SURAU.CO. Masjid adalah rumah Allah, pusat ibadah, dan jantung kehidupan umat Islam. Di masjid, doa dipanjatkan, ilmu ditimba, dan ukhuwah dijalin. Namun, kehadiran anak-anak kecil yang kadang berlarian, tertawa, atau bermain seringkali menimbulkan dilema. Ada yang tersenyum melihatnya sebagai tanda hidupnya masjid. Ada pula yang merasa terganggu karena khusyuk ibadahnya buyar. Lantas bagaimana seharusnya Islam memandang fenomena ini?
Fenomena ini sebenarnya mengajak kita untuk merenung: apakah kita lebih memilih masjid yang sepi, tenang, namun kosong dari generasi penerus, atau masjid yang sedikit ramai tetapi menyimpan harapan panjang? Tawa anak-anak di masjid bukan sekadar suara gaduh, melainkan sinyal bahwa ada generasi yang mulai belajar mencintai rumah Allah Swt sejak dini. Justru di situlah ujian kesabaran dan kebijaksanaan jamaah dewasa untuk mendidik dengan lemah lembut, bukan mengusir dengan kasar.
Sejarah Islam: Masjid yang Ramah untuk Anak-Anak
Sejak zaman Nabi Muhammad Saw, masjid selalu menjadi tempat yang terbuka bagi anak-anak. Rasulullah Saw memberi teladan penuh kasih. Dalam riwayat, ketika beliau sedang salat, cucunya Hasan dan Husain menaiki punggung beliau. Rasulullah memanjangkan sujudnya hingga mereka selesai bermain (HR. Nasa’i dan Hakim).
Rasulullah Saw bahkan mempercepat salatnya saat mendengar tangisan anak kecil. Ini agar ibunya tidak merasa kesulitan. Masjid di masa Rasulullah Saw adalah ruang ramah anak. Ini adalah tempat ibadah sekaligus pendidikan yang tidak menakutkan bagi mereka.
Adab dan Permakluman: Keriangan dan Kekhusyukan
Tentu saja, keramahan masjid bagi anak-anak tidak berarti hilangnya aturan. Islam sangat menekankan adab dan tata krama. Anak-anak boleh hadir, tetapi orang tua wajib mendampingi. Bagi balita yang belum bisa menjaga kebersihan, penting menghindari najis sehingga bisa mencemari masjid.
Anak-anak di atas usia lima tahun patut disyukuri. Mereka memulai kebiasaan hadir di masjid. Inilah saat yang tepat untuk menanamkan cinta pada rumah Allah Swt. Tawa mereka boleh terdengar, asalkan tidak berubah menjadi teriakan dan intinya tidak mengganggu kekhusyukan jamaah.
Pengurus masjid dan jamaah juga harus bijaksana. Tegurlah anak-anak dengan lembut saat mereka gaduh. Jangan membentak atau menghardik dengan berteriak karena cara yang kasar hanya menimbulkan trauma. Kata-kata lembut jauh lebih mendidik daripada larangan keras.
Masjid Ramah Anak: Tanggung Jawab Kita Bersama
Realitanya, banyak masjid yang kurang ramah anak. Papan larangan sering dipasang. Ironisnya, pengurus masjid mengeluhkan minimnya generasi muda yang betah datang. Padahal, benih cinta bisa mereka matikan sejak dini.
Sultan Muhammad Al-Fatih (Sultan Kesultanan Utsmani (Ottoman) yang memerintah pada abad ke-15) pernah berkata, “Jika kamu tidak mendengar gelak tawa anak-anak di masjid, takutlah akan kejatuhan generasi muda.” Ucapan ini adalah pengingat. Masjid sepi dari anak-anak bukan tanda ketenangan. Ini adalah pertanda bahaya.
Menciptakan masjid ramah anak bukan perkara yang mudah. Dibutuhkan kesadaran bersama. Orang tua mempersiapkan anak sebelum berangkat dan Pengurus masjid atau takmir menyediakan tata ruang ramah anak dan yang penting juga jamaah bersabar menghadapi keriangan mereka.
Menanamkan Cinta, Bukan Trauma
Anak-anak memiliki hak yang sama untuk hadir di masjid. Mereka adalah bagian dari umat yang harus disambut dengan kasih. Jika mereka berlari-lari, tegurlah dengan senyum. Jika mereka tertawa, rangkullah dengan sabar. Di balik canda mereka, tersimpan fitrah alami yang akan tumbuh menjadi keseriusan ibadah.
Lebih baik masjid riuh oleh suara anak-anak daripada hening namun kosong. Masjid yang hanya diisi orang tua adalah masjid yang kehilangan masa depan. Mari belajar dari Rasulullah Saw. Jangan biarkan bentakan atau larangan membunuh kecintaan anak-anak kepada masjid tetapi sebaliknya jadikan rumah Allah Swt tempat yang ramah, teduh, dan mendidik karena bisa jadi tawa kecil mereka hari ini bisa jadi doa yang khusyuk.
Tawa Anak, Harapan Umat
Masjid adalah tempat ibadah dan pusat kegiatan umat Islam. Kehadiran anak-anak di masjid adalah sebuah harapan. Mereka bukanlah gangguan, tetapi benih masa depan. Dengan memberikan ruang bagi mereka, kita menanamkan cinta pada rumah Allah Swt. Kita juga memastikan keberlanjutan umat Islam. Jadi, mari sambut keriangan mereka dengan menciptakan masjid ramah anak. Semoga tawa mereka hari ini menjadi kekuatan bagi kita semua. (kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
