itu berkata, “Siapa kalian?” Ubaidah menjawab, “Ubaidah.” Hamzah berkata, “Hamzah.” Ali berkata, “Ali.” Mereka berkata lagi, “Ini baru lawan yang sebanding.”
Ubaidah, yang usianya paling tua, berkelahi melawan Utbah, Hamzah melawan Syaibah, dan Ali melawan al-Walid ibn Utbah. Ali dapat membunuh al-Walid dengan cepat, begitu pula Hamzah yang dapat segera membunuh Syaibah. Sedangkan Ubaidah dan Utbah terlihat masih berkelahi dengan sengit. Keduanya terluka oleh sabetan pedang lawannya masing-masing. Ali dan Hamzah mengayunkan pedangnya dan menuntaskan perlawanan Utbah. Kemudian keduanya mengangkat tubuh Ubaidah yang terluka dan menyerahkannya kepada para sahabat yang lain untuk dirawat.
Karena luka-lukanya yang cukup parah, Ubaidah wafat beberapa hari setelah Perang Badar. Rasulullah saw. bersaksi bahwa Ubaidah gugur sebagai syahid.
Mengangkat pedang mengejar syahid
Ketika genderang perang ditabuh, Rasulullah saw. keluar dan bersabda, “Demi Zat yang menguasai jiwa Muhammad, tidaklah seseorang memerangi mereka pada hari ini, kemudian ia terbunuh dalam keadaan sabar, ikhlas, dan tanpa rasa takut kecuali Allah memasukkannya ke dalam surga.”
Saat itu Umair ibn al-Humam, dari Bani Salimah, sedang makan beberapa butir kurma. Mendengar sabda Rasulullah saw., ia berkata penuh kekaguman, “Bakh! Bakh! (Hebat! Hebat!) Berarti jarak antara aku dan surga adalah mati terbunuh oleh mereka.” Ia langsung menyingkirkan kurma-kurmanya, lekas mengambil pedangnya, lalu berperang dengan gagah berani.
Syair Umair ibn al-Humam al-Anshari
Sambil terus bertempur, ia melantunkan syair mengungkapkan keinginannya mencapai kesyahidan:
“Berlomba menuju Allah tanpa bekal kecuali takwa dan amal saleh. Sabar berjihad di jalan Allah, niscaya kau dapatkan bekal yang takkan pernah sirna.”
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw. bersabda, “Persiapkanlah diri kalian menuju surga yang luasnya antara langit dan bumi.” Umair berkata, “Wahai Rasulullah, surga itu seluas langit dan bumi?” Beliau menjawab, “Benar.” Umair terkagum-kagum dan berkata, “Bakh! Bakh!”
Mendengar ucapan Umair, beliau bertanya, “Apa yang membuatmu berucap ‘Bakh! Bakh!’?” Umair menjawab, “Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah, aku hanya berharap, aku bisa menjadi penghuninya.” Beliau bersabda, “Kau memang salah seorang penghuninya.”
Umair ibn al-Humam al-Anshari dan Umair ibn al-Humam syahid
Umair mengeluarkan beberapa butir kurma dan memakannya sambil berkata, “Jika aku hidup sampai kuhabiskan kurma ini, pasti butuh waktu yang lama!” Maka ia membuang sisa kurmanya dan maju ke medan perang sampai akhirnya ia gugur sebagai syahid. Dikatakan bahwa yang membunuhnya adalah Khalid ibn al-A‘lam al-Uqaili.
Seperti itulah riwayat Ubaidah ibn al-Harits dan Umair ibn al-Humam. Keduanya mengikat janji dalam persaudaraan dan keduanya berlomba-lomba meraih kesyahidan. Dan, keduanya berhasil meraih cita-cita. (St.Diyar)
Referensi:Muhammad Raji Hasan Kinas, Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, 2012
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
