SURAU.CO – Sejarah Islam penuh dengan kisah para pejuang yang mengorbankan jiwa dan raganya demi tegaknya kalimat Allah. Salah satu kisah heroik itu datang dari seorang sahabat Nabi bernama Amir bin Al Akwa’ ra. Namanya tidak sepopuler Abu Bakar, Umar, atau Khalid bin Walid. Namun ketulusannya dalam jihad fi sabilillah dan keberaniannya di medan perang, ia mendapat pembelaan langsung dari Rasulullah.
Latar Belakang Peristiwa Khaibar
Perang Khaibar terjadi pada tahun 7 Hijriah. Rasulullah mengarahkan pasukan muslimin menuju benteng Khaibar, sekitar 80 mil di utara Madinah. Khaibar merupakan pusat kekuatan Yahudi yang sering mengancam umat Islam. Kaum Yahudi Khaibar ikut berperan besar dalam Perang Ahzab dengan memprovokasi pasukan sekutu untuk mengepung Madinah. Mereka juga menghasut Bani Quraizhah agar mengadakan perjanjian damai pada masa genting.
Ancaman ini membuat Rasulullah mengambil langkah strategis. Beliau memimpin langsung pasukan menuju Khaibar. Perjalanan panjang ini ujian penuh. Para sahabat menempuh dinginnya malam dan panasnya terik matahari dengan sabar dan tekad demi jihad fi sabilillah.
Syair Amir yang Menggetarkan
Di tengah perjalanan, suasana pasukan tidak selalu kaku. Para sahabat terkadang meminta hiburan berupa syair. Amir bin Al Akwa’, seorang sahabat ahli bersyair, ia memenuhi permintaan itu. Ia melantunkan umpan-umpan yang menggetarkan:
“Ya Allah, seandainya bukan karena-Mu niscaya kami tidak akan mendapat hidayah, Tidak pula bersedekah, tidak pula mengerjakan salat…”
Syair ini bukan sekedar hiburan, melainkan mengutarakan iman dan mengingatkan bahwa semua nikmat berasal dari Allah. Mendengar syair tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Siapakah yang bertugas menggiring unta?” Para sahabat menjawab, “Amir, ya Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “Semoga Allah merahmatinya.”
Para sahabat memahami betul makna doa itu. Dalam konteks jihad, doa rahmat Rasulullah sering menjadi isyarat Syahid. Mereka pun meminta beliau mendoakan agar Amir berumur panjang, agar mereka bisa lebih lama bergaul dengannya. Namun ketetapan Allah tidak dapat ditolak; syahid adalah anugerah yang telah tertulis untuk Amir bin Al Akwa’.
Gugur di Medan Jihad
Ketika perang pecah, seorang jagoan Khaibar bernama Marhab keluar menantang duel. Dengan kesombongan, ia menghunus pedang dan menantang kaum muslimin. Amir bin Al Akwa’ maju menyambut tantangan itu. Ia tidak gentar menghadapi musuh Allah tersebut. Dua petarung itu berhadapan; pedang Marhab menancap pada perisai Amir. Dengan sigap Amir mencoba menusuk ke arah betis Marhab. Namun pedang pendeknya justru mengenai lututnya sendiri. Luka itu menjadikan wafat sebagai syahid.
Peristiwa ini memunculkan isu miring di tengah kaum muslimin. Sebagian orang mengatakan Amir bin Al Akwa’ menggugurkan amalannya karena bunuh diri. Mereka menyamakan kejadian tidak sengaja ini dengan bunuh diri yang disengaja. Isu itu semakin berkembang sehingga membuat sebagian sahabat resah.
Pembelaan Rasulullah
Salamah bin Al Akwa’, saudara Amir, mendatangi Rasulullah untuk bertanya langsung. “Wahai Nabi Allah, ayah dan ibuku sebagai tebusan! Orang-orang mengatakan bahwa Amir telah gugur amalannya.” Rasulullah menjawab dengan tegas, “Dusta! Siapa yang mengucapkannya? Justru ia mendapatkan dua pahala. Ia seorang mujahid yang sungguh-sungguh berjuang dalam kebaikan. Mati model apakah yang akan melampaui keutamaan ini?” [HR. Al-Bukhari].
Jawaban Rasulullah, ini kesalahpahaman besar. Amir bukan bunuh diri. Ia gugur dalam perjuangan, dan kesalahan yang terjadi tanpa sengaja tidak menggugurkan amalannya. Rasulullah menegaskan bahwa pahala syahid Amir tetap utuh, bahkan dilipatgandakan.
Pelajaran Penting tentang Bunuh Diri
Kisah Amir bin Al Akwa’ menjadi bantahan telak terhadap kelompok yang salah memahami jihad. Para sahabat paham bahwa bunuh diri menggugurkan amalan, termasuk jihad fi sabilillah. Namun mereka salah ketika menyamakan antara sengaja dan tidak sengaja. Rasulullah sendiri menyampaikan hal ini. Jika seseorang meninggal karena kesalahan tidak sengaja di medan perang, ia tetap mendapat pahala syahid. Namun bila seseorang sengaja bunuh diri, hukum asalnya tetap berlaku: haram dan dosa besar.
Allah ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kamu.” [QS An-Nisa : 29].
Ayat ini bersifat umum, mencakup larangan semua bentuk bunuh diri. Dalam hadis sahih, Rasulullah juga bersabda:
“Siapa yang bunuh diri menggunakan besi, maka besinya di tangannya, ia menusuk-nusuk dinding dengan besi tersebut di neraka Jahannam kekal selama-lamanya. Siapa yang bunuh diri dengan minum racun, maka ia akan menenggaknya di neraka Jahannam kekal selama-lamanya. Dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya dari gunung, maka ia akan terjatuh di neraka Jahannam kekal selama-lamanya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra].
Hadis ini mempertegas bahwa bunuh diri, dalam bentuk apapun, adalah dosa besar. Tujuan apapun tidak bisa membenarkannya. Inilah pelajaran yang ditegaskan Rasulullah melalui kasus Amir bin Al Akwa’: kesalahan tidak sengaja tidak menghapus pahala, sedangkan bunuh diri yang disengaja tetap dalam ancaman neraka.
Teladan dari Kisah Amir bin Al Akwa’
Kisah Amir bin Al Akwa’ mengajarkan kita beberapa hal penting. Pertama, jihad adalah mengorbankan suci yang hanya mengharap ridha Allah, bukan popularitas atau pamrih duniawi. Kedua, kesalahan yang tidak disengaja tidaklah membatalkan amalan baik. Ketiga, larangan bunuh diri bersifat mutlak, meskipun dilakukan dalam konteks jihad. Dan keempat, pembelaan Rasulullah kepada sahabatnya menunjukkan betapa Islam menjunjung tinggi keadilan dan niat yang tulus.
Amir bin Al Akwa’ mungkin tidak semasyhur sahabat besar lainnya, tetapi kisahnya menjadi warisan berharga. Ia adalah simbol keberanian, ketulusan, dan keikhlasan. Doa Rasulullah untuknya menjadi bukti bahwa Allah telah memilihnya untuk meraih kemuliaan Syahid. Kisah ini seharusnya menjadi pengingat bagi setiap muslim agar memahami jihad secara benar, menghindari tindakan bunuh diri, dan selalu menjaga niat dalam setiap amal kebaikan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
